Penulis: Hemi Nurul Afifah, S.Pd.I |
Guru, Founder MT. Khairu Mustanirah, Pemerhati Remaja
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Baru- baru ini kota Medan dikejutkan dengan berita bullying yang dilakukan oleh sejumlah pelajar dari Sekolah Menengah Atas. Salah satu sekolah yang difavoritkan tidak hanya dalam kota bahkan se Sumatera Utara.
Kakak korban yang mengunggah kejadian bullying terhadap adiknya di akun sosmed Sabtu (25/11/2023) tersebut mengatakan, telah terjadi pembullian pada adiknya yang diawali dengan penculikan dari jam 10 pagi hingga jam 5 sore oleh anak anak dan mantan sebuah sekolah MAN di Medan.
Seorang siswa SMA kelas 1 bernama MH (14), pelajar salah satu sekolah MAN Medan menjadi korban dugaan penyiksaan oleh teman satu sekolah dan kakak kelas yang sudah alumni. Ia dipukuli, disuruh memakan sendal berlumpur, makan daun mangga dan dipaksa meminum air yang sudah diludahi sekitar 20 orang.
Bukan cuma itu, punggung telapak tangannya juga disundut menggunakan kunci yang dibakar terlebih dahulu menggunakan korek api. Setelah dibakar, kunci sepeda motor panas tadi ditempelkan ke tangan dan dibentuk huruf PA hingga melepuh.
Menurut informasi yang didapat keluarga korban dan teman-temannya, huruf PA yang dicap ke tangan korban menggunakan besi panas merupakan singkatan dari sebuah geng. Geng ini disinyalir sebagai gerombolan geng motor berisikan anak sekolah dan alumni salah satu MAN di Medan.
“Saya tanya PA itu ternyata sebuah geng bernama Parman Abadi, yang diketuai oleh Fauzi,” kata sang ayah dari si korban.
Ada apa dengan anak remaja sekarang? Mengapa mereka mudah menyakiti orang, teman sebayanya, bahkan berani menghilangkan nyawa orang lain? Tentu peristiwa ini bukanlah peristiwa bullying satu- satunya di kota Medan. Bulan Juli lalu siswa kelas 1 SD meninggal dunia sebab perundungan kakak kelasnya yang juga tetangga dekat rumah korban.
Melihat beberapa kasus ini, apa yang menyebabkan perilaku anak muda sekarang seperti tak kenal rasa takut, tak kenal rasa bersalah dan merasa bangga dengan apa yang dilakukannya?
Baik anak- anak sekolah berbasis agama maupun sekolah umum bullying ibarat jamur yang terus bertumbuh di musim hujan.
Berikut penulis merangkum beberapa faktor yang menyebabkan bullying semakin merajalela:
1. Kurikulum pendidikan
Kurikulum yang acap kali berganti tahun demi tahun baik pada sekolah umum atau berbasis Islam sekalipun, membuat missunderstanding di badan pengemban kurikulum. Walaupun demikian perubahan- perubahan kurikulum yang sudah di rancang oleh pemerintah dengan segala manuver kurikulum ini tetap tidak membawa dampak perubahan terhadap peserta didik.
Sebab pendidikan sekuler yang begitu kental tidak akan menghasilkan anak- anak dengan karakter akhlak yang mulia. Kurikulum hanya menghasilkan pelajar yang cerdas namun miskin karakter dan miskin akhlak.
2. Guru
Begitu juga dengan guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam upaya memahami perkembangan anak didiknya. Guru hebat adalah guru yang mampu mengarahkan anak peserta didiknya kepada pilihan hidup yang benar dan dapat dipertanggung jawabkannya kelak baik di dunia bahkan hingga akhirat.
Namun guru yang merupakan ujung tombak dari sebuh pendidikan ini lebih di sibukkan dengan tugas- tugas administratif yang seolah- olah tiada habisnya. Laporan setiap project dari kurikulum, tidak berdampak sedikitpun kepada akhlak si anak.
Inilah letak disorientasi guru tersebut. Guru lebih disibukkan dengan project dan melupakan tugas yang sebenarnya bukan hanya mengajar namun juga mendidik.
3. Kecanggihan teknologi AI
Kecanggihan teknologi tak luput dari salah satu faktor yang menyebabkan anak- anak muda sekarang menjadi lebih sadis. Banyaknya informasi yang mereka dapat tanpa penyaduran oleh pemerintah, pembatasan situs- situs, konten- konten yang tak berbobot masuk ke dalam tontonan mereka. ini juga termasuk ke dalam mayor dari pokok permasalahan pembulliyan ini.
contohnya saja, korban yang dibakar tangannya dengan menggunakan kunci yang dipanaskan, ini merupakan salah satu cuplikan adegan yang ada di drama Korea yang pernah viral tahun ini menjadi bukti bahwa apa yang mereka tonton dapat menjadi sebuah pemahaman dan dapat merubah tingkah laku.
Games perang yang semakin menjamur juga mengambil andil dalam pembentukkan karakter anak yang tempramen dan sadis, siap memusnahkan lawan tanpa ampun demi pengakuan “DIA MENANG DIA HEBAT”. Tanpa sadar ini membentuk karakter anak yang kejam, bengis tanpa pandang bulu.
4. Ketaqwaan dalam individu
Anak muda saat ini cenderung lebih menggunakan perasaan dalam menimbang permasalahan tanpa berfikir kritis terhadap apa yang dia alami ini penyebab salah satu yang membuat anak muda sekarang jauh dari kata kebenaran.
Tak mengerti, atau sengaja untuk acuh terhadap timbangan dosa dan pahala mengakibatkan perbuatan semena- mena tanpa ada rasa takut bahwa setelah kehidupan akan ada hari penghisaban, pembalasan atas apa yag telah diperbuat di dunia.
5. Peran orang tua dan pendidikan dalam keluarga
Keluarga adalah wadah anak- anak mendapatkan ilmu dasar seperti adab, akhlak dan etika. Orang tua berfungsi sebagai pendidik bukan semata yang melahirkan anak dan memberi uang jajan.
Namun banyak orang tua yang tidak sadar dan tidak mau belajar mengembangkan ketrampilan mendidik anak. Bila sudah demikian maka langkah prakris yang dapat dilakukan orangn tua adalah memarahi, mencemooh, membandingkan anaknya dengan yang lain, melecehkanya sehingga tanpa sadar orang tualah sebagagi orang pertama yang memberikan contoh bullying terhadap anaknya.
Bagaimana solusi Islam terkait kasus bullying tersebut. Menanamkan pemahaman Islam secara kaffah.
1. Ketaqwaan individu
Mengubah pemahaman yang ada dengan pemahaman aqidah Islamiyah pada anak muda, tak hanya sekedar pemahaman yang bersifat informasi. Namun pemahaman yang dapat mengubah sudut pandangnya terhadap sebuah masalah sehingga mereka dapat menerapkan permasalahan pada aqidah yang benar dan mampu mengubah tingkah lakunya.
Hal ini akan mengantarkan mereka pada keimanan kepada sang pencipta hingga mereka memahami bahwa sebagai hamba Allah harus beribadah dan tunduk patuh terhadap syariatNya.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(Surat Ar-Rad Ayat 11).
2. Kurikulum pendidikan dan guru
Seharusnya dalam menyusun kurikulum dan materi pelajaran terdapat tujuan pokok pendidikan yang harus diperhatikan: membangun kepribadian Islami, pola pikir (aqliyah ) dan jiwa bagi umat; yaitu dengan cara menanamkan pemikiran Islam berupa akidah, pemikiran dan perilaku Islami kadalam akal dan jiwa anak- anak.
Guru harus kembali kepada fungsi yang sebenarnya yaitu pendidik dan pengajar, mengutakaman peserta didik daripada tumpukan laporan. Tak hanya sekedar mentransfer ilmu namun juga mampu menghubungkan pemikiran dengan makna- maknayang dipahami oleh anak didik.
3. Kecanggihan AI
Anak yang memiliki ketaqwaan indivdu, dengan sendirinya akan mensadur tontonannya sebab anak seperti ini sudah mampu meletkkan permasalahan dan kebenaran atau kebatilan pada tempatmya dan pentinnganya pemerintah menyaring informasi sehinngga lebih menjami setiap konten yang ada.
4. Nasyarakat dan teman sebaya
Menjaga diri anak- anak dari lingkungan yang tidak baik dan menjaga mereka. saling mengingatkan terhadap sesama kemudian memberikan edukasi untuk memilih lingkungan mereka adalah salah satu bentuk menyelamatkan anak dari pola fikir dan pola sikap yang salah. Berikan lingkungan yang baik terutama yang Islami sesuai hukum Allah, menjadikan Allah sebagai pengawas segala pergaulan mereka membantu mereka membenahi pola sikap dan pola fikir.
Pentingya menjaga cicle pertemanan, sebab dalam interaksi pertemanan ada dua unsur jika kita tidak bisa memberi warna maka kita yang akan terkena warna. Putus mata rantai pertemanan yang menjerumuskan, berpegangan erat terhadap pertemanan yang mengarahkan kepada ketaatan.
Allah berfirman dalam Al-Quran: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim (QS. Al-Hujurat: 11).
Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).
Sudah saatnya mencetak potret cemerlang remaja dan generasi ini dengan tatanan terbaik dari sag Mahapencipta. Dengan menjalankan syariat Islam secar akaffah bukan saja nyawa remaja terselamatkan dari aksi bullying tapi yang paling penting adanya rahmatan lil alamin dan keselamatan dunia maupun akhirat seperti yang di janjikan Allah SWT. Wallahu’alam bishowab.[]
Comment