Bullying Karakter Generasi Indonesia?

Opini111 Views

 

Penulis: Moni Mutia Liza, S.Pd | Pegiat Literasi Aceh

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Iklim bullying yang terjadi dikalangan remaja sudah sangat meresahkan. Bukan sekedar membuli secara verbal bahkan sudah mencapai tahap kekerasan fisik. Perbuatan tidak terpuji ini sudah merambah ke segala jenjang pendidikan, tidak terkecuali siswa sekolah dasar.

Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terdapat 36,31 persen atau satu dari tiga siswa di Indonesia mengalami perundungan atau pembulian, (republika.co.id/20/10/23).

Sedangkan data yang masuk sampai Agustus, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sebanyak 2.355 pelanggaran terhadap perlindungan anak dengan korban kekerasan seksual sebagai pemecah rekor diantara kekerasan lainnya yaitu mencapai 487 kasus dan masih banyak kasus serupa yang tidak teradukan ke KPAI, (republika.co.id/09/10/23).

Dengan maraknya kasus bullying yang meresahkan ini, pemerintah juga mengambil sikap dan tindakan untuk meminimalisir pembulian, salah satunya dengan mengembangkan Sekolah Penggerak yang nantinya diharapkan peserta didik memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila.

Mengingat bahwa Indonesia menempati posisi ke lima sebagai negara yang memiliki kasus kekerasan terhadap anak. Maka pemerintah memfokuskan pendidikan pembentukan karakter bagi siswa agar kasus pembulian atau semacamnya tidak terjadi lagi atau dalam jumlah yang sangat sedikit.

Jika kita teliti lebih mendalam faktor terbentuknya budaya bullying ini tidak lain karena sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini, yaitu sebuah sistem pendidikan yang memisahkan peran agama dalam kehidupan, sehingga wajar kita melihat generasi tumbuh tanpa norma agama, atau mengindahkan kebudayaan timur yang sopan santun, ramah, beradab, bijaksana, dan sebagainya.

Sistem pendidikan sekuler melahirkan generasi materialistis, hedonis, seks bebas dan lainnya, sebab benteng agama dan keimanan sama sekali tidak dinomor satukan dalam sistem pendidikan ini.

Cermatilah secara sadar –  generasi kita saat ini, bukankah mereka sudah sangat jauh dari nilai agama? Bahkan tanpa malu pelajar melakukan hubungan seks bebas, membunuh, pencurian, pemerasan bahkan pemerkosaan.

Apapun bentuk pembulian yang melanggar norma agama, adat, kebudayaan, kebiasaan masyarakat yang baik akan sulit dihilangkan meskipun berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan karakter pelajar pancasila. Sebab akarnya (red. sekulerisme) masih kokoh menopang sistem pendidikan di negeri ini.

Satu-satunya solusi untuk menumbuhkan karakter yang bertaqwa dan menjunjung tinggi nilai nilai pancasila adalah dengan mengembalikan sistem pendidikan berbasis aqidah Islam. Berbagai pembelajaran senantiasa dikaitkan dengan keimanan dan aturan dari sang pencipta. Peserta didik didorong dan difalitasi agar menjadi pribadi yang bertaqwa dan berakhlak mulia.

Sebagaimana generasi berakhlak ini pernah terwujud pada masa kejayaan Islam, maka kita kenal Imam Syafi’I, Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Ahmad dan masih banyak imam lainnya yang luar biasa keilmuan dan akhlaknya. Mereka lahir menjadi orang yang berakhlak dan cerdas karena sistem pendidikan mereka saat itu berdasarkan aqidah Islam.

Maka sudah seharusnya untuk mewujudkan generasi anti bulying adalah dengan mengembalikan sistem pendidikan berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Wallahu’alam.[]

Comment