Boikot Produk Israel, Kondisi Palestina Masih Tetap Memburuk

Opini429 Views

 

 

Penulis: Eno Fadli | Pemerhati Kebijakan Publik

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Tragedi Palestina akibat serangan yang dilakukan penjajah Israel sungguh membuat miris. Sehingga belakangan ini ramai seruan boikot terhadap produk terafiliasi Israel di media sosial sebagai dukungan perjuangan kemerdekaan Palestina atas penjajahan Israel.

Namun banyak pula pihak-pihak yang memberikan empati dan dukungannya kepada penjajah bahkan mendiskreditkan pihak-pihak yang mendukung kemerdekaan Palestina dengan memutar balikkan fakta, sehingga tentunya tidak sedikit masyarakat yang bingung karenanya.

Menjawab kondisi yang ada dan bentuk tanggung jawab keulamaan, MUI seperti ditulis CNBC.com, (10/11/2023), menghimbau kepada masyarakat dengan menerbitkan fatwa nomor 83/2023 tentang wajib hukumnya dalam memberikan dukungan terhadap perjuangan Palestina, dan sebaliknya mendukung zionis Israel ataupun pihak-pihak yang mendukung Israel baik secara langsung maupun tidak hukumnya haram.

Dalam fatwanya, MUI menghimbau agar umat Islam semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel  dan mendorong Umat Islam di Indonesia mendistribusikan zakat, infak, dan sedekah untuk kepentingan perjuangan rakyat Palestina. Karena dalam keadaan darurat dan mendesak zakat boleh didistribusikan kepada mustahik yang berada jauh dari muzakki, meskipun pada dasarnya zakat harus didistribusikan kepada mustahik yang berada di sekitar muzakki.

MUI juga menghimbau pemerintah untuk mengambil langkah-langkah tegas membantu perjuangan Palestina, seperti melalui jalur diplomasi di PBB agar dapat menghentikan perang dan memberikan sanksi kepada Israel. Mengirimkan bantuan kemanusiaan, serta melakukan konsolidasi negara-negara OKI untuk menghentikan agresi.

Langkah yang dilakukan MUI sudah sepatutnya diberikan apresiasi, hal ini merupakan bentuk dukungan positif yang dapat dilakukan. Karena dengan seruan boikot, solidaritas kaum muslimin muncul dengan tidak lagi membeli produk-produk terafiliasi penjajah Israel ini mengakibatkan turunnya penjualan produk dari perusahaan-perusahaan yang disinyalir memberikan bantuan kepada penjajah Israel.

Fakta ini membuktikan umat melakukan apa yang mereka bisa terlebih ketika penguasa-penguasa negeri muslim hanya diam tidak memberikan aksi nyata untuk Palestina. Padahal selain Palestina membutuhkan bantuan kemanusiaan dan dukungan, Palestina lebih membutuhkan kekuatan besar umat Islam yang mampu mengusir penjajah, dengan mobilisasi pasukan dari negeri-negeri Islam khususnya negeri Arab. Pasalnya banyak dukungan yang diberikan untuk Palestina namun warga Palestina masih saja merasakan tragedi dan derita yang berkepanjangan.

Begitu juga dengan jalur diplomasi PBB, sudah banyak resolusi yang dikeluarkan PBB karena desakan negara-negara anggotanya, namun PBB tidak berdaya menghentikan agresi yang terjadi, penjajah Israel tetap saja melakukan serangan-serangan kepada rakyat Palestina, dibantu negara-negara barat yang memberikan dukungan penuh dengan mengirimkan pasukan dan persenjataan mereka untuk penjajah Israel.

Hal ini membuktikan negeri-negeri muslim dibuat tidak berdaya mengatasi masalah Palestina. Ketidakberdayaan yang bersumber dari ide nasionalisme yang membelenggu negeri-negeri muslim. Menjadikan persatuan negeri-negeri kaum Muslimin terpecah belah dan lemah akibat sistem negara bangsa atau Nation State.

Nasionalisme merupakan penyakit berbahaya yang menjadikan negeri-negeri muslim memandang penderitaan umat Islam di luar wilayah mereka merupakan masalah negeri lain yang tidak ada hubungan dengan mereka. Sehingga tidak ada tindakan politik yang dilakukan selain untuk kepentingan masing-masing.

Seharusnya hal ini membuat kaum muslimin sadar, ide nasionalisme yang berasal dari barat penjajah sudah berhasil menghancurkan persatuan umat, terbukti dari diamnya penguasa negeri-negeri muslim terhadap nasib Palestina dengan tidak memberikan bantuan nyata yang dibutuhkan Palestina. Nasionalisme telah menjadi sebuah penjara yang menyandera nilai nilai kemanusiaan di Palestina.

Oleh karena itu sudah sepatutnya umat Islam berani menyerukan untuk memboikot ide-ide yang membelenggu kaum muslimin dalam upaya mewujudkan kemerdekaan Palestina. Umat islam harus meyakini bahwa persatuan kaum muslimin dapat terwujud nyata, sebagaimana terlihat dari pengaruh dan dampak boikot produk yang membuktikan umat bisa bersatu. Tentunya dengan persatuan yang kokoh dan tidak bersifat sementara.

Bukan persatuan yang muncul karena ikatan nasionalisme, karena ikatan ini lemah dan rendah. Ikatan yang tumbuh karena manusia hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tidak beranjak dari situ, sehingga naluri mempertahankan diri mendorong untuk mempertahankan negeri tempat di mana mereka hidup dan menggantungkan diri. Ikatan ini bersifat emosional, muncul ketika ada ancaman dari pihak asing yang hendak menyerang dan menaklukkan suatu negeri.

Akan tetapi jika suasana aman dari serangan musuh, atau musuh dapat diusir dari negeri mereka maka sirnalah ikatan ini. Karena itu, ikatan seperti ini dinilai lemah, karena tidak mampu mengikat antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, dan mustahil dapat mewujudkan kemerdekaan Palestina.

Oleh karena itu untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina, kaum muslimin harus berani memboikot ide nasionalisme yang merupakan alat penjajah barat menguasai negeri-negeri muslim. Kaum muslim harus memahami bahwa mereka harus diikat dengan ikatan yang kuat yaitu ikatan ideologi. Ideologi Islam merupakan ideologi shahih sesuai fitrah manusia yang mempunyai kemampuan sistem dalam menerapkan berbagai aturan sehingga dapat menjaga, melindungi dan mampu mempersatukan umat dan membangkitkan umat Islam di seluruh dunia.

Tercatat dalam sejarah ideologi Islam selama seribu tiga ratus tahun mampu membangkitkan dan mempersatukan umat Islam di seluruh dunia, karena ideologi Islam secara objektif lebih unggul dan dapat membawa kebaikan bagi umat manusia. Wallahu a’lam bishshawab.[]

Comment