Penulis: Nashifa Rayya Anadia | Mahasiswi
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA—Viral video penampakan beruang di pemukiman warga Lampung Barat mengejutkan warga pada Selasa (8/10/2024) pukul 16.30 WIB, Pekon Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat.
Bukan pertama kalinya beruang itu menampakan diri. Agustus lalu, kejadian serupa pernah terekam kamera handphone warga. Beruang tersebut terlihat berada di sebuah bangunan sedang mengais-ais sampah
Menurut Letkol Inf Rinto Wijaya, Komandan Kodim 0422 Lampung Barat, Perilaku beruang memakan sampah ini terjadi karena tidak ada makanan di habitatnya dalam kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Kondisi ini terjadi akibat rusaknya ekosistem di hutan, yang menjadi habitat alami beruang. Lalu menyebabkan sumber makanan bagi satwa liar seperti beruang semakin terbatas. Selain itu, aktivitas manusia yang bebas juga menjadi faktor yang memperburuk keadaan.
Kejadian keluarnya beruang dari habitat aslinya untuk mencari makan di tempat sampah adalah salah satu contoh nyata dari dampak rusaknya ekosistem hutan akibat ulah manusia. Perambahan, penebangan, pembukaan lahan telah mengurangi ketersediaan makanan alami bagi satwa liar.
Hewan seperti beruang yang bergantung pada sumber daya alam di hutan, terpaksa mencari makan di wilayah pemukiman manusia karena habitat mereka tidak lagi menyediakan kebutuhan hidup mereka. Selain itu pergerakan bebas manusia ke dalam kawasan konservasi tanpa pengawasan menimbulkan gangguan pada keseimbangan ekosistem.
Penggunaan lahan secara tidak terkendali, seperti pembukaan wilayah hutan untuk dijadikan lahan pertanian, praktik perburuan liar yang dilakukan tanpa aturan, serta kegiatan komersial lainnya, semakin memperburuk kondisi lingkungan.
Dampaknya, satwa liar seperti beruang kehilangan habitat alaminya, yang tidak hanya mempersempit ruang gerak mereka, tetapi juga mengurangi jangkauan mereka terhadap sumber makanan.
Dalam jangka panjang, hal ini menyebabkan permasalahan antara manusia dan satwa liar, di mana satwa seperti beruang terpaksa mendekati pemukiman manusia demi bertahan hidup. Situasi ini tidak hanya mengancam keberlanjutan ekosistem hutan, tetapi juga meningkatkan risiko perselisihan antara manusia dan satwa yang semakin terdesak.(travel.detik.com)
Kasus ini menunjukkan ketidakseimbangan dalam pengelolaan sumber daya alam, di mana kebutuhan ekonomi lebih sering diutamakan daripada kelestarian lingkungan. Jika dibiarkan, hal ini akan mengancam keanekaragaman hayati dan kesejahteraan manusia, karena krisis lingkungan ini tidak hanya mempengaruhi satwa, tetapi juga memengaruhi ekosistem yang mendukung kehidupan manusia.
Sistem kapitalisme, yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi, memiliki peran signifikan dalam permasalahan lingkungan seperti yang terjadi di Lampung Barat. Dalam kapitalisme, keuntungan ekonomilah yang dijadikan prioritas utama, sementara kepentingan lingkungan dan kesejahteraan makhluk hidup lainnya diabaikan.
Kapitalisme mendorong eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam untuk kegiatan perindustrian dan demi mendapat keuntungan. Hal ini menyebabkan kerusakan alam dan pencemaran lingkungan yang berdampak pada ekosistem dan hewan yang tinggal di dalamnya.
Dalam sistem kapitalisme, yang ada hanyalah perhatian pada keuntungan yang didapatkan dengan segala cara. Peran pemerintah untuk memperhatikan kemaslahatan lingkungan dan kebutuhan setiap makhluk hidup termasuk hewan kurang signifikan. Jangankan kemaslahatan hewan hewan, keberlangsungan manusia saja masih tertatih tatih.
Kapitalisme juga menyokong privatisasi sumber daya alam. Sumber daya alam yang seharusnya dikelola untuk kepentingan umum malah dikendalikan oleh segelintir individu atau perusahaan besar. Ketika sumber daya alam dikuasai oleh sektor swasta, kepentingan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sering diabaikan.
Akibatnya, deforestasi, perusakan ekosistem, dan konflik antara manusia dan satwa liar seperti yang terjadi di Lampung menjadi lebih sering terjadi.
Lemahnya perhatian pemerintah mengatur penggunaan lahan dan melindungi satwa liar adalah bukti bagaimana kapitalisme memarginalkan peran negara mengelola kemaslahatan umum.
Dalam sistem kapitalisme, pemerintah adalah fasilitator bagi kegiatan ekonomi swasta, sementara kebijakan yang ketat terhadap lingkungan dan perlindungan satwa dianggap sebagai hambatan bagi pertumbuhan ekonomi.
Hal ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dan ketidakadilan, masyarakat lokal maupun makhluk hidup lainnya, menjadi korban dari aktivitas ekonomi yang tidak terkendali.
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS Al-A’raf: 56).
Dalam Islam, negara memiliki peran sentral mengelola sumber daya alam untuk kepentingan seluruh rakyat. Negara harus memastikan bahwa sumber daya alam tidak dieksploitasi secara berlebihan dan dikelola dengan prinsip keberlanjutan. Negara juga bertanggung jawab melindungi kawasan konservasi, seperti hutan, untuk menjaga ekosistem dan melindungi makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.
Pemanfaatan sumber daya alam harus didasarkan pada kebutuhan dan keberlanjutan, bukan semata-mata untuk keuntungan ekonomi.
Syariah Islam memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan melarang segala bentuk kerusakan di bumi.
Islam menerapkan kebijakan lingkungan yang sejalan dengan prinsip-prinsip ini. Misalnya, negara menetapkan himā (tanah lindung) di mana aktivitas manusia dibatasi untuk melindungi ekosistem yang rapuh. Kebijakan seperti ini akan mengurangi perambahan hutan yang menjadi penyebab utama krisis lingkungan.
Sumber daya alam dalam Islam tidak boleh dimonopoli oleh segelintir orang atau korporasi. Islam menegaskan bahwa sumber daya alam seperti air, hutan, dan lahan adalah hak milik umum yang harus dikelola negara untuk kemaslahatan bersama. Negara berperan mencegah terjadinya privatisasi yang merugikan lingkungan dan masyarakat. Dengan demikian, kerusakan lingkungan yang terjadi akibat eksploitasi berlebihan dapat dihindari.
Oleh karena itu, kita harus menyingkirkan sistem kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam, karena semua solusi ini tidak akan terwujud tanpa penerapan sistem Islam. Islam menyediakan landasan yang kuat untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan.
Dalam Islam, prinsip keadilan, tanggung jawab, dan amanah dalam mengelola sumber daya alam ditegakkan. Dengan sistem Islam, pengelolaan alam dilakukan bukan hanya untuk keuntungan pribadi, tapi untuk kebaikan semua makhluk hidup. Hanya melalui penerapan syariah, keseimbangan lingkungan bisa tercapai, dan krisis lingkungan bisa diatasi dengan berkelanjutan.
Kasus beruang mencari makan di pemukiman manusia di Lampung Barat mencerminkan krisis ekologi yang lebih besar, yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan eksploitasi sumber daya alam. Sistem kapitalisme yang mengutamakan keuntungan ekonomi tanpa memperhatikan kemaslahatan lingkungan telah berkontribusi pada masalah ini.
Sebagai solusi, sistem Islam menawarkan keadilan dalam mengelola sumber daya alam, dengan menempatkan negara sebagai pelindung dan pengelola yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan seluruh makhluk hidup.[]
Comment