![]() |
Ni Luh Sriyastini |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Korban tewas akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, bertambah menjadi 844 Orang. Selain itu, sebanyak 632 orang mengalami luka berat. Angka tersebut berdasarkan data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kompas.com 1/10/2018
Bencana alam yang mengerikan terjadi sangat cepat dengan beberapa guncangan dan akibatkan gempa, tsunami dan lumpur sungguh dashyat.
Ini bukan bencana biasa karena gempa di kelurahan Petobo, Palu Selatan tanahnya terbalik sepanjang dua kilometer, rumah dan penghuni terkubur hidup-hidup. Kini hanya ada hamparan gundukan tanah. Hanya masjid yang masih berdiri. Beberapa badan ahli geofisika mengatakan bahwa tsunami ini adalah kejutan. Karena tak ada perkiraan tsunami yang sangat besar seperti ini.
Di Palu korban bencana alam belum ada bantuan yang memadai. Gempa saat mahgrib, semalaman mereka tak berdaya. Subuh bantuan datang dari FPI dan ormas lainnya, tapi korbannya ternyata luar biasa banyak. Belum lagi ditempat lain, Donggala dan Mamuju.
Korban mengalami kelaparan, kedinginan, ketakutan dan kesedihan. Terjadilah penjarahan toko-toko dan lainnya. Tak disangka, ditengah bencana bukannya bertaubat dan kembali kepada Allah SWT malah menjarah TV dan barang yang bukan makanan. Bahkan para narapidana di Palu membakar penjara. Entahlah apa yang ada di pikirannya ?
Memang bencana alam adalah qodho dari Allah SWT tapi apakah sikap terbaik kita terhadap bencana alam ini ? Hendaknya kita kembali muhasabah diri dan bertindak proporsional.
Gempa bisa saja terjadi di tempat kita berada saat ini. Bukan mustahil. Persiapkan diri untuk menghadapi kematian tiba-tiba. Perbanyak taubat, perbanyak sebar kebaikan dengan berdakwah tentang syariah Islam.
Syariah Islam di antaranya menentang tingkah laku kaum sodom, banyak wabah ini di kota besar termasuk Palu. Banyak video asyiknya kaum homo Palu bermadu mesra. Bahkan saat terjadinya tsunami sedang ada acara Palu Nomoni yaitu acara budaya yang memanggil roh-roh. Orang-orang yang berbondong-bondong datang menonton dan polisi yang bertugas menjadi korban tsunami Palu.
Penyelamatan korban bencana memerlukan biaya besar, tenaga yang handal dan fasilitas yang memadai. Pemerintah seharusnya hadir dan memprioritaskan kebutuhan korban. Berdasarkan pengalaman tsunami Aceh dan Lombok maka seharusnya penanganan Palu ini lebih terkoordinir antara pemerintah pusat dan daerah.[]
Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial
Comment