Penulis: Umma Almyra | Pegiat Literasi
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Banjir kembali melanda di sebagian provinsi di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait potensi terjadinya cuaca ekstrem di beberapa kota.
Di Kampung Bojongasih, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, ribuan rumah warga terendam banjir diakibatkan Sungai Citarum dan jebolnya tanggul anak Sungai Cikapundung. Meskipun banjir mulai surut pada Minggu (14/1/2024) namun masih ada 7 RW yang tergenang. Genangan air terjadi di RW 4 sekitar 70 sentimeter.
Seperti ditulis antara (13/1/2024) Provinsi Riau pun tak tertinggal terus meningkat jumlah korban banjir, dengan total 6.467 jiwa yang mengungsi akibat banjir. Mengutip Kepala BPBD Riau M. Edy Afrizal “Pengungsi terbanyak berasal dari Kabupaten Rokan Hilir, Kepulauan Meranti dan Kota Dumai.
Kepala BNPB Letjen Suharyanto Dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Jumat (12/1/2024), menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi risiko bencana yang sangat tinggi – salah satu dari 35 negara di dunia dengan risiko bencana tertinggi. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla), banjir serta cuaca ekstrem bencana alam yang paling mendominasi.
Kondisi ini terus berulang. Tingginya curah hujan dan kondisi cuaca yang ekstrim, dianggap sebagai penyebab utama banjir. Apakah benar banjir hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi? Atau ada faktor lain yang menyebabkan banjir? Bagaimana perspektif Islam memberikan solusi untuk mencegah banjir berulang?
Bencana yang Terulang
Banjir seringkali terjadi sebagai bencana alam yang umum setiap musim hujan. Wilayah yang terkena banjir tidak hanya terbatas pada kawasan ibu kota dan sekitarnya, tetapi juga meluas ke daerah lain. Namun, tampaknya, hal ini tidak membuat penguasa belajar dari pengalaman.
Banyak faktor yang menyebabkan banjir begitu juga dengan penanganannya. Curah hujan dan perubahan iklim sering kali dianggap sebagai penyebab utama banjir, namun penyelidikan tentang penyebab banjir dapat melibatkan berbagai aspek lainnya.
Meskipun curah hujan dan kondisi cuaca dapat menjadi faktor penyebab banjir, tetapi ketidakstabilan alam disebabkan oleh pergeseran aktivitas manusia pada akhirnya mengganggu keseimbangan alam. Perubahan iklim ekstrim dan sering terjadi saat ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Banyak penelitian ilmiah menunjukkan dampak terbesar datangnya dari aktivitas manusia.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia yang mempengaruhi komposisi atmosfer global. Akibat penebalan lapisan atmosfer, jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer meningkat. Konsentrasi gas yang meningkat ini menyebabkan efek rumah kaca, yang pada gilirannya meningkatkan jumlah air di atmosfer dan menyebabkan peningkatan curah hujan.
Ketika hujan deras turun tanpa adanya lahan yang menampung, air tersebut dapat menyebabkan banjir. Semakin diperburuk dengan pembangunan yang sangat masif dan tidak memperhitungkan analisis mengenai dampak lingkungan dan sampah yang menumpuk. Sehingga banjir pun tidak bisa terelakkan.
Pembangunan yang Pro Oligarki
Bukan rahasia lagi, bahwa banjir yang terjadi di Indonesia merupakan hasil dari kebijakan pembangunan yang tidak direncanakan secara komprehensif dan mendalam. Model pembangunan ini didasarkan pada prinsip kapitalisme yang hanya mengutamakan keuntungan ekonomi tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, termasuk dalam hal tata kota secara keseluruhan seperti alih fungsi lahan, pembangunan wilayah perkotaan, dan daerah tujuan pariwisata.
Kebijakan pembangunan yang mengutamakan keuntungan ekonomi tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan telah menyebabkan bencana banjir terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.
Alih fungsi lahan yang tidak terencana dengan baik, pembangunan wilayah perkotaan yang tidak berkelanjutan, dan pengembangan daerah tujuan pariwisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan adalah beberapa contoh nyata dari kebijakan pembangunan kapitalisme yang menyebabkan banjir menjadi semakin sering terjadi.
Ketika banjir melanda, para pengusaha mungkin dapat memindahkan usaha mereka karena memiliki banyak properti, memungkinkan mereka tetap hidup nyaman. Namun, bagi rakyat biasa, mereka terjebak di tempat tinggal mereka, menyebabkan berhentinya kehidupan sehari-hari, termasuk di sektor pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Semua ini merupakan konsekuensi dari ulah manusia dalam sistem kapitalisme yang serakah dan tidak bertanggung jawab dalam pengelolaan lahan, menyebabkan penderitaan dan kerusakan lingkungan.
Solusi Islam
Allah Swt. berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS Ar-Rum: 41).
Dalam perspektif Islam, negara wajib memperhatikan kebijakan pembangunan yang bertujuan untuk memperhatikan kemaslahatan masyarakat dan menjaga keselarasan lingkungan.
Pada masa keemasan Islam, bendungan-bendungan dengan berbagai macam tipe dibangun untuk mencegah banjir maupun keperluan irigasi, memperhatikan pembangunan infrastruktur yang dapat menampung curah hujan dari daerah aliran sungai dalam jumlah besar dengan membangun berbagai tipe bendungan yakni yang mampu menampung air dari aliran sungai, curah hujan, mencegah banjir maupun untuk keperluan irigasi.
Bukti nyata tentang hal ini masih dapat ditemukan di beberapa wilayah, seperti pada masa kekuasaan Islam di Iran dan Turki.
Tidak hanya sampai di situ, Negara wajib mengatur bahwa setiap pembangunan permukiman baru harus memperhitungkan faktor-faktor drainase, pengelolaan daerah resapan air, dan penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteristik tanah dan topografi, dengan tujuan untuk mencegah potensi terjadinya banjir atau genangan.
Jika terjadi bencana banjir, negara segera mengambil tindakan darurat dengan melibatkan seluruh warga yang berada di dekat daerah bencana. Menyediakan bantuan logistik berupa tenda, makanan, pakaian, dan perawatan medis yang layak agar para korban bencana alam tidak menderita sakit, kelaparan, atau kekurangan tempat istirahat yang memadai.
Sungguh hal ini hanya akan terlaksana jika sistem Islam diterapkan.
Sampai kapan kita masih bertahan dengan sistem kapitalisme yang rusak ini?
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS Al-Maidah: 50). Wallahu A’lam Bishawab.[]
Comment