Penulis: Fitriani, S.Hi | Guru dan Aktivis Dakwah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Saat ini ide moderasi beragama dianggap sebagai solusi untuk keberagaman bangsa ini. Bukan hanya itu saja, bahkan masalah-masalah lain pun yang tidak ada kaitannya dengan keberagaman, moderasi beragama ini juga dijadikan solusi.
Seolah-olah apapun masalahnya moderasi beragama adalah solusinya. Maka tidak heran jika agenda ini masuk dalam RPJMN 2020-2024 yang harus dijalankan di negeri ini.
Moderasi beragama hari ini begitu massif diarus deraskan. Mulai dari sosialisasi ke sekolah-sekolah Islam, pembentukan kampung moderasi beragama, adanya duta moderasi beragama hingga da`i dan penyuluh agama juga diarahkan untuk terus mensosialisaikan ide Islam moderat ini.
Apa dan bagaimana sebenarnya ide moderasi beragama ini? Mengapa ini yang harus diarus deraskan? Benarkah moderasi beragama menjadi solusi persoalan bangsa ini?
Ide moderasi beragama secara garis besar adalah paham keagamaan yang moderat. Moderat sering dilawankan dengan radikal. Kedua istilah ini bukahlah istilah ilmiah, tetapi cenderung merupakan terminologi yang memiliki maksud dan tujuan politik tertentu.
Moderat adalah paham keagamaan yang sesuai selera barat, yaitu sesuai dengan nilai-nilai barat yang notabene sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Sebaliknya, radikal adalah paham keagamaan yang dilekatkan pada kelompok-kelompok Islam yang menolak keras sekularisme barat. Mereka ini menghendaki penerapan Islam secara murni dan kâffah dalam seluruh aspek kehidupan.
Sejak peledakan Gedung WTC 11 September 2001, AS telah memanfaatkan isu terorisme sebagai bagian dari skenario globalnya untuk melemahkan Islam dan kaum Muslim.
Untuk itu, para peneliti mereka dari Rand Corporation kemudian menganjurkan beberapa pilihan langkah bagi AS. Salah satunya adalah mempromosikan jaringan Islam moderat untuk melawan gagasan-gagasan Islam radikal (menurut pemikiran mereka).
Dengan demikian kebijakan moderasi agama ini harus kita pandang dalam perspektif politik global, bukan sekadar perspektif politik lokal Indonesia. Sebab, pada faktanya moderasi agama merupakan bagian dari strategi politik Barat, khususnya Amerika Serikat dan sekutunya.
Dalam hal ini AS dan sekutu-sekutunya meyakini bahwa selama ajaran Islam murni masih diyakini dan tumbuh berkembang di tubuh umat Islam, selama itu pula akan terus ada perlawanan terhadap imperialis Barat dan kepentingannya di dunia Islam.
Oleh karena itu, Barat menggagas proyek moderasi agama yang ditujukan untuk mengubah sudut pandang kaum muslim agar mereka mau menerima ide dan pemikiran Barat, khusus demokrasi liberal dan kebebasan.
Islam moderat adalah kunci penyebaran demokrasi liberal Barat di negeri-negeri Islam. Penerapan demokrasi liberal ini justru menimbulkan berbagai kerusakan dan kemelaratan bagi rakyat seperti masalah kemiskinan, judi online, perceraian, kekerasan terhadap anak dan perselingkuhan.
Inilah problem-problem yang dihasilkan oleh demokrasi. Lalu dengan begitu, benarkah moderasi beragama menjadi solusi mendasar terhada suatu persoalan?
Islam moderat bukanlah solusi bagi bangsa ini
Patut kita renungkan apa yang pernah disampaikan oleh Amirul Mukminin Khalifah Umar bin Khattab bahwa kita kaum yang Allah muliakan dengan Islam maka jika kita mencari kemuliaan selain Islam, Allah akan menghinakan kita. Faktanya memang Islam moderat bukanlah berasal dari Islam.
Jika adanya Islam moderat dikaitkan dengan Firman Allah SWT QS.Albaqarah :143 maka sejatinya makna washatiyah dalam ayat tersebut bukanlah Islam moderat namun kata wasath memiliki makna yang jauh berbeda dengan apa yang mereka klaim.
Imam al-Qurthubi menyatakan, Al-wasath (maknanya) adalah adil. (Tafsir al-Qurthuby, 2/153).
Mengenai kategorisasi moderat atau yang lain, itu hanyalah pembagian yang didasarkan pada orang yang mengambil Islam. Dikatakan moderat jika dia bisa bersikap terbuka dan bisa mengkompromikan Islam dan Barat. Disebut radikal, fundamentalis atau ekstrem kalau tidak bersikap terbuka dan tidak mau mengkompromikan Islam dengan Barat.
Kita ketahui bahwa barat tidak menghendaki Islam dan kaum muslim bangkit. Barat menginginkan kaum muslim tetap dalam kebodohan dan terjajah baik ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Sejak kejayaan Islam Turki, Ottoman runtuh, Barat faham bahwa sejatinya kaum muslim tidak akan bisa dikalahkan dengan perang fisik maka mereka ganti dengan perang pemikiran (Ghozwul Fikr). Maka adanya 5 proyek moderasi beragama adalah cara mereka menghancurkan Islam dan kaum muslim dari segi pemikiran dan pemahaman.
Lima (5) proyek itu adalah : sekulerisme, relativisme, kontekstualitas, westernisme dan kesetaraan gender. Satu hal yang menjadi catatan penting, cara mereka mengarus-deraskan ide ini adalah dengan meanfaatkan kebodohan kaum muslim serta memberdayakan para tokoh dan ulama-ulama su`sebagai perpanjangan tangan dan lisan mereka untuk mengarus deraskan ide bathil ini.
Maka kaum muslim sudah selayaknya menyadari kebathilan ide ini dengan memahami Islam secara kaffah. Islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Apapun masalah yang dihadapi oleh manusia, Islam punya solusi. Islam adalah agama kaffah (sempurna) yang diturunkan oleh Allah SWT.
Islam mengatur hubungan manusia dengan tuhan, diri dan sesamanya. Dengan demikian, Islam bukan hanya mengatur masalah akidah, ibadah dan akhlak, tetapi juga mengatur masalah ekonomi, pemerintahan, sosial, pendidikan, peradilan dan sanksi hukum serta politik luar negeri.
Inilah yang dimaksud dengan Islam kâffah sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian turut langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah: 208).
Jika demikian, benarkah Islam moderat itu ada? Tentu tidak ada. Sebabnya, Islam hanya satu, yaitu agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhan, diri dan sesamanya.
Alhasil, umat Islam harus melihat ide moderasi agama ala barat ini secara ‘mendalam’ dan seksama. Pasalnya, moderasi agama digagas negara imperialis Barat untuk melanggengkan penjajahan di dunia Islam, serta mengubah sudut pandang kaum muslim agar menerima sekularisme, pluralisme dan liberalisme.
Ide ini tidak hanya mengokohkan dominasi dan imperialisasi Barat atas dunia Islam. Ia juga merusak kesucian dan kemurnian Islam dan memaksakan pemikiran rusak ke tubuh kaum Muslim.
Maka untuk melawan pemikiran barat itu, kaum muslim harus melakukan peran di antaranya:
1. Membangun arus baru ulama waratsatul anbiya. Sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama, sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama (HR. Ad-Darimi).
2. Menimbang dan memelaah moderasi beragama ala barat dan turunannya yang bertentangan dengan Islam.
3. Bersuara lantang mendakwahkan Islam yang paripurna dan membangun kesadaran umat Islam untuk mewujudkan baldatun thoyyibatun warabbun Ghafur.
Selain itu secara keseluruhan umat Islam harus disadarkan terus akan kewajiban mereka agar selalu terikat dengan syariah Islam. Syariah Islam adalah standarisasi perbuatan seorang muslim, bukan moderasi. Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk taat, patuh dan menerima sepenuhnya syariah islam.
Umat memiliki peran besar untuk menyebarkan Islam kaffah (paripurna) di tengah umat agar mereka benar-benar memahami bahwa Islam adalah solusi terbaik bagi persoalan bangsa ini. Firman Allah SWT: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.. (QS. Ath Tholaq: 3). Wallahu`alam bisshawab.[]
Comment