Benarkah Bendera Tauhid Adalah Ancaman?

Opini755 Views

 

Oleh : Milda, S.Pd, Aktivis Muslimah

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Dengan tagar “Sang Presiden Kami Anies Baswedan”,  sekelompok masyarakat menggelar deklarasi Anies sebagai calon presiden (capres) 2024 di di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (8/6/2022).

Pada awalnya sempat terpampang beberapa bendera di depan berkalimat tauhid warna hitam dan putih di panggung acara.

Lalu timbul ketegangan ketika acara hendak dimulai disebabkan bendera berkalimat tauhid ini.

Bendera tersebut terpampang sejak sebelum acara dimulai. Namun, sebelum acara dimulai sempat terjadi ketegangan karena panitia meminta agar bendera berkalimat tauhid yang dipasang peserta itu diturunkan.

Seperti dilansir fajar.co.id, panitia yang meminta bendera tersebut diturunkan menyebut bendera tauhid hitam putih itu sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Berbagai fitnah terus digulirkan dan anehnya Islam yang selalu menjadi kambing hitam, seolah Islam biang dari segala keonaran di negeri ini, termasuk bendera yang berlafadzkan tauhid.

Sebagian dari para pembenci Islam menciptakan keonaran di tengah maraknya pencapresan dan menggiring opini publik agar rakyat percaya terhadap berbagai propaganda dengan muatan untuk  memonsterisasi ajaran Islam.

Dalam sistem demokrasi sekuler, Islam sangat rentan, selalu menjadi bahan fitnah oleh kaum phobia. Sangat jelas demokrasi sekuler tidak menempatkan Allah sebagai pengatur kehidupan. Demokrasi tidak menempatkan Islam sebagai ajaran untuk mengatur kehidupan. Democrasi sekuler justru  mengajak manusia untuk anti terhadap ajaran Islam.

Masih teringat di benak kita semua bahwa 2017 lalu bendera yang berlafadzkan La’ilahaillah Muhammad Rasulullah mendapat persekusi. Sekelompok orang memfitnah bahwa bendera tauhid identik dengan bendera teroris dan sangat disayangkan sebagian muslim percaya dengan propaganda ini tanpa mencari tahu kebenarannya.

Padahal bendera tauhid merupakan bendera kaum muslim, bukan milik ormas ataupun lembaga tertentu sehingga tidak layak dicap bendera teroris.

Jika saja masyarakat tidak mudah terhasut oleh propaganda segelintir orang yang melarang bendera tauhid dikibarkan. Seharusnya masyarakat sadar bahwa kalimat pada bendera tauhid tersebut berarti “Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad Utusan Allah”. Apa yang perlu ditakutkan? Bukankah sebagai muslim harusnya paham akan hal mendasar tersebut?

Maka dari itu pengakuan terhadap Allah juga harus diaplikasikan pada segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari mulai dari bangun tidur sampai urusan negara agar umat islam khususnya tak mudah diprovokasi terkait ajaran agamanya sendiri. Apalagi dalam memilih penguasa maka harus memiliki tujuan yang jelas dengan berpegang teguh pada kalimat tauhid (segala aktivitas berdasarkan hukum Islam).

Untuk itu, tidak ada ruang dalam sistem demokrasi sekuler untuk mensyiarkan dan menyuarakan Islam di negeri ini sebab demokrasi sekuler sejatinya lahir dari penjajah yang notebene ingin menjauhkan umat jauh dari Islam dan merusak berbagai tatanan kehidupan.

Maka mustahil jika demokrasi sekuler dan Islam bersatu untuk mengatur sebuah kehidupan bernegara. Demokrasi sekuler yang menuhankan manusia dan menjauhkan agama dari kehidupan sehingga tidak heran jika ajaran Islam selalu ditentang bahkan dipersekusi.

Jika demokrasi menjadikan Islam sebagai musuh terlebih bendera tauhid yang dipersoal maka sama halnya melawan Allah. Islam sendiri memiliki segala pengaturan kehidupan bahkan dalam politik pun Islam menjadikan akidah sebagai pondasi. Kalimat tauhid sebagai pengakuan umat islam terhadap keyakinan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Kalimat tauhid merupakan bentuk  pengabdian manusia kepada Allah dalam melakukan aktivitas semata-mata karena Allah. Sehingga sudah selayaknya umat islam untuk selalu berpegang teguh pada kalimat tauhid.

Tetapi saat ini kita tidak berdaya untuk menyebarkan syiar Islam saja sudah diancam akibat penerapan sistem demokrasi sekuler yang menjadikan sebagian umat muslim anti dengan ajarannya sendiri (Islamophobia).

Namun anehnya para pejuang Islam yang justru ingin mendakwahkan Islam sesuai dengan syari’at justru dianggap melanggar konstitusi negara. Mestinya umat Islam sebagai mayoritas di negeri ini menyambut ajaran Islam dengan penuh suka cita. Tidak ada kemuliaan selain dari ajaran Islam yang telah terbukti pernah menjadi negara adidaya yang disegani negara-negara kafir.

Islam mampu menyatukan seluruh umat muslim dengan bendera tauhid seperti negara Islam pertama yang didirikan Rasulullah di Yastrib (Madinah) kala itu mampu menyatukan segala bani/kabilah(suku ras) lintas jaziraatul Arab, bahkan dalam sejarah menyebutkan hingga 2/3 belahan dunia.

Bendera tauhid merupakan salah satu simbol kenegaraan karena saat Rasulullah Saw menjadi kepala negara sekaligus komandan pasukan perang.

Dengan begitu makin menguatkan kita bahwa bendera tauhid merupakan bagian dari syiar Islam. Seperti firman Allah, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj : 32). Wallahu Alam Bishowab.[]

Comment