Penulis: Ema Ummu Alqi | Aktivis Boyolali
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Organisasi non pemerintah dan pemerhati lingkungan, Gita Pertiwi, seperti ditulis EpsosinSolo.com berharap gagasan penyatuan pengelolaan daerah atau aglomerasi Soloraya tidak hanya menitikberatkan pada aspek ekonomi semata, melainkan juga memperhatikan aspek lain, salah satunya lingkungan.
Harapan tersebut diungkapkan Direktur Program Gita Pertiwi, Titik Eka Sasanti, dalam Forum Group Discussion (FGD) dengan tema Peluang dan Tantangan Aglomerasi Soloraya yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daera (Bappeda) Solo di Solia Zigna Hotel, Laweyan, Solo, Kamis (26/9/2024).
“Aglomerasi merupakan solusi untuk membangun efektivitas secara daerah dan juga daya saing lokal”, jelas Ferry Sephta Indrianto (Ketua Kadin Solo). Melansir RumahJurnalis.com
Jika dilihat makna dari istilah aglomerasi dalam ilmu ekonomi adalah pemusatan beberapa perusahaan kedalam satu daerah. Itu artinya Solo benar-benar akan menjadi kota Metropolitan baru.
Secara fakta hari ini kehidupan masyarakat dikuasai oleh aturan sekuler yang melahirkan aturan ekonomi kapitalisme, yang mana para pemilik modal berkuasa. Itu artinya segala kebijakan ataupun program yang dikeluarkan hanya berasaskan materi, mengutamakan keuntungan dan kepentingan para pemilik modal saja.
Pun begitu dengan aglomerasi daerah di Soloraya sejatinya bukan untuk rakyat Jawa Tengah khususnya Soloraya dan sekitarnya. Namun aglomerasi semata-mata permainan para kapitalis dengan dalih menarik para investor guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan rakyat.
Sementara konsep kehidupan yang berpegang teguh kepada kapitalisme sangatlah tidak mungkin menciptakan kebijakan atau program yang memihak rakyat. Dengan adanya kebijakan ataupun program aglomerasi misalnya tentulah banyak dampak negatif yang dirasakan oleh rakyat. Terutama dari tata kelola lingkungan hidup di masyarakat sekitar.
Alih fungsi lahan akan mempersempit pertanian masyarakat, sehingga berdampak kepada para petani yang berdampak berkurangnya nafkah kepada keluarga, meningkatnya kemiskinan dan pendidikan anak-anak terganggu.
Hilangnya mata pencaharian kepala keluarga ini adalah akibat dari lahan pertanian mereka yang dialih fungsikan menjadi perusahaan para konglomerat, sehingga kehidupan rakyat semakin jauh dari kata sejahtera.
Sampah yang semakin menggunung akibat limbah produksi membuat rakyat semakin terganggu dengan pencemaran lingkungan yang tidak sehat. Penanganan limbah yang belum optimal oleh pemerintah karena kurangnya sarana dan prasarana untuk pengelolaan limbah dan sampah.
Dengan mengarahkan kepada kota baru Metropolitan, akan memaksa rakyat dari sisi gaya hidup, semakin meningkatnya jiwa konsumtif di tengah masyarakat. Dengan tuntutan gaya hidup yang tidak sesuai dengan taraf ekonomi rakyat maka akan memicu kepada tindak kriminalitas. Sehingga akan memunculkan ketidaknyamanan dalam hidup.
Itulah aktifitas keseharian rakyat yang hanya menjadi penopang laju perekonomian para kapitalis yang hanya menguntungkan para pemilik modal dan sama sekali tidak memihak kepada rakyat. Semua itu karena diterapkannya sistem kapitalis sekuler yang melahirkan sistem ekonomi kapitalisme, yang menempatkan para pemilik modal berkuasa.
Dalam sistem kapitalisme hari ini, sudut pandang politik ekonomi neoliberal menjadikan masalah pembangunan hanya berlandaskan pada penarikan investasi, sehingga para investor dibebaskan untuk menguasai hampir seluruh wilayah yang dipandang strategis dan menghasilkan cuan bagi mereka.
Sementara islam mengatur aglomerasi ekonomi meniscayakan perusahaan atau kegiatan ekonomi terkonsentrasi di wilayah tertentu, harus dikelola agar tidak menciptakan ketimpangan ekonomi di tengah kehidupan masyarakat.
Konsep Islam mengajarkan bahwa manusia bertanggung jawab untuk menjaga bumi dan tidak boleh mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Perencanaan kota dalam sistem Islam memperhatikan pemeliharaan ruang hijau, air, dan kebersihan lingkungan.
Namun semua itu hanya bisa kita jumpai dalam kehidupan yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh. Tidak rindu kah kita untuk kembali kepada kehidupan yang demikian? Hidup dalam naungan islam yang memneri kesejahteraan kepada seluruh rakyat tanpa kecuali. Wallahu àlam bishowab.[]
Comment