RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Hutan pinus di kawasan Lembang merupakan salah satu tujuan favorit keluarga kami saat berkemah. Maklum, letaknya tak terlalu jauh dari kota dan suasananya juga cukup rindang.
Pohon pinus yang tumbuh tinggi di sana-sini, lengkap dengan udara dingin pegunungan, rasanya alami sekali. Pinus-pinus kering yang jatuh dari pohonnya pun berserakan di seluruh kawasan hutan.
Sebenarnya di dalam sebongkah pinus, ada sejenis kacang-kacangan yang bisa dimakan. Namun tidak banyak orang tahu tentang kacang pinus (pine nuts) ini. Mungkin karena melihat pohon yang berdiri begitu kokoh dan tinggi besar, rasanya tak percaya jika hanya menghasilkan karya sekecil kacang.
Berbanding terbalik dengan pohon semangka. Batangnya kurus dan begitu lemah, sampai-sampai tak kuat berdiri dan hanya tumbuh dengan menjalar.
Meski hidup dengan penuh kekurangan seperti itu, bukan halangan untuk menghasilkan karya besar. Lihatlah buah semangka! Berbobot, manis, dan segar!
Pohon pinus dan pohon semangka sepintas bisa menjadi refleksi diri. Betapa kita ini hidup dengan kondisi yang prima, dan punya banyak waktu luang, tetapi kita tak pernah menghasilkan sebuah karya yang bisa dibanggakan.
Di sisi lain, banyak orang-orang yang hidup penuh kekurangan dan kelemahan. Sebut saja Anne Marrie Frank, gadis kecil berusia 13 tahun yang hidup pada masa perang dunia kedua.
Ia dan keluarga selalu ketakutan karena pengejaran tentara Nazi, bersembunyi di belakang rak buku selama dua tahun sebelum akhirnya tertangkap dan menutup usianya dalam penjara pada Februari 1945.
Siapa sangka, selama dua tahun pelariannya itu ia sempat menulis buku berjudul The Diary of A Young Girl yang kini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Karya tersebut sukses besar meski diterbitkan setelah Anne tiada.
Di Indonesia kita mengenal Jendral Sudirman. Beliau memimpin gerilya para tentara ketika meletusnya Agresi Militer Belanda kedua pada Desember 1948. Sang Jendral bukan dengan fisik yang kuat melakukannya, melainkan justru pada kondisi lemah karena penyakit paru-paru kronis.
Meski demikian beliau persembahkan karya terbaiknya. Selama enam bulan melakukan perlawanan, akhirnya Belanda menarik diri dan mengakui kemerdekaan Indonesia.
Bagai pohon semangka, meski harus tumbuh dengan tertatih-tatih di permukaan tanah, tetapi mampu berkarya sebesar-besarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah,
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”(Hadits Riwayat Ahmad).
Mari resapi sekali lagi. Kita ini hidup tenang, sehat jasmani dan rohani, tak ada musuh yang mengejar, tak pula terdekam di penjara, maka saatnya kita hasilkan karya yang lebih besar dari sekedar kacang pinus![]
Comment