Barang Murah China Matikan Industri Dalam Negeri

Opini208 Views

 

Penulis: Yuli Yana Nurhasanah | Ummu Warabatul Bait

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Warning untuk produk lokal, karena pasar domestik RI ramai diserbu produk manufaktur China akhir-akhir ini. China terus melakukan penetrasi dan inovasi pasar Indonesia melalui skala ekonomi dan penguatan efisiensi, sehingga menekan biaya rendah dan komoditi mereka semakin kompetitif.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran Industri RI kalah saing dan mematikan Industri dalam Negeri sebagaimana  diungkapkan  cnbcindonesia.com (26/7/24).

Janet Yellen Menkeu AS, dalam sebuah wawancara sebagaimana ditulis sindonews.com (28/7/24) mengungkapkan kekhawatiran tentang China yang berinvestasi berlebihan di pabrik dengan membanjiri dunia oleh barang-barang murah yang terus meluas.

Menurutnya yang dilakukan China terlalu jauh melewati batas. Janet Yellen prihatin tentang kapasitas Industri China. Beijing harus ditekan agar mengubah model ekonominya.

Situasi ini merupakan kebijakan CAFTA (China Asean Free Trade Area) yang berdampak buruk pada produk dalam negeri karena produk dari China lebih murah dari produk lokal. Semenjak CAFTA dimulai, neraca dagang Indonesia selalu mengalami defisit dengan China hingga saat ini.

Pemerintah tidak bisa membatalkan CAFTA ini. Indonesia terjebak dalam perdagangan bebas sehingga menjamur produk impor di pasar domestik yang perlahan dan tanpa disadari mematikan Industri dalam negeri sehingga bergantung dengan produk impor.

Bergantung pada produk impor tentu saja akan sangat merugikan rakyat Indonesia. Bukan tidak mungkin akan banyak industri lokal gulung tikar sehingga terjdi PHK semakin masif.

Dengan tingginya impor, harga barang akan semakin naik yang kemudian berakibat terhadap daya beli melemah dan semakin banyak rakyat miskin. Dampak PHK menyebabkan rakyat tidak punya penghasilan. Dengan begitu, bisa dipastikan kondisi sosial masyarakat semakin buruk.

Bergantung dengan produk impor berdampak buruk pula terhadap rakyat dengan tingginya tingkat kemiskinan dan literasi finansial yang rendah. Saat memasuki arus pasar bebas, Indonesia belum mapan menguasai teknologi industri mandiri.

Untuk mewujudkan kemajuan dan kemandiri, Indonesia harus bisa lepas atau tidak terikat dengan perdagangan bebas (Liberalisasi), karena ini adalah bentuk penjajahan gaya baru. Solusinya pada paradigma kebijakan dan tatanan teknis.

Menjalin hubungan luar negeri tidak masalah asalkan lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan negara. Kalaupun ada hubungan perdagangan luar negeri, perlindungan industri atau dunia usaha, rakyat tetap menjadi prioritas dan menjamin iklim usaha yang aman dan kondusif terhadap perekonomian rakyat.

Negara sejatinya membuat kebijakan dan menjamin kesejahteraan rakyat sehingga memiliki daya beli tinggi. Selain itu, dilakukan edukasi sehingga rakyat bijak dalam konsumsi, demi mewujudkan negara kuat, mandiri, dan terdepan.

Islam adalah solusi tepat karena memiliki paradigma berpijak pada urusan rakyat untuk mewujudkan kemaslahatan.

Solusi problematika perekonomian rakyat saat ini hanya dengan menerapkan Islam secara kafah dalam setiap lini kehidupan, termasuk dalam hal perekonomian. In syaa Allah keberkahan dan kesejahteraan akan didapat. Wallahu a’lam bisshawab.[]