Bapak Asuh, Mampukah Tuntaskan Soal Stunting Secara Menyeluruh?

Opini447 Views

 

Oleh: Dwinda Lustikayani, Aktivitas Dakwah

_________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Walikota Medan, Bobby Nasution telah berinisiatif untuk mengatasi stunting pada anak dengan mengukuhkan bapak asuh, agar mempercepat gerakan gotong royong menurunkan angka stunting.

Bahkan seluruh pejabat eselon II dan III serta 21 kecamatan di instruksikan untuk menjadi bapak asuh pada anak stunting. Para orang tua asuh anak stunting diwajibkan setiap bulan memberikan bantuan asupan nutrisi dan gizi berupa uang tunai sebesar Rp500 ribu selama enam bulan ke depan bagi anak asuhnya.

Nantinya uang tersebut digunakan untuk membeli bahan makanan dan dibagikan kepada seluruh anak penderita stunting di Kota Medan seperti yang disampaikan Suryadi, selaku Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan.​​​​​​

Suryadi berharap program bapak asuh tersebut dapat menuntaskan masalah kekerdilan pada anak di Kota Medan.

Pemerintah Kota Medan Sumatera Utara, mencatat jumlah penderita stunting atau kurang gizi kronis di daerahnya turun dari 550 anak pada Februari menjadi 364 anak pada Oktober 2022 seperti yang dikutip dalam Tirto.id.

Anggaran penanganan stunting pada anak yang dilaporkan langsung oleh Walikota Medan Bapak Bobby Nasution terus meningkat dalam tiga tahun terakhir.

Pada 2020 Pemkot Medan menganggarkan Rp70 miliar untuk penanganan stunting. Pada 2021, Pemkot Medan menambah anggaran penanganan stunting di seluruh organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemkot Medan menjadi Rp105 miliar. Pada 2022, anggaran penanganan meningkat drastis menjadi Rp198 miliar lebih, Kamis (27/10/2022, Tirto.id).

Dengan meningkatnya anggaran bantuan tersebut pun masih belum dapat menuntaskan masalah stunting pada anak secara signifikan. Sebab masalah stunting tidak cukup diatasi dengan jalan pengasuhan saja.

Tidak ada yang salah dengan upaya yang dilakukan Walikota Medan itu namun harus ditelaah lebih mendasar apa akar penyebab terjadinya stunting ini.

Sistem ekonomi kapitalis menjadi penyebab dan membuat masyarakat menjadi semakin miskin dan sengsara. Penelitian menunjukan bahwa kemiskinan sangat erat dengan stunting. Semakin tinggi jumlah kemiskinan di suatu wilayah maka semakin tinggi pula jumlah stunting pada anak.

Kemiskinan juga sebagai pemicu  berbagai permasalahan seperti halnya tingginya angka yang sakit, kematian, pengangguran, gizi buruk, serta rendahnya kualitas SDM.

Tingginya kemiskinan di Indonesia ini sesungguhnya juga sangat mengherankan, mengingat Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang sangat melimpah.

Oleh karena itu, berbagai program sosial tidak akan mampu menyelesaikannya, sebab program ini tidak mampu mengubah penyebab yang mendasari kemiskinan. Apalagi jika sekadar mewujudkan bapak asuh bagi anak yang menderita stunting dengan rentang waktu tertentu.

Maka diperlukan langkah awal implementasi solutif terhadap penyebab meningkatnya kasus stunting ini. Solusi itu adalahbmeningkatkan ketercukupan pangan yang bergizi pada rakyat, termasuk anak-anak. Solusi ini jelas membutuhkan peran nyata dari seluruh pemangku jabatan secara struktural. Konsep kapitalisme tidak akan mampu mewujudkan kesejahteraan dan menjadi solusi persoalan stunting.

Saat ini justru kapitalismelah yang diterapkan oleh mayoritas negara di dunia. Sistem ekonomi kapitalisme—dengan pasar bebasnya, tanpa disadari menimbulkan ekses berlakunya hukum rimba dalam kehidupan. Si kaya makin kaya, si miskin makin miskin, lema dan terpinggirkan sebagaimana fakta saat ini.

Negara tidak boleh lengah apa lagi abai dengan tanggung jawabnya sebagai pelindung dan penjamin rakyat.

Cara berpikir kapitalistik mendorong dan menyerahkan tata kelola sumber daya alam ke swasta dan asing sehingga berdampak meningkatnya kemiskinan terus berlangsung.

Dengan begitu, mustahil stunting bisa teratasi secara menyeluruh selama  negara masih menerapkan ekonomi kapitalisme Barat.

Hanya Islamlah satu-satunya harapan untuk memberantas stunting. Islam mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan setiap individu rakyat, termasuk anak-anak. Islam mengharuskan Khalifah (kepala negara) bertanggung jawab melayani kebutuhan rakyat, termasuk dalam kaitan pencegahan stunting. Khalifah memperhatikan kualitas generasi yang akan membangun peradaban yang akan datang.

Sistem ekonomi Islam mengatur kepemilikan negara dan mewajibkan pengelolaan kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat.

Dengan demikian, negara memiliki sumber pendapatan yang besar, sehingga terpenuhi kebutuhan hidup rakyat terhindar dari kemiskinan dan stunting. Negara menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan sesuai dengan gizi seimbang secara berkualitas. Dengan dukungan sistem kesehatan dan sistem lainnya, Islam mampu memberantas stunting dengan tuntas, bahkan mampu mencegah terjadinya stunting pada keluarga yang berisiko stunting.

Keimanan dan ketakwaan Seorang  Khalifah (pemimpin) bersama seluruh jajarannya menjadikan mereka sungguh-sungguh mengurus rakyat dengan penuh tanggung jawab. Mereka menyadari bahwa kepemimpinan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah SWT di akhirat kelak.

Dengan demikian, hanya Islam yang mampu mewujudkan generasi berkualitas bebas dari stunting dan siap mewujudkan peradaban yang mulia. Wallahu’alam bisshawwab.[]

Comment