Penulis: Halizah Hafaz Hts, S.Pd | Aktivis Dakwah dan Praktisi Pendidikan
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Menjelang akhir tahun, Indonesia sering diterpa bencana. Bencana terjadi di beberapa wilayah seperti banjir. Sumatera Utara (Sumut) juga menjadi wilayah yang diterpa banjir dan tanah longsor.
Dari tanggal 23 hingga 27 November 2024, banjir dan longsor telah menewaskan 26 orang, dan 2.514 orang mengungsi. Sekitar 6.987 rumah terendam banjir, dan 232 rumah lainnya mengalami kerusakan akibat banjir.
Banyak wilayah di Sumut terkena banjir dan tanah longsor. Dua kabupaten terkena tanah longsor dan enam kabupaten terkena banjir. Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Langkat adalah bagian dari wilayah tersebut.
Banjir dan tanah longsor bahkan mengganggu aktivitas keseharian masyarakat. Tidak hanya itu, pelayanan air PDAM Tirtanadi di wilayah Medan dan Deliserdang sempat terganggu hingga 3 pekan. (CNN Indonesia, 30 November 2024).
Akibat luapan tiga sungai besar, Sungai Deli, Babura, dan Sei Belawan, banjir di Kota Medan, Sumatera Utara, melanda sepuluh kecamatan. Ini termasuk Medan Maimun, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Labuhan, Medan Baru, Medan Deli, dan Medan Selayang.
Wali Kota Medan Bobby Nasution mengatakan bencana hidrometeorologi menyebabkan luapan tiga sungai di Kota Medan. Lamanya durasi hujan menyebabkan ratusan rumah terendam di lima kecamatan dan ribuan orang terdampak.
Sebagian korban mengungsi ke rumah ibadah, sekolah, dan rumah warga, sementara yang lain memilih untuk tetap berada di rumah mereka untuk menjaga harta mereka. (Kompas.com, 29 November 2024)
Dampak Pembangunan Kapitalistik
Sejatinya, banjir adalah bencana alam yang terjadi tiap tahun. Banjir bukan problem baru yang terjadi di lingkungan masyarakat. Pasalnya, penyebab utama banjir adalah buruknya kondisi saluran drainase yang tidak dapat menampung aliran air sehingga air meluap dan merendam permukiman warga.
Beberapa faktor menyebabkan Sumatera rentan terhadap bencana alam, di antaranya letak geografisnya yang berada di wilayah dengan aktivitas tektonik yang tinggi dan memiliki topografi yang beragam.
Selain itu, deforestasi untuk lahan pertanian dan permukiman menyebabkan fungsi hutan sebagai pengikat tanah dan penahan air hilang. Perubahan iklim membuat kondisi curah hujan tidak menentu, yang meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor.
Namun, elemen paling penting adalah kurangnya infrastruktur mitigasi. Sistem peringatan dini dan infrastruktur penanggulangan bencana yang belum optimal dapat meningkatkan risiko bencana.
Jika manusia mau mengevaluasi diri, maka manusia akan menyadari bahwa bencana ini terjadi karena kerakusan mereka. Sistem politik suatu negara menentukan pembangunan yang dilakukannya. Negara-negara yang menganut kapitalisme mendasarkan sistemnya pada kapitalisme, sedangkan negara-negara yang menganut sosialisme dan Islam akan mendasarkan sistemnya pada asasnya masing-masing.
Sistem ekonomi kapitalisme mengukur keberhasilan pembangunan berdasarkan tingkat produksi. Oleh karena itu, pembangunan dalam sistem ini berkonsentrasi pada produksi tanpa mempertimbangkan dampak pembangunan.
Selain itu, kapitalisme menjadikan materi sebagai tujuan. Hal ini ditunjang dengan asas kebebasan kepemilikan. Di sini, sifat serakah manusia tampaknya menemukan jalan. Oleh karena itu, berbagai aturan dibuat untuk memenuhi nafsu dunia mereka.
Belum lagi, pemerintah dihadapkan pada kesulitan menyelesaikan masalah sampah yang terjadi di mana-mana sehingga hal ini makin menambah faktor terjadinya banjir. Peringatan demi peringatan dilewati setiap tahun agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, tetapi tidak menyolusi masalah sampah.
Minimnya penegakan hukum dan anggaran pengelolaan menunjukkan kurang seriusnya pemerintah menyelesaikan persoalan sampah.
Tumpukan sampah menunjukkan kelalaian negara dan rendahnya kesadaran rakyat tentang bahaya sampah plastik.
Penerapan Islam Kaffah Membawa Berkah
Allah Taala berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum [30]: 41).
Hujan adalah rahmat. Sedemikian teliti Allah menggambarkan proses terjadinya hujan. Selain itu, untuk mendapatkan hujan yang bermanfaat, kita disarankan untuk membaca doa, “Allahumma shayyiban naafi’aa.”
Akibat ulah manusia merusak lingkungan, hujan yang semestinya menjadi rahmat justru berubah menjadi bencana, na’użu billāh
Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengambil aturan Allah sebagai aturan hidup, termasuk dalam hal membuat kebijakan politik, bahkan dalam pembangunan dan pengelolaan bumi bukan hanya untuk mengejar popularitas atau peningkatan ekonomi yang cepat.
Penguasa harus kembali kepada hakikat, menjalankan aturan Allah Taala dan meneladani Rasulullah saw. dalam rangka mengurus umat. Rasulullah saw. bersabda, “Imam/khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad).
Islam tidak anti terhadap pembangunan. Selama sejarah peradaban Islam, banyak kemajuan telah terbukti berguna untuk kepentingan masyarakat. Meskipun sudah berusia ratusan tahun, banyak bangunan peninggalan peradaban Islam masih berfungsi dengan baik hingga saat ini.
Pembangunan dalam Islam juga mengandung tujuan ibadah, yang berarti bahwa pembangunan harus berfungsi sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah Taala. Oleh karena itu, jika rencana pembangunan bertentangan dengan aturan Allah atau mengakibatkan hamba Allah terzalimi, proyek tersebut tidak boleh dilanjutkan.
Kemudian, pembangunan dalam Islam dilakukan oleh negara dalam rangka mewujudkan kemaslahatan umat, bukan pemilik modal. Dengan demikian, mendapatkan laba bukanlah tujuan utama pembangunan.
Pembangunan dalam Islam juga dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan penciptaan manusia yaitu, sebagai khalifah di bumi dan yang memakmurkannya.
Dengan demikian, pembangunan yang dilakukan senantiasa memperhatikan kelestarian alam. Hal itu sebagai upaya memakmurkan bumi. Alhasil, alam beserta isinya tetap lestari dan dapat dimanfaatkan oleh generasi setelahnya.
Begitu pula perihal tata guna lahan. Penguasa sudah semestinya memiliki pendataan fungsi dari masing-masing jenis lahan. Lahan pertanian yang subur sebaiknya tidak dialihfungsikan menjadi permukiman atau kawasan industri.
Selain itu, lahan pesisir harus digunakan sesuai dengan potensi ekologis untuk mencegah abrasi air laut terhadap daratan. Di sisi lain, hutan harus dilestarikan sebagai area konservasi untuk menahan dan mengikat air hujan, sehingga mencegah tanah longsor dan menjaga siklus air.
Demikianlah keunggulan sistem Islam menanggulangi bencana. Sudah saatnya kembali pada sistem Islam agar Allah memberikan keberkahan-Nya.[]
Comment