Oleh: Putri Sakinatul Kirom, Aktivis Kampus Palembang
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sumsel memastikan akan mengintensifkan operasi penertiban anak jalanan (Anjal) jelang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VI, pada tanggal 1-7 juli 2022.
Kepala Satpol PP Sumsel Aris Saputra, mengatakan operasi penertiban Anjal menyasar ke lokasi luar arena pertandingan yang akan dikunjungi para peserta dan tamu undangan Fornas VI.
Operasi tersebut meliputi persimpangan lampu merah di sejumlah jalan protokol dalam kota dan objek wisata di Palembang seperti Monpera, BKB, Kambang iwak, Jembatan Musi-Ampera, dan Bundaran Air mancur, Masjid Agung sebagaimana dilansir sumeks.co.
Anak jalanan seharusnya dibina, dirangkul, dan diberikan pendidikan terbaik oleh pemerintah. Tapi hari ini begitu malang nasib anak jalanan yang kurang mendapat perhatian oleh pihak yang berwenang dan bertanggung jawab.
Anak jalanan merupakan generasi muda penerus bangsa yang seharusnya dibina, dirangkul dan dididik bukan ditelantarkan.
Untuk mensukseskan agenda nasional ini, anak jalanan pun akan “ditertibkan”. Malangnya nasib anak jalanan. Mereka harus merasakan pahitnya hidup di negara yang kaya raya, gema rifah lohjinawi ini. Inilah dampak sistem kapitalis sekuler yang sangat kuat di negeri ini.
Berbeda dengan sistem islam yang sangat memuliakan pemuda sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam:
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya ia gunakan untuk apa, tentang masa mudanya ia habiskan untuk apa, tentang hartanya dari mana ia memproleh dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” (HR. At-Tirmidzi, Lihat Ash-Shahihah no 946).
Sumber daya potensi yang dimiliki pemuda sangat besar, maka pantaslah kalau Allah subhanahu wa ta’ala lebih men-spesialkan golongan pemuda. Pemuda yang dimaksud adalah pemuda yang taat syariat.
Dalam sistem islam, pemuda diberikan pendidikan terbaik dan gratis oleh negara. Maka wajar jika pemuda yang dididik ITU memiliki kepribadian islamiyah dan pola pikir serta pola sikap yang islami.
Dalam sistem kapitalisme hari ini, pemuda justru mengalami keterpurukan dengan sistem pendidikan berbiaya mahal namun dengan kurikulum yang kering dari nilai nilai dan semangat Islam. Maka wajar saja jika kemudian muncul anak jalanan karena sistem yang dipakai oleh negara tidak mengakomodir dan memperhatikan kebbutuhan mereka.
Sebagai sebuah perbandingan, di era kehausan Islam, pemuda saat itu justru banyak berkontribusi untuk dan atau demi kemaslahatan negara. Mereka dididik dan dibentuk dengan syakhsyiah islamiah dengan pola pikir dan sikap islami.
Muhammad Al Fatih, salah satu contoh pemuda yang sangat mashur zaman keemasan islam saat itu. Masa kecil Muhammad II putra Sultan Murad II ini begitu dekat dengan ilmu. Pada usia muda, Muhammad II sudah mampu menghafal Al-Qur’an dan ribuan hadits serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pemerintahan. Ia adalah pemuda yang soleh dan hebat. Ia diangkat menjadi sultan pada usianya yang tergolong masih muda yaitu 19 tahun untuk menggantikan sang ayah yang wafat. Tidak hanya itu pada usia 21 tahun ia sudah menjadi sang pembebas Konstantinopel atau yang biasa kita kenal dengan nama Istanbul.
Oleh karena itu pemuda butuh sistem yang jelas sebagaimana yang telah diaplikasikan pada saat itu. Pemuda akan bangkit dari keterpurukan ini apabila institusi negara mengayomi. Mulai dari memberikan pendidikan yang terbaik dan gratis bagi pemuda, agar pemuda dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Untuk membangun pemuda dengan kualitas seperti Muhammad Al Fatih ini, diperlukan upaya dan kontribusi secara bersama dan sungguh sungguh agar pemuda memiliki peran positif untuk negara.
Semoga langkah menjadi hujjah kita dihadapan Allah agar disatukan bersama Rasulullah Shallahu a’laihi wasallam di Jannatul Firdaus-Nya. Aamiin.[]
Comment