Oleh: Murni, S.E, Freelance Writer
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di Jawa Barat (Jabar) khususnya pada perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) membuat publik gaduh. Pasalnya gelombang PHK di daerah tersebut bisa menyebar luas ke daerah lain.
Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jabar (PPTPJB) Yan Mei sebagaimana ditulis investor.id (2/11/2022) mengatakan bahwa sudah terjadi pemutusan hubungan kerja atau PHK sebanyak 64 ribu pekerja dari 124 perusahaan per Oktober 2022 di 14 kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bahkan mencatat bahwa selama selama Januari hingga Oktober 2022 jumlah PHK telah mencapai 73.000 orang di Jabar. Jumlah itu belum termasuk perusahaan yang tidak tergabung dalam Apindo. BPJS sendiri telah mencatat adanya ratusan ribu pekerja yang mengajukan klaim JHT.
Plt. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Abdurohman, menjawab terkait isu PHK di industri tekstil tersebut. Menurutnya, seperti ditulis kontan.co.id (5/11/2022) badai PHK berdasarkan laporan penelitian di lapangan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan belum terjadi PHK secara masal seperti yang diberitakan, tetapi banyak perusahaan yang memang sudah mulai mengurangi produksi dan juga menggilir pegawainya.
PHK ini terjadi disebabkan perlambatan ekonomi dan lonjakan inflasi di negara tujuan ekspor. Kondisi ini tidak hanya di Indonesia tetapi terjadi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China.
Perlambatan ekonomi di negara maju dipengaruhi oleh geopolitik dan perang di kawasan Ukraina yang memicu tekanan inflasi yang tinggi. Selain itu, kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) diperkirakan lebih tinggi dengan siklus lebih panjang.
Adanya ancaman krisis global dan perang yang terjadi berdampak buruk terhadap industri, sehingga terpaksa melakukan PHK. Ketika banyak perusahaan melakukan PHK maka jumlah pengangguran akan makin meningkat. Jika pengangguran makin meningkat akan menyebabkan kemiskinan yang tinggi disertai tingkat kriminalitas yang tinggi pula.
Selain itu, PHK memberikan dampak bagi perusahaan dan bagi negara. Bagi perusahaan PHK akan menurunkan daya beli masyarakat dan tentunya hal ini akan berdampak terhadap pendapatan perusahaan. Kas perusahaan akan terhambat dan berujung gulung tikar. Penerimaan (pajak) negara juga akan menurun. Kondisi ini dapat menggoyahkan perekonomian negara.
Sejauh ini belum ada respon dan kebijakan pemerintah terkait badai PHK di dalam negeri. Jika hal ini tidak segera diantisipasi tentu akan banyak ribuan rakyat merintih akibat kehilangan pekerjaan. Sebagai efek domino, hal ini pun berimbas pada tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari baik untuk diri maupun keluarganya.
Belum lagi dampak buruk terhadap industri dalam negeri yang rentan gulung tikar. Inilah buah kebijakan oligarki, negara justru memberikan kebijakan berbeda kepada TKA Asing yang bebas masuk karena dijamin UU Omnibus Law. Namun, di sisi lain, pemerintah belum memilik konsep terapan atasi badai PHK rakyat sendiri.
Kondisi ini menggambarkan betapa rapuhnya sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan baik nasional maupun internasional. Sistem ini sangat rentan terhadap krisis yang akan terus terjadi.
Dalam sistem ini, PHK menjadi salah satu cara yang efektif bagi perusahaan untuk menekan biaya produksi. Mereka tidak peduli meski harus mengabaikan nasib pekerja dan menutup mata atas kesengsaraan mereka.
Selain itu, sistem ekonomi kapitalis juga tidak dapat memberikan jaminan sosial pada pekerja. Padahal pekerja membutuhkan sistem kerja yang memberikan jaminan dan perlindungan bagi mereka. Oleh karena itu kita membutuhkan sistem yang memberikan jaminan dan kesehatan bagi masyarakat.
Islam adalah sistem yang berasal dari Pencipta manusia, maka sudah pasti dapat menyejahterakan. Selain itu sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita senantiasa menjadikan Islam sebagai landasan.
Dalam sistem ekonomi Islam, negara wajib memenuhi semua kebutuhan rakyat, baik sandang, pangan, papan, keamanan, kesehatan, dan pendidikan. Negara juga membuka lapangan pekerjaan yang dari gaji itu rakyat dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya.
Selain itu, sistem ekonomi Islam kuat terhadap terjangan krisis. Islam mampu memimpin dunia tanpa krisis keuangan yang berkepanjangan. Ini karena Islam bertumpu pada sektor riil. Sistem moneternya menggunakan sistem mata uang emas sehingga stabil dan jarang krisis.
Sudah saatnya dunia menerapkan Islam karena hanya dengan Islam permasalahan ekonomi bahkan PHK dapat terselesaikan. Wallahua’alam bi shawab.[]
Comment