Ayah Perkosa Anak, Hilangnya Sosok Pelindung

Opini57 Views

 

Penulis: Nelliya Azzahra | Novelis

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Orang bijak mengatakan, ayah bisa bermain seperti anak kecil, memberi nasihat seperti seorang teman, dan melindungi seperti pengawal.

Kata-kata ini memiliki makna mendalam. Sepenting itu sosok seorang ayah di hati sang anak. Bahkan ayah merupakan sosok yang selalu menjanjikan kenyamanan dan perlindungan.

Namun, baru-baru ini sebuah kejadian di Tebo, Jambi, telah melukai citra seorang ayah sebagai sosok pelindung bagi anak-anaknya.

Dilansir dari tvOnenews.com,
Seorang ayah di Kabupaten Tebo, Jambi ditangkap Polisi setelah memperkosa anak kandungnya sendiri hingga korban melahirkan. Satreskrim Polres Tebo berhasil menangkap pelaku berinisial J (40) usai melarikan diri ke Medan Sumatera Utara.

Sang ayah mengaku memperkosa anak kandungnya sendiri berulang kali sejak tahun 2013 hingga korban melahirkan di umur 15 tahun. (16/9/2024).

Miris. Hati mana yang tidak terluka mengetahui fakta ini. Seorang ayah tega menyetubuhi putri kandungnya sendiri. Tidak cukup sekali tapi sampai berulang kali hingga si anak melahirkan. Sungguh perbuatan ini sangat tidak pantas karena menyalahi aturan Allah SWT.

Seorang ayah adalah qowwam atau pemimpin yang tugasnya mengarahkan keluarganya agar senantiasa taat kepada Allah SWT. Memenuhi kebutuhan dan memastikan keamanan bagi mereka. Namun, mengapa ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak-anaknya justru menjelma menjadi sosok yang merusak?

Pertanyaan ini sebenarnya tidak terlepas dari bagaimana sistem pengaturan kehidupan hari ini yang menerapkan  sistem kapitalisme. Sistem sekuler yang memisahkan kehidupan dari agama dan menjadikan agama hanya sebatas urusan ibadah ritual. Sehingga dalam tataran kehidupan sosial atau publik menepikan dan tidak memakai agama.

Standar perbuatan manusia bukan lagi halal haram melainkan hawa nafsu dan terpenuhinya kebahagiaan jasadi didukung liberalisme yang memberi kebebasan bertindak dan berprilaku.

Ketika manusia masih terjebak dengan gaya hidup sekuler-liberal, maka kejahatan seperti ini akan terus tumbuh subur seperti jamur di musim hujan. Tak terkecuali terkikisnya naluri seorang ayah.

Fitrah ayah sebagai qowwam tidak lagi berfungsi. Alih-alih memberikan perlindungan, sang ayah malah menjadi predator yang siap mencabik-cabik keluarga dan anak kandungnya sendiri. Padahal rumah adalah institusi pertama bagi keluarga. Namun, hari ini rumah sendiri sudah tidak aman. Hilangnya fungsi qowwam dari suami bukan hanya masalah individu, tetapi masalah sistemik.

Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 34, artinya “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.”

Lantas, bagaimana menangani problem ini. Islam sebagai agama sempurna dan paripurna memiliki solusi tuntas atas setiap permasalahan yang terjadi. Baik itu skala keluarga, masyarakat, sampai lingkup yang lebih luas yaitu negara.

Islam memiliki tiga kontrol. Pertama ketaqwaan individu. Kedua masyarakat (amar makruf nahyi mungkar), dan ketiga negara (diterapkan syariat Islam secara keseluruhan).

Islam sangat tegas terhadap perbuatan zina. Dalam kasus di atas maka pelaku dikenakan sanksi rajam. Sanksi yang berfungsi sebagai pemberi efek jera dan sekaligus mencegah. Islam juga menutup segala pemicu terjadinya tindakan kemaksiatan seperti tontonan yang tidak senonoh, pergaulan bebas dan lain sebagainya.

Maka, sudah seharusnya Islam diimplementasikan secara keseluruhan dalam menyelesaikan berbagai persoalan manusia, baik yang bersifat individual maupun lewat kebijakan secara tersistematis. Dengan penerapan Islam secara kaffah maka segala problematika dapat terselesaikan secara tuntas. Wallahu a’lam bishshawab.[]

Comment