RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Munculnya kerajaan ubur-ubur dan kerajaan Agung Sejagad membuat heboh masyarakat Jawa Tengah. Belum reda berita viral itu, di Bandung muncul Sunda Empire yang tak kalah menggegerkan.
Isu dua kerjaan tersebut viral bersamaan hebohnya kasus Asuransi Jiwasraya.
Keraton Agung Sejagad yang mengklaim sebagai penerus Kemaharajaan Nusantara, Majapahit, ini memiliki pengikut sebanyak 425 orang dan terus bertambah seperti dilansir lamam suara.com.
Lebih cepat berkembang dibanding keraton ini, Sunda Empire bahkan telah menyebar ke Aceh, sekalipun pengikutnya masih puluhan (cnnindoneisa.com).
Rakyat sendiri menganggap peristiwa ini hanya sebagai pengalihan isu di tengah carut marut negeri +62 ini, mulai dari ricuh Natuna, Jiwasraya, Asabri, hingga kasus suap KPU.
Kebiasaan buruk masyarakat yang terlena dengan hal viral, maka semakin mudah memecah konsentrasi masyarakat pada masalah politik itu tadi. Lalu apakah ini hanya pengalihan isu atau memang murni?
Bisa jadi bahwa munculnya 2 kerajaan itu hanyalah pengalihan isu. Hal ini disebabkan bahea keberadaan keduanya di Indonesia sudah lama. Seperti video pidato Sunda Empire yang viral diambil dari tahun 2018, mengapa viralnya baru-baru ini?
Harus diingat pula, suburnya fenomena kerajaan seperti ini terjadi dalam sistem kapitalisme.
Keputusasaan masyarakat atas beban ekonomi yang mencekik, ditambah masalah sosial, keluarga, menjadikan masyarakatnya tak berpikir rasional. Sehingga masih saja percaya akan hal yang berbau kerajaan yang tidak lain karena iming-iming perbaikan ekonomi.
Sebagai kado awal tahun 2020 ini, pemerintah memberi hadiah berupa kenaikan BPJS, subsidi listrik akan dicabut walau tidak jadi, subsidi tabung gas 3 kg yang akan dicabut pula walau masih wacana, harga kebutuhan pokok di pasar makin melambung. Hal ini tentu saja senakin membuat rakyat stress.
Sebagai sebuah ajaran dan hukum universal, Islam menjadi satu–satunya solusi atas masalah ini.
Ketika Islam diterapkan secara kaffah akan menjadi rahmatan lill’alamin. Dan penerapan Islam secara kaffah hanya bisa melalui sebuah konstitusi bernama daulah atau negara.
Saat negara mengimplementasikan sistem Islam dalam kebijakan politik, ekonomi, sosial dan budaya, maka hasilnya trntu sangat berbeds.
Daulah yang menerapkan Islam sebagai landasan kebijakan memiliki kewajiban membekali rakyatnya dengan setumpuk ilmu, mengajarkan aqidah yang benar kepada rakyat agar memiliki nilai nilai keimanan dan ketaqwaan.
Ketika masalah hadir, masyarakat yang telah dibekali iman dan aqidah yang lurus tentu memahami betul paham dan konsep rezeki, kematian, takdir, sehingga pemecahannya tidak menyimpang.
Hal ini akan membuat masyarakat tenang dan tidak stres menghadapi perkara ekonomi yang buruk.
Dengan penerapan sistem islam, maka persoalan ekonomi, sosial, keamanan, akan terjamin. Sehingga tak ada cerita masyarakat galau karena harga telor naik.
Dalam sejarah Daulah Islam, masyarakat hanya fokus pada pengembangan dakwah Islam ke penjuru dunia dan tidak akan ditemui kasus seperti Keraton Agung Sejagad ini apalagi kasus manipulasi uang. Masih yakin dengan sistem kapitalisme? Wallahu ‘alam bi as-showaab
*Aktivis remaja Probolinggo dan Member AMK (Akademi Menulis Kreatif)
Comment