Apt. Siti Jubaidah., M.Pd Pembiasaan Hijab Pada Anak Dipersoal, Ada Apa?

Opini853 Views

 

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Dilansir Jurnalgaya, media asal Jerman Deutch Welle (DW) dihujat sejumlah tokoh dan netizen karena membuat konten video yang mengulas tentang sisi negatif anak pakai jilbab sejak kecil. Dalam video itu, DW Indonesia mewawancarai perempuan yang membiasakan putrinya mengenakan hijab sejak kecil. Konten video ini dibagikan DW Indonesia melalui akun Twitternya, @dw_indonesia pada Jumat 25 September 2020.

“Apakah anak-anak yang dipakaikan #jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan?,” tulis DW Indonesia.

Serangan kaum liberal kembali diarahkan pada ajaran Islam ini tidak ada habisnya, kaum liberal membuat konten yang menyerang ajaran islam tentang penggaungan memakai hijab dan sisi negative akan berefek pada anak tersebut. Menyakiti kaum muslim dengan arus menyoal pembiasaan hijab dan mengapa yang harus diserang ajaran islam ?

Tidak dipungkiri fenomena ini memang selalu digaungkan oleh komunitas liberal dengan menampilkan para aktivis yang sejatinya menuntut sebuah kebebasan tanpa ada aturan agama di dalamnya. Dapat dikatakan jati diri adalah muslim dan pemikiran yang diusung logika akal manusia yang terbatas yang mengarah pada kebebasan (liberty).

Pendidikan ketaatan dalam berpakaian disoal, dianggap pemaksaan dan berakibat negatif bagi perkembangan anak. Padahal tentang persoalan ini sudah dijelaskan begitu gamblang angat dalam Alqur’an.

“Dan hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An-Nisa: 9).

Para mufasir menafsirkan ayat tersebut sebagai ayat tentang kewajiban orang tua mendidik anak-anaknya dan menanamkan akidah agar tertancap kuat keimanan dalam dada-dada mereka. Sebab, sesungguhnya pendidikan pertama dan utama berasal dari rumah. Allah SWT sematkan amanah besar ini pada kedua orang tuanya, terkhusus ibunya.

Kewajiban syariat memang belum dibebankan kepada anak-anak. Ia hanya dibebankan kepada orang-orang yang telah dewasa atau baligh. Rasulullah SAW bersabda “Diangkat pena (taklif hukum) dari tiga golongan; orang tidur hingga bangun, anak-anak hingga balig dan orang gila hingga sadar.” (HR al-Baihaqi).

Islam memerintahkan kita untuk melatih anak-anak mengimplementasikan nilai nilai dan praktik atau amaliyah Islam sejak dini. Dengan begitu, kelak saat memasuki usia baligh, mereka sudah paham dengan hukum-hukum Islam dan siap serta istikamah dalam menjalankannya.

Sebagai salah satu contoh yang dapat kita pelajari tertuang dalam hadist dari Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukulah mereka karena meninggalkan sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.”

Pada hadis ini, Rasulullaah saw. dengan tegas mensyariatkan agar pendidikan shalat dimulai sejak dini, yaitu sebelum baligh. Bahkan ketika ia baru berumur tujuh tahun ia sudah diperintahkan untuk belajar shalat secara praktis.

Serangan orang liberal ini harus dicounter oleh umat muslim dan memahami apa yang menjadi motif di balik serangan tersebut ?

Mereka ingin kebebasan berfikir secara logika, menjauhkan gerak hidup dalam semua lini dengan agama, sampai hilangnya akal untuk berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist, Naudzubillah min dzalik.

Fakta ini sebenarnya akan memperburuk orang muslim karena banyak keunggulan mendidik anak dengan basis akidah Islam, dibandingkan pendidikan berbasis sekularisme, liberal atau tak berbasis apapun.

Akidah Islam adalah Konsep Pemikiran yang Mudah Dicerna siapa saja, termasuk anak-anak untuk beriman pada Allah sebagai Al-Khaliq terbentang ratusan ayat yang mengajak anak-anak untuk memikirkan keindahan dan kokohnya alam semesta yang tak mungkin ada tanpa proses penciptaan dari Allah Azza wa Jalla sebagai Al-Khaliq.

Anak-anak yang dididik dengan basis akidah islam akan teguh dalam prinsip, disiplin dan taat pada syari’at. Tuduhan bahwa anak-anak yang dipaksa untuk patuh pada ajaran agama akan tertekan adalah tuduhan hoaks. Bila memang begitu, seharusnya akan banyak orang yang murtad, keluar dari Islam, di dunia ini.

Agama bukan doktrin karena anak-anak diajarkan untuk berpikir). Itulah cara yang digunakan alquran dengan mengajak manusia berpikir tentang keberadaan Allah melalui perantaraan makhluk-makhluknya.

Akidah Islam akan menjadikan anak-anak punya sandaran kehidupan yang hakiki, yakni Allah SWT.

Dengan dipahamkan konsep qadha dan qadar secara sederhana seperti musibah, ajal dan rezeki dari Allah akan membuat anak-anak selalu bersandar pada kebesaran Allah SWT. sembari berikhtiar sekuat tenaga. Dengan begitu, anak-anak yang hidup dalam pendidikan berbasis akidah Islam punya kekuatan mental yang kuat dan kepercayaan diri yang tinggi.

Pendidikan berbasis nonagama atau sekularisme rawan melahirkan para pelajar dan pemuda yang boleh kritis dalam pemikiran, tapi rapuh mentalnya. Negara seperti Jepang, Korea Selatan, juga beberapa negara Eropa berisikan masyarakat yang mudah dilanda depresi hingga bunuh diri. Bahkan di Jepang, Korea Selatan, Rusia, Guyana (Amerika Selatan) punya tingkat bunuh diri yang tinggi di kalangan pelajar.

Bandingkan dengan pendidikan hari ini yang berbasis sekularisme, bahkan agama pelan-pelan dimusuhi dan disingkirkan, justru melahirkan banyak persoalan.

Tawuran, pergaulan bebas, narkoba, dan lahir pula para pejabat dan pengusaha yang tidak berlandaskan agama, tindakan KKN, dan lebih parah lagi fobia dengan Islam sebagai sandaran hakiki. Tidak sedikit dari mereka lulusan kampus-kampus terbaik di tanah air, namun mereka gagal sebagai manusia. Apakah ini yang dibanggakan dan diharapkan?

Bagaimana islam meniadakan serangan serangan liberal terhadap ajaran islam, lantas bagaimana dengan kondisi anak-anak yang bebas(liberal)?

Apakah mereka mampu menjadi generasi yang shalih? Ternyata fakta yang ada di masyarakat sangat memprihatinkan sejak kurun waktu 3 tahun terakhir terdapat 32.760 janin yang diaborsi.

Puluhan remaja melakukan pesta seks dan menjamurnya kasus prostitusi online. Kasus itu bukan hanya menjerat orang dewasa tetapi juga anak-anak, dan masih banyak sederet kasus lainnya yang itu semuanya efek dari penerapan nilai-nilai liberalisme.

Serangan kaum liberal begitu masif dan sistematis. Maka untuk meniadakan serangan tersebut diperlukan sistem yang mampu untuk mencegah serta memberikan efek jera terhadap para pelakunya.

Sistem pemerintahan warisan Rosulullah yang menerapkan syariat islam secara sempurna melakukan langkah-langkah yang sudah teruji yaitu menjauhkan dari faham-faham sekularisme, liberalisme ataupun tak berfaham, dengan menerapkan sistem Islam yang kembali lagi pada Al-Qur’an dan Hadist.

Sistem ini akan menerapkan sistem pendidikan berbasis aqidah islam, mengawasi dan memfilter media-media yang ada ditengah-tengah masyarakat yang terakhir akan memberikan sanksi yang sesuai apabila melawan pada aturan yang sudah dibuat oleh Negara. Wallau’alam bisawab.[]

*Dosen STIKES SAMARINDA

Comment