RADARINDONESIANRWS. COM, JAKARTA – Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roojiuun. Semua milik Allah dan semua kembali kepada Allah. Kalimat ini sangat masyhur di negeri muslim terbesar di bumi ini.
Betapa lemah manusia, betapa lemah negeri ini. Hanya setengah hari Allah cabut listrik PLN. Sekali lagi hanya dan hanya setengah hari dicabut listrik di ibukota dan sekitarnya kondisi sosial, ekonomi dan politik dan yang pasti dari segi perekonomian entah sudah rugi berapa milyar/ triliyun dalam setengah hari kemarin saja?
Dua kata “setengah hari” di dalam Al Quran tertulis puluhan kali dengan kata “ba’dho yaum” dan mungkin ini salah satu rahasianya.
Apa yang rakyat Jakarta alami kemarin hendaknya dijadikan sebagai i’tibar betapa kecil manusia itu.
Betapa tidak, listrik mati saja akibatnya sangat luas. KRL berhenti, MRT berhenti, PAM berhenti, e-tol berhenti, segala layanan elektrik berhenti
Ganti busway, penumpang menumpuk, emoney tidak berlaku. Semua harus bayar cash.
Turun Busway, pesan gojek, grab, off line, telpon selular mati tidak bisa berhubungan dengan keluarga di rumah, perjalanan macet total, lampu lalu lintas mati dan tidak ada yang mengatur. Setibanya di rumah air pun habis. Allahu Akbar, betapa lemah manusia.
Saya teringat firman Allah, “Qul aroaitum in asbaha maa ukum ghouron fa man ya’tikum bi maain main?
“Apa yang kau rasakan jika tiba-tiba air Kukeringkan, siapakah yang bisa mendatangkan air selain Aku?” QS.67/30.
Ini baru listrik PLN, belum kiamat yang sebenarnya. Selama ini kita abaikan hal-hal kecil seperti listrik, air dll. Tidak pandai kita bersyukur. Dicabut sebentar saja, kondisi di mana mana goncang: air habis minta tetangga, habis air tetangga lalu cari ke masjid. Habis di mana mana. Air… air….air….air….
“Nikmat TuhanMu manakah yang Masih Engkau Dustakan…?”
Semoga pengalaman setengah hari ini menyadarkan kita betapa lemahnya manusia. Ini belum bencana 3 hari, sebulan atau beberapa bulan.Ya, baru setengah hari.
Allahu akbar…. Astaghfirullohhh.
“Maka nikmat TuhanMu manakah yang masih kau dustakan?”
*Pembelajar, yakin dengan akhirat
Comment