Penulis: Joko Wardhono |
Alumni UGM dan Jurnalis PJMI
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Damarwulan, Ken Arok dan Untung Suropati merupakan tokoh-tokoh yang hidup di masa lalu. Tidak dapat kita pungkiri bahwa Anies sudah muncul sebagai tokoh nasional dengan diputuskannya Anies sebagai capres dari partai Nasdem. Anies bahkan disepakati menjadi capres dari koalisi perubahan, yang digawangi 3 partai, yaitu Nasdem, PKS dan Demokrat.
Tetapi sudah terlanjur muncul persepsi di masyarakat bahwa masa depan Anies menjadi capres dari koalisi perubahan akan sangat tergantung dari upaya-upaya pihak lain, apakah kemunculan Anies di Pilpres 2024 akan mulus atau tidak?
Lalu bagaimana membaca Anies sebagai Damarwulan, Ken Arok atau Untung Suropati?
Damarwulan merupakan personifikasi dari ksatria lemah kembut, suka bekerja keras, mau hidup sederhana, dekat dengan kehidupan rakyat kecil. Damarwulan lebih menjanjikan solusi dari pada intrik, intimidasi, kolusi, manipulasi yang sering terjadi di pusat kekuasaan.
Damarwulan sangat disayang oleh masyarakat Jawa. Damarwulan menjadi idola, bagi para orang tua, dan menjadikan contoh bagi orang tua dalam menasehati anak anaknya pada saat mereka ingin berjuang meraih sesuatu.
Bagaimana dengan Ken Arok?
Ken Arok juga bukan tokoh asing, bagi masyarakat Jawa. Ken Arok merupakan rajadiraja yang sangat disegani, kalau tidak boleh dikatakan raja yang ditakuti. Ken Arok juga dipercaya, bersama sama dengan Ken Dedes yang menurunkan trah raja-raja Jawa.
Memang Ken Arok sangat fenomenal dan menegangkan kisah hidupnya. Ken Arok boleh dikatakan ambisius. Ambisi itu membawa Ken Arok yang tadinya merupakan seorang perampok, akhirnya mampu menjadi Raja Singasari karena jatuh cinta kepada Ken Dedes, istri Tunggul Ametung seorang Akuwu di Tumapel.
Konon ketika Ken Dedes sedang turun dari kereta, Ken Arok yang sudah menjadi pengawal istana, melihat paha Ken Dedes yang kainnya tersibak karena tiupan angin. Cerita lain menyebutkan Ken Arok melihat cahaya yang memancar dari bagian dalam tubuh Ken Dedes. Sejak itu Ken Arok tidak bisa tidur.
Hari hari setelah peristiwa itu Ken Arok hanya memikirkan Ken Dedes. Ken Arok ingin memperistri Ken Dedes. Ken Arok yakin, kalau bisa memperistri Ken Dedes maka anak keturunannya akan menjadi raja. Dengan segala cara, Ken Arok berusaha memperistri Ken Dedes.
Tetapi Ken Arok bukan hanya berhasil memperistri Ken Dedes , Ken Arok bahkan terus berjaya. Ken Arok bukan hanya ingin menjadi Akuwu di Tumapel, tetapi memperluas kekuasaannya, bahkan sampai memproklamirkan diri sebagai raja dari Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari di bawah pimpinan Ken Arok menjadi kerajaan besar di Jawa.
Lain lagi dengan Untung Suropati.
Bocah Bali yang dijadikan budak belian oleh Belanda itu ternyata membawa ndaru. Orang Belanda yang memperkerjakan Untung yang dibawa ke Batavia, itu konon kabarnya selalu beruntung setelah memperkerjakan Untung. Namun dia karena mungkin ketiban ndaru, berani mempersitri anak majikannya, Suzane. Kontan Ayah Suzane ngamuk. Sejak itu Untung jadi buronan Belanda.
Karena satu dan lain hal, Untung diajak berunding Belanda, kalau mau bekerja sama untuk menawan salah seorang pangeran, Untung akan dilepas statusnya dari buronan bahkan akan diangkat menjadi perwira. Konon salah satu syarat dari pangeran tersebut, dia mau ditawan kalau yang menjemput adalah perwira asli pribumi. Suatu hal yang mustahil. Namun terjadi. Mungkin karena ndaru suka manjing sama Untung. Namanya juga Untung. Akhirnya sang pangeran berhasil ditawan.
Tetapi di tengah jalan, sang pangeran yang menjadi tawanan Untung diperlakukan secara semena-mena oleh Perwira Belanda. Untung tidak terima melihat kejadian tersebut. Hati kecilnya memberontak dan akhirnya Untung melakukan perlawanan, yang tentu saja hal itu membuat Untung menjadi buronan lagi. Ketika istri pangeran tawanan Untung meminta bantuan di antar ke keluarganya di Keraton Mataram, Untung menyanggupi untuk mengantarnya.
Di tengah jalan, Untung berselisih paham dengan Pangeran Suropati. Dengan penyelidikan yang seksama ternyata Pangeran Suropati dinyatakan bersalah. Kembali Untung ketiban ndaru. Untung pun mendapat julukan Untung Suropati.
Sesampai di Keraton Mataram, Untung Suropati diterima dengan baik bahkan dilindungi dari kejaran Belanda. Pada peperangan dengan Keraton Mataram tersebut, Kapten Tack sampai tewas. Kemudian Untung Suropati diberi kekuasaan di salah satu Kadipaten di daerah Jawa timur. Untung Suropati, bocah Bali yang tidak jelas asal usulnya, menjadi budak belian, karena ketiban nDaru, berani melawan Belanda dan bisa menjadi pemimpin di masa jayanya Kerajaan di Jawa. Untung Suropati pun diangkat menjadi Pahlawan Nasional.
Lalu bagaimana dengan Anies? Apakah Anies itu akan seperti Damarwulan, tokoh yang lemah lembut, solutif? Apakah Anies itu justru diharapkan menjadi Ken Arok, pemimpin besar dan kuat, ambisius yang akan membawa negara ini ke level yang lebih tinggi? Atau Anies akan menjalani lakon seperti Untung Suropati, Anies akan beruntung dalam berbagai situasi dan kondisi?
Jusuf Kalla Bawa Anies Sebagai Damarwulan
Telah kita ketahui bersama bahwa Jusuf Kalla merupakan orang penting yang sangat berperan dengan munculnya Anies sebagai Cagub pada Pilkada DKI 2017 lalu. Beliau, walau pun sebagai Wakil Presiden bahkan harus menyempatkan diri menilpun Prabowo Subianto dan Sohibul Iman.
Kedua tokoh partai Gerindra dan PKS itu setuju dengan usul Jusuf Kalla, untuk mengusung Anies sebagai Cagub pada Pilkada DKI 2017 itu. Sementara PDIP dan partai besar lainnya telah menetapkan Ahok sebagai Cagub, yang tentu saja saat itu mendapat dukungan dari Presiden JokoWi. Tetapi beda pilihan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan Presiden JokoWi dalam penentuan Cagub pada Pilkada DKI 2017 itu, tidak menjadikan ke dua pimpinan Nasional tersebut lalu berseteru. Suatu hal perlu mendapat pujian tentu saja.
Salah satu alasan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mengusung Anies kepada pimpinan Gerindra dan PKS saat itu, yang bisa jadi menjadi pertimbangan utama ke dua pimpinan partai Gerindra dan PKS itu adalah sosok Anies yang mirip dengan Damarwulan.
Anies kalau tidak boleh dikatakan mempunyai penampilan manis, tentu saja salah satu tokoh yang boleh dikatakan lemah lembut. Anies juga boleh dikatakan solusi dari kebuntuan mencari sosok yang mampu menggiring pemilih pada Pilkada DKI saat itu. Boleh dikatakan Jusuf Kalla membawa Anies sebagai Damarwulan, kepada Prabowo Subinato dan Sohibul Iman.
Anies sebelum dicalonkan sebagai Cagub oleh Prabowo Subianto dan Sohibul Iman pada Pilkada DKI 2017 itu, juga bukan lagi sebagai tokoh penting. Memang Anies pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan setelah Presiden JokoWi melantik kabinet hasil Pilpres 2014.
Tetapi itu bahkan tidak berlangsung sampai 2 tahun. Anies terkena reshufle kabinet. Anies tidak lagi menjadi menteri. Suatu hal yang mengejutkan tentu saja. Anies seolah-olah terbuang, sampai kemudian Wakil Presiden Jusuf Kalla membawanya sebagai Damarwulan, dengan mengusulkan kepada Prabowo Subianto dan Sohibul Iman untuk menjadi Cagub pada Pilkada DKI 2017 itu.
Walau pun begitu, Anies tetap belumlah menjadi kandidat yang berpeluang paling besar untuk memenangkan Pilkada DKi 2017 itu. Terbukti pada putaran pertama Pilkada DKI saat itu, Anies masih menjadi pilihan ke dua terbanyak. Pilihan terbanyak pada putaran pertama Pilkada DKI 2017 itu, masih Ahok Cagub dari PDIP dan partai partai lainnya, seperti Golkar.
Pada putaran ke dua Pilkada DKI 2017 lalu, boleh jadi Anies bukan saja sebagai Damarwulan, tokoh lemah lembut dan menjadi solusi, tetapi Anies bahkan boleh dianggap sebagai tokoh Ksatria Naga dalam film Kungfu Panda 3.
Sesungguhnya film Kungfu Panda 3, mengisahkan bahwa si Kungfu Panda menjadi sasaran target untuk mendapatkan tenaga chi terakhir. Jika tenaga chi terakhir dapat diambil dari Kungfu Panda, maka kekuatan dunia akan berada dalam genggaman. Lalu jika dihubungkan antara Ahok dengan Anies saat itu, siapakah yang akan memperoleh tenaga chi terakhir di alam semesta?
Perjalanan Anies dari menteri yang terkena reshufle, kemudian menjadi Cagub pada Pilkada DKI dengan 3 (tiga) Cagub, yang pada putaran pertama Anies hanya mendapat perolehan suara terbanyak ke dua, sehingga harus berhadap-hadapan head to head dengan Ahok di putaran ke dua, seolah mirip dengan gambaran Ksatria Naga dalam film Kungfu Panda 3.
Begini ya adikku cah bagus. Ini saya trawang, kelihatannya siapa yang mampu menjadi Ksatria Naga, yang akan unggul.
Loh apakah hal tersebut tidak berbahaya Kanda Prabu
Sebentar sebentar saya jelaskan dulu, kalau Ksatria Naga itu bukan karena suku agama dan ras. Ingat kita semua bersaudara.
Jadi menurut Kanda Prabu, Ksatria Naga itu siapa?
Loh loh kan si Adi mau menjebak Kakandamu biar mengaku kan ….
Kanda Prabu ini berputar-putar bicaranya
Begini. Siapa yang bisa ke luar dari cobaan berat, misalnya pernah menjadi buah bibir masyarakat, lalu menghilang, halus budi punya kesaktian tenaga Chi, memposisikan diri seperti Kungfu Panda 3, kemungkinan besar dia yang bisa menjadi Ksatria Naga!
Dan kita tahu hasilnya pada Pilkada DKI 2017 Anies menang di putaran II.
Kalau Jusuf Kalla dianggap berhasil membawa Anies sebagai Damarwulan pada Pilkada DKI 2017 lalu, bagaimana peluang Anies di Pilpres 2024 sebagai Damarwulan?
Anies Menjalani Laku Bak Untung Suropati
Bahwa Prabowo dan Sohibul menerima Anies sebagai Cagub pada Pilkada DKI 2017 dari Gerindra dan PKS, karena usulan Jusuf Kalla, dengan melihat sosok Anies sebagai tokoh Damarwulan. Anies seolah menjadi solusi munculnya Cagub dari Gerindra dan PKS, karena Demokrat bersama PKB, PAN dan PPP, sudah memutuskan AHY sebagai Cagub pada Pilkada DKI 2017 itu.
Oleh Gerindra dan PKS, Anies tentu saja diharapkan dapat memperoleh kemenangan pada Pilkada DKI 2017 itu. Walau pun Anies sudah pernah terkena reshufle kabinet oleh Presiden JokoWi hampir setahun sebelumnya. Tentu saja berita tentang Anies seolah menjadi tiarap di media massa mau pun medsos. Namun Jusuf Kalla berhasil meyakinkan Gerindra dan PKS, bahwa Anies yang cerdas dan santun, sebagai gambaran tokoh Damarwulan, ini akan menjadi solusi terbaik bagi DKI saat itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Anies sebetulnya sampai sebelum menjadi Cagub pada Pilkada DKI 2017 saat itu, sedang menjadi tidak siapa-siapa. Anies tenggelam dalam kancah politik nasional. Padahal Anies sempat menjadi tokoh yang sangat menonjol pada Pilpres 2014 dan bahkan sempat menjadi Mendiknas pada Kabinet Presiden JokoWi. Tetapi reshufle kabinet oleh Presiden JokoWi lalu membuat sinar Anies meredup.
Lalu bagaimana Anies, yang boleh dikatakan sedang menjadi bukan siapa-siapa itu, mampu memenangkan Pilkada Dki 2017 yang bahkan sampai dua putaran itu?
Perjalanan Anies, bahkan bagai dinamika kehidupan, kadang timbul tenggelam bersama angin, awan bahkan ombak di lautan. Anies bahkan sempat mengikuti pemilihan Capres pada konvensi Partai Demokrat 2014. Anies tentu saja juga berharap menang pada Konvensi Partai Demokrat 2014 itu dan diharapkan dapat menjadi Capres dari Partai Demokrar pada Pilpres 2014. Tetapi harapan Anies tersebut ternyata tidak terwujud. Boleh dikatakan harapan Anies memenangkan konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, buntung.
Pada Pilpres 2014 Anies justru muncul sebagai Juru Bicara Tim Pemenangan pasanagan JokoWi JK. Ternyata hasil Pilpres 2014 yang memenangkan Capres JokoWi JK, membuat Anies beruntung. Anies kembali beruntung karena dilantik sebagai anggota Kabinet Presiden JokoWi. Walau pun nasib Anies kembali buntung, karena beberapa bulan setelah menjadi menteri, Anies terkena reshufle kabinet.
Pilkada DKI 2017, kembali membuat Anies beruntung. Anies mampu meraih kemenangan pada Pilkada DKI 2017, yang membuatnya menjadi beruntung, karena berhasil dilantik menjadi Gubernur DKI periode 2017-2022. Bahkan Anies bisa jadi bukan saja hanya beruntung dapat menjadi Gubernur DKI, tetapi Anies seperti menjalani laku Untung Suropati.
Pilkada DKI 2017 yang sangat riuh rendah, bahkan mungkin dianggap yang paling ditungu-tunggu hasilnya, apalagi sampai terjadi putaran ke dua, sungguh memunculkan Anies sebagai Ksatria Naga Damarwulan, mirip film Kungsu Panda 3.
Anies yang sebetulnya sudah bukan siapa-siapa lagi itu, boleh dikatakan beruntung dapat masuk dalam pertarungan Pilkada DKI 2017 yang paling heboh. Pilkadanya hanya di DKI, tapi bisa jadi yang mengikuti dari hari-hari hampir dikatakan seluruh penduduk pelosok negeri. Anies bahkan mungkin saja muncul sebagai Ksatria Naga, bagai film Kungfu Panda 3.
Anies juga harus mengikuti Pilkada putaran ke dua, karena hasil Pilkada putaran pertama pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvina Murni memperoleh 937.955 suara atau 17.07 persen. Ahok-Djarot memperoleh 2.364.577 suara atau 42,99 persen dan Anies-Sandiaga memperoleh suara 2.197.333 atau 39,95 persen. Dus Anies harus secara head to head berhadapan langsung dengan Ahok sebagai Petahana di putaran kedua Pilkada DKI 2017 itu.
Dengan begitu Anies pada putaran kedua pilkada DKI Jakarta 2017 itu bagai Ksatria Naga pada film Kungfu Panda 3, karena putaran ke dua Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu itu, boleh dikatakan Pilkada yang heboh dan gawat.
Konon berita mengenai Pilkada DKI Jakarta 2017 itu masuk hampir ke seluruh pelosok negeri, bisa jadi yang ikut Pilkada hanya penduduk DKI tetapi yang ikut heboh seluruh penduduk negeri dan bahkan mungkin sampai ke luar negeri.
Pilkada DKI Jakarta 2017 boleh dikatakan gawat, karena ada yang mengatakan bahwa pada Pilkada DKI 2017 lalu itu, ada urusan ayat sampai mayat. Bahkan setelah selesai Pilkada ada yang terdampak menjadi tahanan.
Kemenangan Anies pada putaran kedua Pilkada DKI yang dapat dianggap “heboh” dan “gawat” itu, bagai sangat mengejutkan banyak pihak.
Bagaimana Anies yang tadinya merupakan seorang menteri Kabinet Presiden JokoWi, tetapi terkena teshufle, sehingga menjadi bukan siapa-siapa, lalu beruntung dapat menjadi Cagub Pilkada DKI Jakarta karena merupakan Cagub Gerindra dan PKS, kemudian mampu menyerap aspirasi dan kekuatan masyarakat, sehingga berhasil memenangkan pertarungan pada Pilkada DKI Jakarta yang konon bisa dikatakan Pilkada yang “heboh” dan “gawat” itu. Anies boleh jadi seperti Ksatria Naga pada film Kungfu Panda 3. Tetapi bisa juga memang Anies sedang beruntung bagai Untung Suropati.
Untung Suropati tokoh yang selalu beruntung dalam berbagai situasi dan kondisi. Untung Suropati tokoh “pribumi” yang muncul sebagai tokoh pemberani.
Hiruk-pikuk pemilihan gubernur DKI Jakarta akhirnya mencapai klimaks dengan berlangsungnya pencoblosan atau pemungutan suara dalam suasana aman dan lancar pada putaran ke dua, dan hasilnya Anies beruntung dapat memperoleh suara terbanyak.
Anies pun dalam pidato perdana sebagai Gubernur DKI kepada masyarakat, menyebut frase “pribumi”. Anies bagai memulai dirinya sebagai Gubernur DKI dengan menjalani laku bak Untung Suropati.
Dari Desak Anies, Anies Bubble Hingga Videotron Anies
Tak pelak lagi begitu masa kampanye Pilpres 2024 dimulai, maka Anies pun mengembangkan pola kampanye di masyarakat yang berbeda dengan yang lain. Kalau Prabowo mendorong Joged Gemoy, yang boleh dikatakan dapat memikat kalangan anak muda, maka Anies pun tidak kalah kreatifnya dengan Desak Anies, lalu bahkan berkembang dari masyarakat K-Pop mendorong ke Anies Bubble, lalu masih ditambah lagi kampanye modern Videotron Anies.
Desak Anies
Anies mungkin bahkan tidak pernah berpikir mengenai konsep Desak Anies. Tetapi Anies meras bahwa ‘Desak Anies’ dihadiri oleh masyarakat netral dan anti. Bisa jadi masyarakat itu yang selama ini selalu mengkritiknya melalui sosial media.
Desak Anies yang kemudian berlangsung sangat intens, karena pada Desak Anies peserta Desak Anies yang dominan darai kalangan muda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan bahkan mengkritik Anies. Anies pun secara langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan atau kritikan yang ditujukan kepada dirinya, pada pola kampanye Desak Anies.
Media asing pun bahkan mengangap pola kampanye Desak Anies merupakan kampanye modern yang melibatkan generasi muda.
Desak Anies di Surabaya pun membludak.
Anies Bubble
Selain Desak Anies, pendukung Anies dari kalangan K-Pop membuat Anies Bubble. Mereka menyebarluaskan aksi-aksi Anies yang luar biasa dari berbagai bahan yang mereka kumpulkan dan memulai cuitannya dengan bahasa Korea di Twitter. Anies Bubble menjadikan partispasi netizen terutama kalangan generasi muda di Pilpres bergemuruh di jagad maya.
Anies Bubble bahkan dianggap menendang pola kampanye Joged Gemoy Prabowo yang tadinya sangat digemari generasi muda.
Bukan itu saja, para relawan Anies khususnya K-Pop yang menginisiasi Anies Bubble, bahkan berinisiatif membuat Videotron Anies di kota-kota besar. Awalnya Videotron Anies muncul di Bekasi dan Jakarta. Tetapi Videotron Anies di Bekasi dan Jakarta itu ditakedown.
Tetapi bukannya para relawan Anies lalu putus asa dengan diturnkannya Videotron Anies di Bekasi dan Jakarta, bak mati satu tumbuh seribu, videotron Anies pun muncul di berbagai kota-kota besar.
Relawan Anies sungguh berjuang untuk mendorong Anies dapat muncul dipermukaan dunia kampanye politik Pilpres 2024, bak Ken Arok, yang ingin meraih tahta negeri ini.
Dari yang tadinya beredar info bahwa untuk memasang baliho Anies di ajang kampanye Pilpres daja para relawan harus iuran di daerah masing-masing, yang tentu saja berita itu sungguh sangat memprihatinkan para pendukung Anies. Ada pertanyaan besar, itu partai-partai pengusung Anies, apakah tidak ingin memkampanyekan Anies dengan baliho, seperti pasangan Capres-Cawapres lainnya.
Tetapi dengan munculnya Desak Anies, yang berlanjut dengan Anies Bubble, bahkan Videotron Anies, maka para pendukung dan bahkan mungkin masyarakat di tanah air banyak yang takjub dengan model kampanye Anies yang diinisiasi justru oleh para relawan Anies, bukan partai pengusung Anies.
Apakah Anies benar-benar akan berubah menjadi Ken Arok, merebut tahta di negeri ini?
Perjuangan AMIN yang begitu heroik, dari Anies tidak mempunyai partai, selesai tugas menjadi Gubernur DKI, dan dipandang banyak orang akan selesai pula jenjang kariernya, karena sudah kehilangan poer kekuasaan, tetapi kemudian ditetapkan oleh Surya Paloh dan Nasdem sebagai Capres pada Pilpres 2024 yang tentu saja sangat mengejutkan, karena Nasdem merupakan partai koalisi pemerintahan Kabinet JokoWi, kemudian dua partia bergabung PKS dan PD, dan terakhir terjadinya gempa politik, masuknya PKB pada koalisi perubahan, dengan ditetapkannya pasanagan Capres Anies Muhaimin, tentu disertai keluarnya PD, yang kemudian bergabung dengan Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo.
Sungguh suatu kondisi yang membawa Anies bak Untung Suropati bahkan dengan pola kampanye Anies Desak Anies Anies Bubble, Videotron Anies seolah-olah mendorong Anies untuk menjadi Ken Arok,untuk bersemangat merebut kekuasaan melalui jalur demokrasi.
Persidangan di MK yang begitu seru, membuat para pendukung Anies berharap besar akan keadilan yang muncul dari hasil sidang MK. Namun ternyata MK juga mengalahkan Anies. Pasangan PraGib akan memimpin negeri ini 5 tahun yang akan datang.
Lalu bagaimana dengan Anies. Anies yang kembali tidak punya partai, apakah akan ditinggalkan oleh partai-partai pendukungnya?
Nasdem sudah mengakui kemenangan PraGib. Surya Paloh juga sudah menggelar karpet merah untuk menyambut kedatangan Prabowo. PKB akhirnya juga berkomunikasi dengan Prabowo.
Sempat bak Ken Arok, pada saat gelaran kampanye Pilpres yang luar biasa, Anies kembali menjadi seorang warga negara biasa tanpa partai politik setelah gelaran Pilpres 2024 selesai.
Quo Vadis Anies?
Anies tidak mungkin lagi menjadi Damarwulan, karena tidak punya atasan yang perlu dipatuhi. Anies juga akan semakin sulit menjadi Ken Arok untuk berkuasa bak raja di negeri ini, karena sudah kalah Pilpres. Tetapi apakah Anies masih dapat menjadi Untung Suropati?
Anies Untuk Jakarta Lebih Baik? Mengapa Tidak?
Pro kontra tentang bagaimana Anies setelah kalah Pilpres terjadi di kalangan pendukung. Bagi yang merasa ingin konsisten, maka menganggap sebaiknya Anies tidak perlu mencalonkan diri pada Pilkada DKJakarta. Ada yang beranggapan bahwa Anies itu sudah menjadi tokoh nasional, jadi jika Anies ikut pada Pilkada DKJakarta, itu sama saja dengan menurunkan derajat Anies.
Tetapi bagi kalangan lain, Anies justru diperlukan oleh masyarakat Jakarta untuk kembali memimpin, melanjutkan agenda perubahan di Jakarta. Banyak hal yang bisa jadi Anies akan mendapatkan kembali pijakan yang kuat di masyarakat, karena keberhasilan Anies saat memimpin Jakarta sudah terbukti dan teruji.
Begitu Anies akan masuk gelangang Pilkada DKJakarta, maka gelombang dukungan untuk Anies maju di Pilkada DKJakarta, bukan saja dukungan dari kelompok masyarakat, seperti Jaringan Rakyat Miskin Kota, FBJ, tetapi bahkan dari partai-partai.
Partai-partai di DKI ramai-ramai mendukung Anies untuk maju di Pilkada DKJakarta seolah-olah tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menggedong Anies di DKJ. Bukan saja partai-partai pendukung Koalisi Perubahan pada Pilpres 2024, seperti PKS, Nasdem dan PKB, tetapi PDI-P pun seperti tidak mau ketinggalan memberi lampu hijau untuk Anies maju di Pilkada DKJ. Bahkan Golkar pun seperti ingin mencoba peruntungan ingin menduetkan Anies dengan calon yang diusungnya. Mungkin hanya Gerindra yang ingin mencari tokoh tandingan Anies dalam Pilkada DKJ.
Apakah Anies jadi akan maju di Pilkada DKJ?
Apakah Anies akan kembali menjadi Gubernur DKJ?
Bukan tidak mungkin Anies Untung Suropati, selalu untung dalam berbagai situasi dan kondisi, untuk Jakarta Lebih Baik. Wallahu ‘alam bishawab.[]
Comment