![]() |
Andi Asmawati, S. Pd, Penulis |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Mahasiswa yang tergabung dalam BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) wilayah Jabodetabek dan Banten menggelar aksi Bela Rupiah di kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Massa memprotes melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar As yang terjadi akhir-akhir ini. Dalam aksinya, mahasiswa akan menggugat kemampuan pemerintah yang dianggap tak mampu menjaga marwah rupiah terhadap dollar Amerika (Detik.com, 14/09/2018).
Sebenarnya pelemahan kurs rupiah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) sudah terjadi sejak Jumat (31/8/2018) pukul 12:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.725 di pasar spot. Rupiah melemah 0,27% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Sementara itu, harga jual dolar AS di salah satu bank nasional telah menembus di atas Rp 14.900/US$ (CNBCIndonesia).
Sementara itu, pemerintah memberikan respons perihal nilai tukar rupiah yang anjlok terhadap dolar AS. Menurutnya pelemahan kurs tidak dapat terlepas dari faktor eksternal. Setelah krisis Turki yang disalahkan, kini Argentina menjadi kambing hitamnya. Lemahnya rupiah tidak saja diakibatkan oleh persaingan dagang antara Amerika dengan Tiongkok dan Uni Eropa. Tetapi juga faktor internal sendiri.
Dilansir dari Republika.co.id, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengibaratkan Indonesia sedang berada dalam badai yang sempurna. Badai tersebut, kata Sri, berasal dari domestik akibat lonjakan impor yang tinggi. Badai itu menjadi semakin kencang dengan adanya krisis yang dialami negara-negara berkembang.
Dengan turunnya nilai tukar Rupiah ini berbanding lurus dengan turunnya daya beli masyarakat, juga berimbas pada komoditi ekspor dan impor. Dan jika ini terus terjadi maka perusahaan menengah ke bawah tidak bisa bertahan, tentu akan banyak karyawan yang dirumahkan alias di-PHK. Dan jika itu terus terjadi, maka akan menimbulkan Krisis Ekonomi.
Dunia belum pernah mengalami masalah ekonomi yang akut melebihi yang dialaminya sejak sistem mata uang dilepaskan dari emas dan perak secara total, yakni pada tahun 1971, melalui keputusan Presiden Amerika Serikat yang membatalkan perjanjian bretton wood (bretton wood system) yang menyaakan dollar harus didasarkan pada cadangan emas dan dikaitkan dengan emas pada kurs tertentu yang bersifat tetap.
Akar Masalah
Penyebab utama melemahnya nilai mata uang rupiah dan mata uang negara lainnya tidak lain adalah ekonomi kapitalisme yang diterapkan. Sistem ini mendorong setiap individu terlibat dalam persaingan bebas dan memiliki hak atas kepemilikan apapun, termasuk industri, perdagangan, sumber daya alam dan lainnya. Jual-menjual kekayaan negara adalah hal biasa. Sebab, kapitalisme menganut kebebasan kepemilikan.
Untuk memahami bagaimana pelemahan mata uang rupiah dan negara lainya, ada beberapa permasalahan dalam sistem kapitalisme.
Pertama, dalam Kapitalisme yang menjadi penopang ekonomi adalah sektor non riil, termasuk di dalamnya pasar saham, valas, obligasi, dan lainnya. Dimana pasar saham yang merupakan pasar judi dunia yang memang transaksi yang tidak jelas dan hanya menguntungkan para spekulan.
Kedua, standar keuangan berdasarkan dolar. Dimana uang kertas yang nilai intrinsik dan nominalnya berbeda dan mudah dipermainkan oleh para spekulan khususnya asing sehingga nilai uangnya fluktuatif.
Ketiga, pemberlakuan sistem riba khususnya bunga bank sehingga banyak orang yang kredit dibebankan dengan bunga yang besar dan menguntungkan sebagian orang dengan tidak susah-susah bekerja. Sehingga secara implisit terjadi tindak kezaliman yaitu menzalimi sebagian pihak untuk keuntungan pihak tertentu.
Keempat, terjadi penumpukan (penimbunan) uang pada sebagian pihak sehingga pergerakan ekonomi tidak stabil.
Kelima, ketidakjelasan hak kepemilikan. Dimana dalam kapitalisme setiap individu berhak untuk memiliki sumber daya termasuk sumber daya alam yang menguasai hajat hidup orang banyak. Sehingga yang kaya makin kaya, sedangkan yang miskin makin miskin. Karena terjadi kesenjangan sosial yang abadi dan yang berhak menikmati hanya orang-orang yang bermodal (kapitalis).
Emas dan Perak Sebagai Solusi
Islam secara khusus telah mengatur masalah mata uang. Orang beriman yakin jika aturan itu datangnya dari Allah pasti membawa kebaikan dan keberkahan, karena Islam datang untuk kebaikan hidup manusia, bukan untuk merusak.
Islam memerintahkan kaum Muslim agar membangun sistem moneter dan keuangan mereka atas dasar emas dan perak. Dengan kata lain, mata uang yang diperintahkan oleh Islam adalah mata uang dinar dan dirham atau salah satunya. Hal dapat dijalankan dengan mecetak langsung mata uang berupa emas (dinar) dan perak (dirham) dan dapat pula dengan mencetak uang kertas namun nilainya didasarkan pada cadangan emas/perak yang dimiliki oleh sebuah negara. Sebab, emas dan peraklah yang memiliki nilai intrinsik.
Keunggulan sistem mata uang emas dan perak yaitu, pertama, sistem mata uang emas/perak menjadikan sebuah negara tidak hidup dibawah bayang-bayang belas kasih negara penjajah, seperti yang terjadi pada sistem mata uang kertas hari ini.
Kedua, sistem mata uang emas/perak menjamin tidak akan terjadi lonjakan peredaran mata uang secara tiba-tiba, seperti pada mata uang kertas.
Ketiga, sistem mata uang emas/perak dapat membuat stabilitas neraca pembayaran secara otomatis, tanpa campur tangan Bank Dunia.
Keempat, sistem mata uang emas/perak mencegah dominasi satu negara (besar/penjajah) atas negara lain (negara lemah).
Kelima, sistem mata uang emas perak memberikan stabilitas nilai tukar antar berbagai mata uang dunia.
Keenam, sistem mata uang emas/perak menjamin kekayaan emas dan perak bagi masing negara, sehingga tidak terjadi penyelundupan emas/perak ke negara lain.
Dengan demikian sistem mata uang emas/perak dapat menjaga ketidakstabilan ekonomi yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang. Sistem monoter Islam membangun kemandirian negara secara ekonomi. Wallahu a’lam bi ash-shawab.[]
Penulis adalah seorang guru SMKN Unaaha, Bone
Penulis adalah seorang guru SMKN Unaaha, Bone
Comment