Ammylia Rostikasari*: Islam Dan Nyawa Manusia

Opini580 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Tragedi pilu. Mengguncang kalbu. Enam laskar FPI yang mengawal Habib Rizieq Shihab (HRS) tewas ditembak polisi di Jalan Tol Cikampek Kilometer 50 pada Senin dini hari, 7 Desember 2020 sekitar pukul 00.30.

Terlepas dari pro dan kontra yang berkembang, kematian 6 orang tersebut menjadi catatan bahwa nyawa manusia begitu tidak berharga di era kapitalis sekarang ini.

Manusia begitu mudah menumpahkan darah dan menghilangkan nyawa hanya sebab ekonomi, jabatan, harga diri dan kekuasaan yang sesungguhnya sementara.

Dalam pandangan Islam, nyawa merupakan anugerah dari Allah Subhanahu wata’ala. Eksistensinya dijaga juga dilindungi. Darah dan jiwa manusia mendapatkan perlindungan yang kokoh dengan penetapan pembunuhan satu nyawa tak berdosa sama dengan menghilangkan nyawa segenap umat manusia.

Harus disadari bahwa menghabisi nyawa atau membunuh manusia itu merupakan dosa besar? Dosa yang sulit untuk dihapuskan jika tidak ditebus dengan taubatan nasuha.

Ancaman amat keras telah Allah Subhanahu wata’ala dan Rasulullah Saw tegaskan bagi pelaku durjana.
Menghina seorang Muslim adalah fasik, sedangkan membunuhnya adalah kafir (HR al-Bukhari).

Para ulama pun menyatakan bahwa jika pelaku pembunuhan adalah Muslim, maka ia akan terseret dalam buih kekufuran jika menghalalkan nyawa dan darah seorang Mukmin yang pada hakikatnya terjaga.

Para pelaku pembunuhan, siapa pun itu harus sadar diri. takutlah dengan ancaman kabar ganas dan panasnya siksa Neraka Jahanam dan kekekalan di dalamnya? Sebagaimana firman Allah Swt.

“Siapa saja yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, balasannya adalah Neraka Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepada dia, mengutuk dia dan menyediakan bagi dia azab yang besar.” (Q.S. An-Nisa[4]:93).

Sungguh mengerikan. Terlebih jika pelaku pembunuhan itu dilakukan secara terencana dan bersekongkol. Azab keras menanti mereka, kelak di yaumil kiamat, korban yang terbunuh akan menuntut dan mengadukan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Pembunuh dan korban yang dibunuh akan didatangkan pada Hari Kiamat dengan menenteng kepala temannya (pembunuh). Dalam riwayat lain dinyatakan: Dia (korban) membawa sang pembunuh, sementara urat lehernya bercucuran darah. Lalu dia berkata, “Ya Allah, tanya orang ini, mengapa dia membunuh saya.” (HR Ibnu Majah).

Islam sangat menghargai nyawa manusia. Oleh karena itu, saat Islam diterapkan secara menyeluruh (kaffah), adanya sanksi qishash sangat ampuh menjaga jiwa manusia. Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt. Dalam (QS. Al-Baqarah[2]:178).

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.”

Demikian Islam memandang nyawa. Penegakan hukumnya tak mengenal jabatan kekuasaan. Pelakunya tak dibuat kebal. Siapa bersalah, dia mendapatkan hukuman setimpal.

Berbanding terbalik dengan penerapan hukum dalam kepemimpinan sekuler yang kerap tumpul ke atas, tajam ke bawah dan juga tidak tepat saat mengambil keputusan.

Koruptor miliaran bisa bebas melenggang sementara masyarakat jelata mencuri ayam demi mengubur rasa lapar dibui berbulan-bulan.

Potret hukum sering memberikan harapan palsu kepada manusia. Sehingga umat menjadi apatis dan muak dengan penerapan hukum yang ada. Hukum yang bersandar pada kompromi manusia.

Walhasil, dengan kembali kepada Islam –  nyawa manusia akan terjaga, aqidah juga kehormatannya.

Kepemimpinan Islam telah terbukti lebih dari 13 abad mampu mengayomi manusia secara adil dan melindungi nyawa mereka.

Insyaa Allah, negeri ini dan negeri muslim lainnya dihiasi keberkahan bukan dengan darah yang bersimbah. Wallahu’alam bishowab.[]

*Komunitas Penulis Bela Islam

Comment