Ali Sodikin.[Widhy/radarindonesianews.com] |
RADARINDONESINEWS.COM, JAKARTA – Dalam Cyberpolitics: Citizen Activism in the Age of the Internet (1998) Kevin A. Hill and John E. Hughes, Lanham, MD, menjelaskan bahwa internet digunakan siapa saja, civil society, militer dan siapapun, kelompok manapun yang memiliki kepentingan di seluruh dunia. Internet melampaui sensansi dan spekulasi dari banyak penemuan baru dibidang teknologi. Studi-studi ilmu komunikasi, menjelaskan teknologi komunikasi pada awalnya hasil riset militer dan pertahanan. Seperti yang dijelaskan Edwards dalam The Closed World: Computers and the Politics of Discourse in Cold War America, komputer muncul menjadi teknologi dominan karena perang dingin blok barat-timur.
Sisi Gelap Internet adalah Hoax
Internet adalah suatu wilayah yang tak terbatas dan sering tampak tanpa hukum, sering Wild West, sebuah analogi dari film bergenre sejarah Amerika versi Hollywood. Penyimpangan paling umum dan ringan dalam internet adalah penggunaan akun anonim (palsu), baik facebook, twitter, path, instagram, whatsapp, link, telegram dan lain sebagainya.
Konten dari akun anonim adalah hoaks atau berita bohong. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘hoaks’ adalah ‘berita bohong.’ Dalam Oxford English dictionary, hoaks didefinisikan sebagai malicious deception atau kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat. Hoaks bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman internet, hoaks bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena sulit untuk diverifikasi. Kecepatan dan sifat media sosial yang mudah untuk dibagikan, sangat berperan dalam penyebaran berita bohong.
Jenis Hoaks
1.Hoax Murni, adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.
2.Judul Beda Isi Beriat, kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya.
3.Berita Benar Tapi Waktu Lampau, Kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya.
Waspada Hoax
1.Selektif membaca berita, baik konten maupun institusi media massa tersebut.
2.Melakukan perbandingan pemberitaan antar media massa, terlebih informasi dari media sosial.
3.Jangan membagikan artikel/foto/pesan berantai tanpa membaca sepenuhnya dan yakin akan kebenarannya.
Penutup
Lebih dari itu, pertanyaan besar bagi kita adalah, apakah sistem negara kita (pemerintah) memiliki kemampuan teknologi dan sistem dunia virtual, hingga mampu menegakkan hukum yang ada. Karena tidak akan ada artinya sebuah undang-undang, jika pemerintah tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk menegakkkanya (pegang kendali). Karena dunia virtual adalah bicara siapa pegang kendali. Mengendalikan kekuasaan, legitimasi, kepercayaan, catatan dan keamanan kehidupan modern.
Daftar Pustaka:
Kevin A. Hill and John E. Hughes, Lanham, MD. (1998) Cyberpolitics: Citizen Activism in the Age of the Internet. Rowman & Littlefield.
Grimsley, K. D. (1998). Beep her to get the fax about the voice mail on her e-mail: Workers are becoming overwhelmed by information overload. Washington Post Weekly Edition
Hafner, K., & Markoff, J. (1991). Cyberpunk: Outlaws and hackers on the computer frontier. New York, NY: Simon & Schuster.
Slatalla, M., & Quittner, J. (1995). Masters of deception: The gang that ruled cyberspace. New York, NY: HarperCollins.
Ess, Charles. (2009). Digital Media Ethics. (Cambridge and Malen, MA: Polity Press).
Comment