RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – “Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian (sendiri). Dan Allah memaafkan banyak dari kesalahan kalian” (TQS. Asy-Syura: 30).
Ayat di atas menjelaskan bahwa segala musibah yang terjadi di muka bumi ini merupakan akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Sebab, Allah tidak pernah menzhalimi hamba-Nya. Akan tetapi, hamba itu sendirilah yang telah berbuat zhalim.
Kedzhaliman Sistemik
Berbagai musibah yang terjadi saat ini, termasuk banjir yang tengah melanda Jakarta dan sekitarnya, semua itu disebabkan perbuatan manusia yang zhalim. Mungkin saja kezhaliman itu hanya dilakukan oleh segelintir orang, tetapi akibat dari kezhaliman itu akhirnya menimpa semua orang yang ada di sekitarnya.
Tindakan zhalim merupakan aktivitas fisik yang terindera. Sehingga, dapat diindera oleh siapa pun, termasuk terhadap kezhaliman yang diduga kuat mengakibatkan pada terjadinya kebanjiran seperti yang sedang terjadi di Jakarta.
Diantara bentuk kezhaliman yang dapat diindera oleh masyarakat adalah dominasi kepentingan penguasa dan pengusaha yang mengabaikan kepentingan masyarakat umum. Presiden ILC, Karni Ilyas, dalam cuitannya di twitter menyebut adanya kezhaliman itu.
Kenapa bencana terjadi di Jakarta?
Sering perencanaan, dikalahkan kepentingan antara pengusaha dan penguasa. Pada 1970-an menurut master plan Kota Depok disiapkan ratusan hektar tanah untuk waduk agar curah hujan bisa ditampung di situ. Nyatanya kini lahan itu jadi perumahan mewah”, kata @karniilyas, 2/1/2020.
Pada kolom komentar, akun JJ Rizal menyebutkan bahwa Depok merupakan kawasan biru dengan waduk besar dan dirancang sebagai kawasan hijau yang memiliki hutan raya serta cagar alam pertama.
“Selain dirancang jadi kawasan hijau dengan waduk besar, Depok juga dirancang sebagai kawasan hijau, apalagi sejak abad 18 Depok punya hutan raya, cagar alam pertama. Luasnya dari Ratu Jaya, Rawa Geni hingga Mampang yang berbatasan dengan Parung Belimbing”, komentar JJ Rizal.
Inilah diantara kezhaliman yang dapat diindera. Kezhaliman ini menjadi penyebab terjadinya banjir di Jakarta dan sekitarnya.
Tidak ada lagi lahan penampung curah hujan, sebab telah dialih fungsikan menjadi kompleks perumahan mewah. Maka banjir adalah konsekuensi logis untuk itu.
Perlu diketahui bahwa musibah banjir yang terjadi saat ini telah mengakibatkan banyak rumah dan harta benda warga yang hancur, bahkan telah menelan puluhan korban jiwa. Sebagian besar dari mereka akhirnya hidup di pengungsian.
Lalu, siapakah yang untung dan rugi dari semua itu? Tentunya yang untung hanyalah para pengusaha dan penguasa yang terlibat dalam lingkaran kongkalikong ini. Sementara rakyat harus menanggung akibat dan kerugiannya.
Mereka, penguasa dan pengusaha, tak peduli bagaimana nasib dan penderitaan yang dirasakan oleh rakyat, asal mereka menikmati hasilnya. Sungguh kezhaliman yang luar biasa.
Itulah sistem demokrasi kapitalis. Siapapun pemimpinnya, apapun latar belakang pendidikan dan organisasinya, bahkan ulama sekalipun seperti sekarang ini, semuanya akan berakhir sama, yaitu zhalim.
Begitulah tabiat sistem demokrasi yang menjadikan manfaat sebagai azasnya. Sehingga, bila hal itu bermanfaat dan menghasilkan keuntungan bagi penguasa dan pengusaha, maka apa pedulinya dengan derita rakyat?
Islam Menjamin Kepentingan Rakyat
Kenyataan yang terjadi sekarang dalam sistem demokrasi, sungguh berbeda jauh dengan kenyataan sejarah di masa kepemimpinan Islam. Sejarah mencatat betapa pedulinya para Khalifah pada nasib rakyatnya.
Bahkan Khalifah Umar bin Khaththab pernah berkata, Jikalau ada kondisi jalan di daerah Irak yang rusak karena penanganan pembangunan yang tidak tepat, sehingga ada seekor keledai yang terperosok ke dalamnya, maka aku takut bagaimana mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah”. Sungguh kepedulian yang melibatkan aspek ukhrowi.
Begitulah sikap seorang pemimpin yang sebenarnya. Peduli pada nasib rakyatnya diatas landasan akidah Islam. Tidak hanya mementingkan urusan pribadinya. Sikap pemimpin seperti itu, hanya ada pada sistem kepemimpinan Islam yang tercatat dengan tinta emas kejayaannya sepanjang ribuan tahun.
Oleh karena itu, dengan melihat fakta-fakta yang terjadi, cukup membuktikan bahwa bernaung dibawah sistem demokrasi, siapapun pemimpinnya, pasti akan berjalan diatas kezhaliman.
Sebaliknya, pemimpin dan sistem kepemimpinan Islam sajalah yang terbukti memberikan keadilan dan kesejahteraan, serta jauh dari kezhaliman.
Akhirnya, jika menginginkan kehidupan yang layak, mengantarkan pada keadilan dan kesejahteraan, maka tiada pilihan solusi kecuali dengan kembali pada kehidupan Islam. Wallahu A’lam bishowwab.[]
Comment