Al-Quran, Petunjuk dan Pedoman  Kehidupan Manusia

Opini33 Views

 

 

Penulis: Puput Hariyani, S.Si | Womenpreneur

 

RADARINDONESIANEWS.COM,  JAKARTA– Al- Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam – menjadi petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mengarungi kehidupannya sehingga tercapai kemaslahatan di dunia juga di akhirat baik secara pribadi, kehidupan berbangsa maupun bernegara.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 2:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”

Artinya jika kita menginginkan kehidupan mulia maka harus menjadikan Al-Quran sebagai asas kehidupan sehingga terwujud peradaban yang mulia pula. Berpegang pada Al Qur’an sejatinya merupakan konsekuensi keimanan dan harusnya terwujud pada diri setiap muslim. Al-Quran tidak hanya dibaca dan dikhatamkan setiap moment Ramadhan semata, tetapi juga berusaha untuk dipahami dan diamalkan dalam kehidupan.

Namun mirisnya hari ini Al Qur’an diabaikan meski peringatan Nuzulul Qur’an setiap tahun diadakan, bahkan oleh negara. Keberadannya sebagai petunjuk tidak lagi dijadikan rujukan ketika hendak menyelesaikan persoalan yang muncul.

Al- Quran semestinnya bukan sekedar  ajang perlombaan hafalan semata tapi jauh dari aplikasi. Berpegang teguh pada Al-Quran sejatinya adalah konsekuensi keimanan dan harus terwujud dalam pribadi seorang muslim.

Ketika hendak menyelesaikan masalah pencurian misalnya, Al-Quran punya jawaban. Allah SWT berfirman dalam surah Al Maidah ayat 38 yang artinya:

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Kita ambil satu contoh lagi tentang bagaimana Al-Quran menyelesaikan persoalan perzinahan yang hingga detik ini masih menjadi masalah pergaulan yang tak kunjung usai. Dalam surat An Nur ayat 2, “Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (melaksanakan) agama (hukum) Allah SWT, jika kamu beriman kepada Allah dan hari Kemudian.”

Dari dua contoh persoalan ini jika Al-Quran diberi kesempatan untuk menjawab tentu masalah akan selesai tuntas. Karena ini adalah solusi dari Allah SWT, Tuhannya manusia, Tuhan yang Mahasempurna bagi semesta alam.

Pertanyaannya, kenapa hari ini Al-Quran tidak dijadikan rujukan? Mengapa justru individu yang berpegang pada Al-Quran dan menyerukan untuk kembali kepada Al Qur’an dianggap radikal? Semua jawaban berpulang pada simpul yang sama bahwa kita berada dalam tatanan kehidupan yang jauh dari Islam.

Tatanan hidup dalam sistem demokrasi kapitalisme menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan, padahal manusia adalah mahkluk yang lemah sehingga berpotensi adanya pertentangan dan berkonsekuensi lahirnya berbagai permasalahan

Dalam sistem di mana kedaulatan berada di tangan rakyat ini menjadikan manusia sebagai penentu hukum, berdasar hawa nafsu dan kepentingannya. Walhasil, selama sistem ini tidak beralih pada sistem Islam maka persoalan akan terus menghantui kehidupan manusia.

Oleh karena, di moment Ramadhan penuh berkah di mana Al- Quran  diturunkan, kaum muslimin harus bersegera mengajak masyarakat secara keseluruhan untuk menyadari kewajiban berpegang pada Al-Quran secara keseluruhan dan memperjuangkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam semua aspek.

Dakwah menjadi satu-satunya jalan yang harus terus digencarkan untuk menyampaikan kebenaran sehingga Al-Quran berwujud nyata baik dalam kehidupan individu, berbangsa dan bernegara. Wallahu’ alam bi ash-shawab.[]

Comment