Penulis: Novita Darmawan Dewi | Mahasiswi Jurusan Manajemen Universitas Terbuka
RADARINDONESIANEWS COM, BANDUNG — Bupati Bandung Dadang Supriatna punya cara unik dan menarik dalam mensyiarkan Ramadan sekaligus memperingati Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan 1446 H.
Melalui acara yang dikemas dalam bentuk Lomba Cerdas Cermat Pemahaman AlQuran, Bupati Bandung seperti ditulis bandungraya mengundang sejumlah ormas untuk beradu cepat dan kepintaran dalam menjawab berbagai pertanyaan seputar isi kandungan AlQuran. Yang menarik, mereka yang diundang pada acara yang berlangsung di Gedung Dewi Sartika, Minggu (16/3/2025) itu adalah ormas seperti Pemuda Pancasila, GMBI, BBC dan FKPPI.
Sayangnya, seruan itu kerap kali sebatas jargon semata. Mencintai Al-Qur’an hanya dimaknai mengajak lekat secara fisik, seperti mengajak gemar tilawah, cerdas cermat dan menghafal ayat-ayatnya. Adapun terkait isinya, justru sering kali diabaikan. Kalaupun ada yang mengajak kembali kepada Al-Qur’an, maka itu dimaknai secara artifisial.
Kembali kepada Al-Qur’an juga direduksi sekadar dengan seruan untuk mengambil ayat-ayat yang berbicara soal akhlak dan moral. Padahal, Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Menerapkannya menjadi jaminan terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan dipenuhi keberkahan.
Al Qur’an yang Terlupakan
Sejak runtuhnya sistem kepemimpinan Islam yang disebut Khilafah pada 1924 silam, umat Islam tidak lagi hidup di bawah cahaya Al-Qur’an. Para pemimpin mereka memilih tunduk pada kaum kafir penjajah, lalu bermimpi bisa membawa umat pada kemuliaan dengan menenggak racun sekularisme yang menafikan peran Tuhan dalam kehidupan.
Mereka dengan sadar mencampakkan isi Al-Qur’an, meski mengaku masih memegang iman Islam. Sementara itu, seruan-seruan untuk menerapkan Al-Qur’an sebagai undang-undang dipandang sebagai kemunduran, bahkan kejahatan yang tidak termaafkan. Selain dituduh membawa kehancuran, para penyeru penerapan Al-Qur’an juga kerap disebut radikal.
Saat ini, lebih dari 100 tahun mereka melewati Ramadan ke Ramadan. Namun, spirit Al-Qur’an yang turun saat Ramadan tidak juga menggerakkan mereka untuk segera menerapkannya dalam kehidupan. Padahal, mereka percaya bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, dan membacanya juga bernilai ibadah serta mendatangkan kebaikan.
Sepanjang waktu itu, tidak terhitung berapa kali mereka mengkhatamkan Al-Qur’an. Bahkan, Al-Qur’an biasa mereka pakai saat upacara sumpah jabatan. Namun sayang, mereka malah abai terhadap ayat perintah dan larangan. Mereka abai terhadap ayat-ayat ancaman atas perilaku meninggalkan Al-Qur’an.
Mereka tampak lebih percaya pada pemikiran manusia yang lemah dalam membuat undang-undang. Tidak peduli atas peringatan yang begitu mengerikan dari Allah Swt. bagi para pendusta Al-Qur’an. Rupa-rupanya, iman mereka sudah tercerabut sebagian demi sebagian. Alhasil yang tinggal adalah iman yang sekadar pengakuan.
Wajar jika kehidupan umat Islam benar-benar menyedihkan. Secara politik, mereka kehilangan sumber kebangkitan yang sebelumnya membuat mereka tampil sebagai negara besar. Spirit perjuangan mereka melemah, bahkan berubah dari sebaik-baik umat menjadi umat yang rela terpecah belah dan terjajah.
Secara ekonomi, kekayaan mereka yang melimpah-limpah dijarah, baik oleh kafir penjajah maupun oleh kekuatan oligarki yang dari hari ke hari makin mencengkeram semua lini. Mereka berkongsi dengan para penguasa yang rela menjadi pengkhianat atas rakyat demi jabatan dan kursi. Sampai-sampai kehidupan mayoritas mereka pun seperti tikus mati di lumbung padi.
Dalam bidang sosial, kehidupan masyarakat makin jauh dari nilai-nilai kebaikan. Moralitas generasi makin jatuh hingga titik terendah. Kekerasan hingga pembunuhan, korupsi, seks bebas, penyimpangan perilaku, bullying, premanisme, dan kriminal lainnya, makin marak dengan kadar yang mengerikan.
Pada bidang hukum, kondisinya pun tidak kalah rusaknya. Undang-undang dibuat sesuai kepentingan sekelompok orang. Mafia peradilan ada di mana-mana dan kekuatan uang sedemikian mencengkeram. Alhasil, alih-alih mengeliminasi kejahatan, hukum yang ada justru bisa diperjualbelikan dan rakyat jelata tidak bisa berharap mendapat keadilan.
Wajib Mengimplementasikan Al Qur’an
Fakta-fakta tsb, telah menegaskan bahwa dicampakkannya Al Qur’an dalam kehidupan telah menjadi bencana bagi kehidupan umat manusia yang telah mengantarkan mereka pada kehidupan yang sempit sebagaimana Firman Allah SWT “Dan barang siapa berpaling dari peringatan (ayat-ayat)-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha: 124).
Maka tidak ada cara lain selain kita kembali pada Al Qur’an dan bersegera untuk menerapkan isinya dalam semua aspek kehidupan melalui penerapan Islam secara Kaaffah> Wallahu ‘alam.[]
Comment