Akhir Ramadhan dan Tawuran yang Semakin Memprihatinkan

Opini414 Views

 

Oleh: Lilik Solekah, SHI, Ibu Peduli Generasi

_________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Pilu rasanya hati ini, saat akhir Ramadhan yang seharusnya mengencangkan ikat pinggang untuk ibadah malam, untuk berburu malam seribu bulan, malam lailatul qadar, saat pemuda duduk dengan ketundukan memohon ampunan dalam masjid beri’tikaf justru marak tawuran.

Seperti peristiwa Sabtu malam (8/4/2023) pekan lalu beredar sebuah video tawuran yang terjadi di Simpang Lima Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Video tersebut memperlihatkan korban AW luka parah di bagian kepala. Korban tergeletak tak berdaya di pinggir jalan.

Ada lagi aksi tawuran perang sarung yang melibatkan puluhan orang remaja di dua lokasi di Sampang Pulau Madura Jawa Timur jelang sahur dihentikan oleh aparat kepolisian, Rabu (11/4/2023) pada saat polisi patroli berhasil menangkap 10 orang yang rata – rata masih remaja (pelajar SMA), dan menurut pengakuannya aksi mereka meniru aksi – aksi yang ada di media sosial. (halopantura.com)

Mengapa tindakan ini terjadi di mana-mana hingga beberapa korban berjatuhan, dan bertepatan saat Ramadhan? Apa yang menyebabkan ini semua terjadi? Fenomena yang sangat memprihatinkan di mana generasi muda kita kehilangan kendali pemikiran. (tidak mampu mengendalikan dorongan naluri yang benar dan mengedepankan insting dan hawa nafsu layaknya binatang) hilang rasa kemanusiaan jadilah sikap brutal dan sadis yang tersandang.

Hal ini terjadi karena ada akar pemicunya yang ditopang dengan pemicu-pemicu cabang yang banyak.
Akar permasalahan pemicu kesadisan remaja tersebut tidak lain adalah sistem sekuler. Di mana aturan kehidupan tidak selaras dengan aturan pembuat kehidupan itu sendiri.

Pemicunya cabangnya ada banyak hal seperti kebebasan konten media sosial, seperti banyaknya video viral yang berupa shorts video, Reels, dan lain sebagainya yang walaupun pendek durasinya namun justru ini yang menarik bagi generasi muda. Ini yang menginspirasi mereka termasuk pada hal-hal negatif.

Pemicu cabang lainya adalah kontrol negara terhadap media sangat lemah, kurangnya kewaspadaan orang tua menjaga anak mereka, peran masyarakat yang seharusnya peduli menjadi masyarakat yang cuek.

Aktor dalam masalah ini adalah remaja di mana mereka memiliki ikatan sosial yang kuat dengan teman sebayanya. Untuk itu karena hidupnya lebih banyak bersama temannya, yang sangat berpotensi untuk bisa merubah mereka adalah sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh negara.

Kontribusi sistem pendidikan dan mengukuhkan karakter remaja sangat mendominan. Kurikulum pendidikan sangat menentukan desain pola pikir dan pola sikap mereka.

Hanya dengan meerapkan Islam secara sempurna maka permasalahan ini tidak akan ada lagi. Tameng dalam kesadisan mereka sudah ada beberapa ring. Dari pendidikan yang berbasis kurikulum pendidikan Islam, akhlak, aqidah yang ditanamkan sejak dini sehingga di manapun mereka berada akan terikat dengan hukum syara tanpa melihat ada orang tua yang mendampingi ataupun tidak, ada polisi atau tidak, ada ustad atau tidak, akan menjaga sikapnya sendiri karena paham hakekat hidup yang akan diminta pertanggung-jawaban.

Ring berikutnya setelah ketakwaan individu yang telah tersistem oleh negara adalah peran orang tua, peran masyarakat jalan semua. Orang tua bertanggung jawab penuh atas pendidikan anaknya, masyarakat yang peduli serta negara ring terakhir yaitu negara yang menerapkan sanksi yang tegas ketika terjadi pelanggaran dengan Hukum qishashnya maka akan memberikan efek jera bagi yang lain dan sebagai penebus dosa bagi pelakunya.

Dengan demikian tidak ada celah lagi bagi remaja pelaku kriminal di manapun berada. Ingat sempurnanya hukum yang telah Allah firmankan dalam surat Al Maidah ayat 50:

“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”.[]

Comment