Aisyah Karim, S.H*:Konsekuensi Logis Virus Setan Feat Idiologi Setan Terhadap Fenomena ‘Wuhan Jiayou’

Opini558 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Arrahmah.com pada 28/01/2020 melalui saluran instagramnya merilis video sejumlah korban virus corona diburu rezim komunis China.

Sudah jatuh tertimpa tangga itulah yang dirasakan oleh rakyat China di Wuhan dan kota-kota lainnya yang diisolasi dan dikarantina oleh pemerintah komunis di sana.

Warga kota yang ditutup dilarang keluar sama sekali, dan mereka yang nekat melarikan diri atau berhasil keluar sebelum kota ditutup, menjadi target otoritas komunis untuk diburu dan diisolasi karena dicurigai membawa virus.

Yang menjadi masalah baru di Wuhan saat ini adalah, mayat-mayat korban virus yang tergeletak di semua rumah sakit dan klinik tidak ada yang mengurus, pemerintah komunis masih berdiam diri. Kondisi ini jelas seperti menabung bencana berikutnya.

Hari ini, 29/01/2020 arrahmah.com kembali merilis video suasana kota Wuhan yang kian mencekam, depresi dan putus asa yang melanda penduduk setempat. Suara lolongan jeritan warga Wuhan terdengar mengisi seantero kota. Mereka berteriak dari tempat tinggal mereka di gedung-gedung pencakar langit. Fenomena ini terjadi di banyak tempat di Wuhan yang mengisyaratkan keputusasaan akut akibat kekurangan perhatian dari rezim komunis.

Setelah tak sanggup menahan fakta menyakitkan di lapangan, rakyat China yang sadar mengambil langkah berani dengan membocorkan informasi asli mengenai begitu mengerikannya dampak yang ditimbulkan corona kepada mereka yang terinfeksi.

Sebuah rekaman suara dari seorang dokter yang bekerja di rumah sakit Wuhan melalui aplikasi Weibo mengisi feed instagram arrahmah (27/01/2020).

Dalam keadaan menangis ia menyampaikan bahwa kondisi realitas di Wuhan jauh lebih parah dari apa yang diberitakan oleh TV.

Banyak pasien memaksa untuk dirawat namun rumah sakit kewalahan. Meskipun demikian pemerintah tidak menambah perbekalan medis. Ia menyerukan setiap individu melindungi dirinya sendiri dan bahwa agar jangan pernah mempercayai pemerintah.

Otoritas China mengumumkan peningkatan total kematian akibat virus corona, dari sebelumnya berjumlah 106 orang meningkat menjadi 132 orang. Sementara ada 6.056 kasus yang dikonfirmasi di seluruh China.

Jumlah ini menunjukkan peningkatan yang tajam. (kompas.com). Hingga Rabu (29/01/2020) siang, tercatat sudah 17 negara yang mengonfirmasi terinfeksi virus ini termasuk Uni Emirat Arab (UEA).

Presiden China Xi Jinping menyebut virus ini sebagai virus “setan”. Dalam pertemuan dengan AFP, ia berujar akan melakukan pembaruan data suspect corona sesegera mungkin (cnbcindonesia 29/01/2020).

Menggelikan bilamana Xi mengakui ada makhluk yang disebutnya setan, seharusnya ada pula malaikat bukan ? lalu kapan Xi akan menyebut zat yang menciptakan keduanya ?

Rakyat Tiongkok sejatinya berada pada fase dimana logika bepikirnya sedang ditantang oleh fakta untuk memberikan premis-premis terhadap problema mendasar di negeri mereka.

Logika rakyat sedang bekerja untuk membandingkan antara realitas yang mereka jalani dengan penindasan yang menimpa masyarakat Uighur di Xinjiang. Seruan `Wuhan Jiayou’ adalah bukti yang tak terbantahkan betapa apatisnya mereka terhadap Pemerintah.

Fakta ini juga menjadi momok bagi rezim komunis, lunturnya kepercayaan masyarakat berpeluang mendobrak doktrin atheisme yang mereka tanamkan sejak lama.

Syamsuddin Ramadhan An-Nawiy dalam bukunya “Kritik Total Komunisme-Sosialisme-Marhaenisme” mengungkapkan bahwa Sosialisme-Marxisme dibangun di atas apa yang disebut dengan dialektika materialisme.

Dialektika materialisme merupakan paradigma dasar sosialisme-termasuk di dalamnya komunisme. Dinamakan demikian karena ia adalah cara pandang terhadap fenomena alam yang didasarkan pada prinsip pertentangan (dialektika).

Dengan kata lain, metodologi berpikir dialektis adalah mengkontradiksikan dan mempertentangkan suatu pemikiran dengan jalan `discourse’, atau dialektika. Dinamakan dialektika materialisme, karena, paham ini menganalisa dan menggambarkan fenomena-fenomena alam sebagai materi belaka atau didasarkan pada paham materialisme.

Paham ini memandang kehidupan, manusia dan alam semesta merupakan materi yang mengalami evolusi internal. Tidak ada pencipta dan makhluk. Yang ada hanyalah evolusi internal materi di mana alam semesta dan bagian-bagiannya adalah materi.

Berbagai macam fenomena alam adalah refleksi keragaman materi yang terus bergerak, terus berubah dan bersifat kekal. Evolusi alam merupakan akibat langsung dari pertentangan-pertentangan antara potensi-potensi kontradiktif yang terkandung pada alam.

Inilah akar yang menjawab ketidakmengertian masyarakat Wuhan terhadap abainya rezim komunis kepada rakyatnya. Rakyat maupun virus corona adalah bagian dari materi, termasuk kematian yang susul menyusul saling berkejaran di angka rekapitulasi korban yang ditanggapi dingin oleh pemerintah.

Demikian pula mayat-mayat warga yang teronggok begitu saja di mana-mana pada setiap sudut rumah sakit. Pemerintah tak memusingkan bagaimana dampak psikologis warga semakin down tatkala mayat itu berbaur bersama pasien-pasien yang masih hidup di selasar-selasar rumah sakit, ruang rawat hingga sudut-sudut IGD. Karena semuanya adalah bagian dari materi yang sedang dan akan terus bergerak untuk mewujudkan perubahan.

Pertanyaan berikutnya, kok mereka tega ya? Dialektika materialisme menyatakan bahwa revolusi mengikuti hukum gerak materi. Materi tidak membutuhkan `rohani’ untuk mengindera sesuatu yang abstrak, yang diagungkan dan disucikan untuk kemudian disembah.

Materi bersifat tunggal tidak diciptakan oleh Tuhan karenanya Sosialisme tidak memiliki konsep tentang takdir dan Zat tempat untuk kembali. Tidak mengherankan jika secara psikologis pertahanan kaum sosialis amat rapuh. Terbukti bukan hanya masyarakat luas yang depresi karena gelombang ketakutan terinfeksi corona, namun tim medis sekalipun kewalahan dan depresi melawan virus tersebut.

Konsep Sosialisme tentu saja bertentangan dengan Islam. Islam memiliki konsep aqidah yaitu peraturan yang mendasar dan menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan, tentang sesuatu yang ada sebelum dan sesudah kehidupan serta hubungannya dengan sesuatu yang ada sebelum dan sesudah kehidupan tersebut.

Corona ini sejatinya adalah sinyal yang dikirim oleh Allah untuk bangsa komunis ini. Melalui corona mereka akan dipaksa memikirkan kembali keshahihan konsep idiologi mereka. Corona mengajari bahwa mereka bukan materi, melainkan makhluk dari Al-Khalik. Corona membuktikan bahwa manusia itu lemah, serba kekurangan dan terbatas.

Diantara keyakinan berbahaya tentang kehidupan, adalah keyakinan yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah pada alam semesta serta menyepelekannya. Firman Allah “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir; maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan masuk neraka.” (TQS. Shad:27).

Ayat yang agung ini membantah keyakinan yang batil dari orang-orang kafir yang berprasangka buruk kepada Allah dengan menyekutukan-Nya, tidak mengakui keagungan Allah di balik ciptaan-Nya.

Keyakinan ini tergambar pada penganut idiologi setan Sosialisme Komunisme yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, menghalalkan segala cara untuk meraih kenikmatan dunia, dan mengingkari adanya hari pembalasan.

Padahal Allah SWT menciptakan semua itu agar menjadi petunjuk bagi makhluknya terhadap tanda-tanda nyata keagungan-Nya.[]

*Lingkar studi perempuan dan peradaban, Aceh

Comment