Afriana Wahyu Lestari*: Kunci Peradaban Berikan Solusi Bukan Sekedar Ilusi

Opini558 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Hakikatnya jantung peradaban ada di tangan perempuan karena pengasuhan awal ada pada seorang ibu.

Setiap tahun, tanggal 8 Maret disebut sebagai hari wanita international dengan slogan feminisme dan kesetaraan gender di pelosok dunia.

Fakta yang sangat mengejutkan, dengan diembannya kesetaraan gender feminisme, porsi kerja wanita dan pria yang sama justru tidak menyurutkan keadilan bagi kaum hawa.

Faktanya Inses, kekerasan fisik, kekerasan seksual masih saja meningkat bahkan Menurut data BPS dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 33,4 persen perempuan di Indonesia mengalami kekerasan seksual yang menempati posisi tertinggi.

Komnas Perempuan mencatat terjadi kenaikan jumlah kasus kekerasan terhadap anak perempuan (KTAP). Sepanjang 2019, Komnas mencatat terjadi 2.341 kasus atau naik 65 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 1.417 kasus.

Komisioner Komnas Perempuan Mariana Amiruddin mengatakan kasus kekerasan terhadap anak perempuan yang paling banyak terjadi adalah inses, yakni sebanyak 770.

Menyusul berikutnya adalah kasus kekerasan seksual sebanyak 571 kasus dan kekerasan fisik sebanyak 536 kasus.
https://nasional.tempo.co/read/1316349/kekerasan-terhadap-anak-perempuan-naik-65-persen-di-2019/full&view=ok

Angka yang relatif tinggi, pada akhirnya justru menjadi tanda tanya besar, ada apa dengan perempuan? Mengapa solusi yang ditawarkan tak mampu menyelesaikan permasalahan hingga saat ini, namun masih saja dipertahankan?

Sejatinya tingginya angka kekerasan terhadap perempuan tak lain dan tak bukan, karena penerapan sistem kapitalis yang dimban oleh dunia. Saat ini manusia bangga menerapkan sistem kapitalis yang merupakan sistem buatan manusia, yang bersifat lemah dan memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan.

Sehingga feminisme yang menjadi virus materialisme kini semakin mengganas menyerang kaum Muslim dan menggerogoti keluarga Islam. Ditambah lagi dengan semakin maraknya propaganda ide keadilan dan kesetaraan gender yang dimotori kaum feminis.

Gerakan feminisme merupakan gerakan “pembebasan” kaum wanita. Feminisme
menganggap bahwa pria dan wanita memiliki hak yang sama dalam menentukan kehidupan baik di dalam maupun luar rumah.

Jelas hal itu tidak sesuai dengan fitrahnya. Sejatinya wanita memiliki sifat keibuan, lembut dan sudah kodratnya menjadi manajemen atau pengatur rumah tangganya. Sementara pria memiliki sifat yang teliti dan lebih kuat yang menjadikan pria lebih cocok sebagai tulang punggung keluarga.

Bahkan kesetaraan gender yang kian trending menjadi celah bebasnya pergaulan antara laki laki dan perempuan, sehingga tak heran kumpul kebo biasa dilakukan di berbagai negara dan yang pasti perempuanlah yang menjadi korbannya. Sehingga tak mengherankan jika masalah perempuan tak pernah berakhir bahkan semakin menyeruak.

Penyelesaian ala kapitalis yakni menggiatkan feminisme tentu sangat bertentangan dalam sistem Islam.

Dalam Islam, kedudukan perempuan amat mulia dan sangat dimuliakan, Islam menjaganya dari seluruh aktifitas yang ada. Pakaian, pekerjaan dan hukum lainnya.

Dalam kacamata Islam wanita dan pria memang sama derajatnya, kewajiban dan hak beribadah yang sama di mata Allah, tidak pandang bulu dan status sosial.

Hanya saja, pada tataran praktis selanjutnya, Islam membedakan peran wanita dengan pria berkaitan dengan sifat kodrati masing-masing. Salah satunya adalah wanita sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, sedang pria sebagai pemimpin dan pelindung keluarga.

Jika diberlakukannya sistem feminisme berbasis kapitalis, yang mengiginkan kesetaraan porsi kerja dunia wanita dan pria sama, maka bisa dibayangkan bagaimana nasib peradapan dunia?

Pola asuh tak terarah, biduk rumah tangga retak hanya karena gagal fahamnya emansipasi wanita dan pria.
Sungguh, solusi yang kian disarankan menambah wacana keretakan hati wanita.

Ide feminisme adalah virus serta racun yang berbahaya yang sangat mematikan bagi kaum pengembannya.

Memang benar, wanita adalah jantung peradapan oleh karenanya wanita harus diperlakukan secara mulia.

Maka cara yang digunakan untuk meraihnya harus benar. Bukan cara-cara batil yang pada akhirnya hanya akan merusak wanita. Kerusakan wanita akan menyebabkan kerusakan generasi selanjutnya.

Sekali lagi, satu-satunya jalan yang benar untuk meraih kemuliaan, baik untuk wanita atau pria, adalah Islam.

Kembali kepada aturan Allah dengan membuka lembaran-lembaran kejayaan Islam di masanya dan menjadikan kebahagiaan tidak hanya untuk dunia namun hingga akhir hidupnya. Wallahu a’lam.[]

Comment