Oleh : L. Nur Salamah, S.Pd, Komunitas Aktif Menulis & Kontributor Media
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, Dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu juga, berkata : pada suatu hari kami duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang kepada kami seseorang yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak nampak kalau sedang bepergian, dan tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya.
Kemudian dia duduk menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menyandarkan lututnya kepada lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha beliau. Dia bertanya, “Ya Muhammad! Kabarkan kepadaku tentang Islam.” Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Islam adalah Anda bersyahadat la Ilaha illallah dan Muhammadur Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke baitullah jika anda mampu menempuh jalannya.” Lelaki itu berkata, “Engkau benar.” Kami heran terhadapnya, dia yang bertanya sekaligus yang mengoreksinya. Lelaki itu berkata lagi, “Kabarkanlah kepadaku tentang iman!” Beliau menjawab, “Anda beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari Akhir, dan Anda beriman kepada takdir yang baik maupun buruk.”_ Lelaki itu menjawab, “Engkau benar.” Dia berkata lagi, “Kabarkan kepadaku tentang Ihsan!” Beliau menjawab, “Anda menyembah Allah seolah-olah melihatnya. Jika Anda tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat Anda.”Dia berkata lagi, “Kabarkan kepadaku tentang hari kiamat!” Beliau menjawab, “Tidaklah yang ditanya lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia berkata lagi, “Kabarkan kepadaku tentang tanda-tandanya.”Beliau menjawab, “Jika seorang budak wanita melahirkan majikannya, dan jika Anda melihat orang yang tidak beralas kaki, tidak berpakaian, miskin, dan penggembala kambing saling bermegah-megahan meninggikan bangunan.”
Kemudian lelaki itu pergi. Aku diam sejenak lalu beliau bersabda, “Hai Umar! Tahukah kamu siapa yang bertanya itu?”Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya dia Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim)
Dari redaksi hadits di atas, apa yang telah dicontohkan oleh Malaikat Jibril, bukanlah sekadar apa yang ditanyakan kepada Rasulullah Saw tentang arti Islam, Iman dan Ihsan. Pembelajaran yang tidak kalah penting di sini adalah adab dalam bermajelis ilmu.
Berikut adalah adab-adab yang bisa kita petik dalam hadits tersebut yaitu :
1) Berpakaian putih bersih
Adapun maksud yang tersirat di dalam berpakaian putih bersih adalah, apabila hendak menghadiri majelis ilmu atau sedang mengikuti majelis ilmu maka, yang harus diperhatikan adalah cara kita dalam berpakaian.
Dianjurkan berpakaian yang bersih, rapi, serta syar’i. Syar’i yang dimaksud disini berarti harus memperhatikan kaidah dalam menutup aurat terutama bagi kaum perempuan atau muslimah. Pun, ketika dalam suasana pandemi seperti sekarang ini. Tetap harus menjaga adab dalam berpakaian. Meskipun kajian atau majelis ilmu tersebut diselenggarakan secara virtual. Baik ada yang melihat ataupun tidak, ada Allah yang Maha melihat.
Oleh karena itu, sebagai penuntut ilmu tetap harus memperhatikan syarat-syarat dan adab dalam majelis ilmu. Apabila hal tersebut diabaikan, niscaya ilmu yang kita pelajari tidak menjadi ilmu yang bermanfaat.
2) Posisi duduk
Berikutnya mengenai posisi duduk. Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa lutut Malaikat Jibril bertemu dengan lutut Nabi. Kemudian meletakkan tangannya di atas paha nabi. Ini adalah posisi yang menunjukkan antusiasme untuk mulai belajar atau mendapatkan informasi.
Malaikat Jibril juga mengambil posisi terbaik yaitu duduk di hadapan Nabi Saw. Di mana posisi nabi sebagai pengajar atau pemilik ilmu, kemudian Malaikat Jibril sebagai pelajar/ penuntut ilmu.
Dengan demikian, pesan atau amanat yang terkandung di sana bahwa, sebagai seorang murid seyogyanya mengambil posisi yang terbaik, sopan, dan santun. Termasuk duduk dengan bersila di depan gurunya, tidak selonjoran maupun bersandar atau bahkan sambil mengerjakan aktivitas yang lain. Hal tersebut bisa dikatakan kurang ahsan dan melanggar adab-adab dalam bermajelis.
3) Larangan ada forum di dalam forum
Selanjutnya, pesan yang tersirat dengan diamnya para sahabat saat terjadi tanya jawab antara Nabi dengan Malaikat Jibril, mengisyaratkan kepada kita bahwa, di dalam majelis ilmu itu tidak diperkenankan ada forum di dalam forum.
Tidak ada aktivitas ngobrol pada saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Tidak ada pertanyaan sebelum dipersilahkan, serta tidak memotong pembicaraan ketika guru sedang menjelaskan.
4) Fokus
Pesan selanjutnya yang tersirat di dalam pembicaraan antara malaikat jibril dengan Rasulullah adalah mengenai Islam iman dan ihsan, di sana mengandung pesan yang tersirat bahwa, di dalam sebuah majelis ilmu harus fokus dengan materi yang sedang dipelajari atau dikaji.
Tidak ada aktivitas cabang. Maksudnya, tidak sambil mengerjakan pekerjaan yang lain. Sehingga membuat pikiran dan hati bercabang dan sulit untuk memahami ilmu. Kecuali udzur syar’i.
5) Selalu menjaga wudhu
Selanjutnya yaitu pakaian Jibril yang berwarna putih ini merupakan sebuah lambang kesucian. Oleh karena itu, hal yang harus diperhatikan sebagai penuntut ilmu adalah ketika hendak menghadiri majelis ilmu atau akan menuntut ilmu seyogyanya memperhatikan kebersihan dan kesucian dengan menjaga wudhu. Apalagi jika yang kita kaji adalah Al-Qur’an. Jelas, tidak boleh baginya menyentuh maupun membacanya kecuali dalam keadaan suci.
6) Tidak Mudah Berfatwa
Nabi Saw telah memberikan contoh bahwa tatkala tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan oleh muridnya, dengan kata lain belum mempunyai kapasitas dalam ilmu tertentu, maka beliau tidak memaksakan diri untuk menjawab.
Adapun pelajaran yang diambil tidak boleh bagi kita untuk mudah memberikan fatwa terhadap masalah yang belum kita ketahui jawaban syar’i nya.
Di samping itu, apabila dalam majelis didapati kekurangan seorang guru dalam menjawab pertanyaan maka, sebagai penuntut ilmu harus menghargai guru tersebut. Tidak memaksa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
7) Menghindari Sesuatu yang mengganggu
Hal terakhir yang disampaikan di dalam hadis tersebut adalah setelah lelaki itu pergi tidak lain yaitu Malaikat Jibril maka, Rasulullah terdiam sejenak. Kemudian bertanya kepada Umar mengenai siapa yang datang. Kemudian Umar menjawab bahwa Allah dan rasulnya lebih tahu.
Adapun maksud yang tersirat di dalamnya bahwasannya sebagai seorang penuntut ilmu atau seorang pelajar, ketika ada tamu dari gurunya atau ada tamu-tamu gurunya maka tidak diperkenankan atau kurang ahsan jika kita banyak ingin tahu (kepo) tentang tamu tersebut. Adalah hak bagi guru untuk menjelaskan tamunya atau tidak.
Begitulah adab yang telah dicontohkan oleh Malaikat Jibril kepada kita semua.
Demikianlah pembahasan mengenai adab belajar yang tersirat dalam hadits kedua Arbain Nawawi mengenai pengertian Islam iman dan dan ihsan. Untuk para penuntut ilmu, agar senantiasa memahami dan mengamalkan adab-adab dan syarat-syarat dalam menuntut ilmu. Semoga ilmu yang dipelajari menjadi ilmu yang yang bermanfaat dan diridhoi oleh Allah. Aamiin ya Rabbal alamin. Wallahualam bishowab.[]
Sumber : Hadits kedua Arbain Nawawi
Comment