Abu Mush’ab Al Fatih Bala*: China Merasa Indonesia Bergantung Kepadanya?

Opini650 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Tahun lalu tepatnya 2019, Xi Jing Ping Presiden China berpidato untuk merayakan hari ulang tahun negara China yang ke 70 (1 Oktober 1949 – 2019).

Xi Jing Ping dengan optimisnya mengatakan tak ada kekuatan yang bisa mengguncang China. China dengan proyek ekonomi One Belt One Road (OBOR) telah membelit dunia ini dan menjadikannya sebagai negara adidaya baru di bidang ekonomi.

Namun China yang menganggap dirinya super kuat mulai sempoyongan. Virus menular Corona bukan saja merenggut ratusan nyawa dan menginfeksi ribuan orang dan meluluh lantakan ekonomi China. Hampir semua negara membatalkan penerbangan dan bisnis wisata antara mereka dan China.

Sebagian negara mulai melarang impor barang tertentu yang berpotensi besar menjadi perantara virus Corona dari China.

Indonesia salahsatu negara yang akan menghentikan sementara impor beberapa barang dari China hingga situasi kondusif. Indonesia berharap virus Corona bisa segera diamputasi dengan ditemukannya vaksin sakti. Namun, Dubes China untuk Indonesia sepertinya khawatir akan niat Indonesia.

Seperti dilansir Kompas.com, Dubes China Xiao Qian menilai, rencana penghentian impor sejumlah produk dari China oleh Indonesia berpotensi negatif terhadap hubungan perdagangan kedua negara. (Selasa, 4/2/2020).

Dia menambahkan bahwa hingga kini belum ada bukti bahwa virus Corona dapat ditularkan melalui barang-barang impor. Bahkam, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sebelumnya telah menyatakan ketidaksetujuannya atas tindakan pembatasan perdagangan ke China.

“Kita berharap pihak Indonesia bisa memandang pencegahan dan penanggulangan secara objektif, rasional dan ilmiah dan mengambil tindakan pencegahan yang rasional, bukan overreact supaya menghindari gangguan terhadap hubungan kedua negara dan kerjasama, ” Ucapnya.

Benarkah pembatasan impor akan berdampak buruk terhadap hubungan dagang kedua negara? Apakah akan berpotensi buruk terhadap ekonomi Indonesia?

Apa yang dinyatakan Dubes China sebenarnya berasal dari ketakutan atas “blokade ekonomi global” terhadap negaranya. Bukan Indonesia saja yang memutuskan untuk menghentikan impor tapi banyak negara semisal Rusia dan India.

Jika semakin banyak negara yang menghentikan kerjasama wisata, penerbangan dan barang impor dengan China, sesuai analisis pengamat Internasional akibat adanya Virus Corona ekonomi China bakal jatuh di bawah 5%.

Indonesia sangat penting di mata China. Indonesia adalah importir yang besar dan sejumlah barang impor akan distop seperti hewan hidup, holtikura semacam buah-buahan dan sayuran, bawang putih terbanyak dari China.

Penghentian kerjasama dengan Indonesia dan berbagai negara terhadap China sebenarnya paling merugikan China. Pemasukan devisa China semakin berkurang karena ekspornya juga diblokir oleh sejumlah negara.

Pabrik-pabrik dan pekantoran ditutup di China dan belum ada tanda dibuka. Perekonomian lesu dan pemerintah “stress” atau “galau” dalam menangani banyak warganya yang terinfeksi Corona. Sedangkan vaksinnya belum juga ditemukan.

Indonesia sangat berharga bagi China. Kasus-kasus ekonomi di Indonesia menggambarkan hal itu. Diduga oleh beberapa pengamat politik proyek reklamasi di bagian utara Jakarta jika berhasil dibangun dapat dibeli dan ditempati 5 juta penduduk China.

Kasus terbaru adalah intervensi Angkatan Laut China yang inhin mencaplok Natuna. Padahal China menganggap dirinya sudah kaya. China masih berambisi menguasai salahsatu blok kaya migas terbesar di dunia milik Indonesia.

China menganggap telah banyak memberikan utang luar negeri sehingga mampu mendikte Indonesia. China menggunakan strategi utang infrastruktur agar bisa memiskinkan negara pengutang dan mengendalikan ekonominya. China lupa Indonesia negara kaya yang berpontesi membahayakan China.

China lupa kalau Indonesia hanya keliru dalam memilih haluan politik yaitu kapitalisme. Seperti pernyataan Surya Paloh bahwa Indonesia terjerat Kapitalisme.

Indonesia bisa keluar dari jeratan China jika mengamalkan dua prinsip yaitu menghentikan kerjasama ekonomi termasuk tidak menambah utang dan mengelola SDA sesuai sistem Islam.

Pengelolaan SDA secara Sistem Islam sesuai hadis Rasulullah SAW bahwa Kaum Muslimin berserikat dalam tiga hal air, api dan padang gembalaan (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Yang dimaksud dari Hadis Nabi SAW tersebut adalah SDA laut, hutan, migas dan barang tambang. Jika dikelola dengan baik oleh negara bisa membayar semua utang luar negeri, membuka lapangan pekerjaan, membangun infrastruktur, layanan kesehatan dan pendidikan gratis.

Sesuai dengan presentasi mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantio, Indonesia adalah negara kaya yang ratusan ladang SDA nya dikuasai oleh negara asing seperti Amerika, Inggris, Perancis dan China.

Tambang emas di Tembagapura Timika mempunyai kekayaan 210 ton bahan tambang galian per hari dengan harga emas 540 dollar US per ons. Sedangkan potensi minyak mentah Natuna sebesar 8 Milyar barrel (Harga 1 barrel minyak bisa mencapai $ US 100). Sedangkan Nilai potensi ekonomi gas Natuna 628,725 miliar dollar AS, setara dengan 6.287,25 triliun rupiah, dengan perkiraan kurs Rp 10.000 per dollar AS.

SDA ketiga yakni migas di Cepu sebesar 225 ribu barel perhari. Jika harga minyak 100 dollar US per barel, keuntungan dalam Rupiah adalah 225×100×14,000
=Rp.315,000,000 per hari. Ini belum termasuk ratusan ladang minyak milik Indonesia yang dikelola Asing. Apabila semua diatur dengan Sistem Islam akan menjadikan Indonesia menjadi negara adidaya baru di dunia. []

* Pemerhati Politik Asal NTT

Comment