Bencana di Mana-mana, Saatnya Semua Bermuhasabah

Opini13 Views

 

Penulis: Fauziah, S.Pd | Pendidik dan Aktivitas Dakwah

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Akhir-akhir ini banyak terjadi bencana di mana-mana, seperti banjir bandang di Sukabumi, Cianjur, Medan, bencana longsor serta kebakaran. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Banjir bandang di Sukabumi dipastikan akibat pendangkalan sungai. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) seperti ditulis jawapos.com (7/12/24) berupaya melakukan pengerukan terhadap sejumlah sungai di Sukabumi. 12 alat berat dikerahkan menormalkan berbagai sungai.

Ineu Damayanti (38) juga mengungkapkan serius melihat informasi melalui gawainya yang mengabarkan sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi terdampak bencana akibat hujan deras yang mengguyur sejak Senin (2/12). Ia tidak sadar, hari itu Sungai Cimandiri juga meluap.

Sekitar pukul 06.00 WIB sebagaimana ditulis detik.com (8/12/24) air mulai merayap masuk ke dalam rumah Ineu. Awalnya setinggi lutut, namun seiring berjalannya waktu, air dari Sungai Cimandiri yang meluap terus meninggi hingga akhirnya menenggelamkan seluruh ruangan rumahnya.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui laman tirto.id (5/12/24) menetapkan status tanggap darurat bencana dalam sepekan ke depan pascabencana hidrometeorologi yang melanda daerah itu. Selain menetapkan status tanggap darurat, pemda juga sudah mendirikan posko tanggap darurat dan penanggulangan bencana di Pendopo Kabupaten Sukabumi.

Banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Cilemer yang terjadi sejak Senin (2/12) tersebut menurut kumparannews.com (5/12/24) merendam pemukiman warga setinggi 1-2,5 meter. Akibatnya, akses jalan warga menjadi terbatas dan sebanyak 202 warga harus mengungsi di posko darurat.

Bencana pergerakan tanah di Cianjur, Jawa Barat ditulis cnnindonesia.com (7/12/24) juga semakin meluas di 15 kecamatan dan kemungkinan masih bertambah.

Adapun penyebab bencana bukan sekedar faktor alam tapi karena ulah tangan-tangan manusia, yaitu banyaknya pelanggaran syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam).

Termasuk eksploitasi alam atas nama pembangunan. Pembangunan wilayah yang tidak direncanakan secara komprehensif dan mendalam. Pembangunan properti telah mengubah bentang alam di daerah hulu sehingga terjadi degradasi atau deforestasi kawasan hutan. Begitu juga dengan pembangunan fasilitas umum, seperti jalan, sekolah, dan rumah sakit yang kurang tertata lokasinya.

Banjir berulang menunjukkan gagalnya tata kelola ruang yang dilakukan oleh pemangku kebijakan. Seharusnya, dalam pengelolaan lahan, memilah area lahan yang diperuntukkan untuk daerah industri; lalu untuk pusat perbelanjaan, perkantoran, perumahan; termasuk mana area yang diperuntukkan sebagai daerah resapan (recharge area) sehingga tercipta keseimbangan ekologis.

Berbagai pembangunan tersebut dilakukan tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan. Demi mengejar cuan, pembangunan dilakukan secara serampangan.

Inilah model pembangunan ala kapitalisme yang hanya mengutamakan keuntungan dan kurang memperhatikan amdal dan dampak terhadap lingkungan dan tata kota secara keseluruhan.

Saatnya kita muhasabah dan bertobat dengan berupaya mengaplikasikan nilai nilai islam dalam semua urusan kehidupan wa bil khusus terkait kebijakan dan tata kelola alam dan lingkungan.

Bencana banjir sudah sepatutnya dijadikan pelajaran dan peringatan bahwa ada yang salah dalam penerapan sistem yang kita jalankan terutama tata kelola lingkungan alam yang dilakukan oleh manusia.

Hujan diturunkan Allah SWT tentunya sebagai rahmat bagi manusia untuk kehidupan, bukan sebagai musibah atau bencana. Semua hal tersebut sangat erat dengan pembangunan wilayah yang tidak direncanakan secara komprehensif dan mendalam, sehingga menyebabkan bemcana.

Inilah model pembangunan yang dilakukan atas asas kapitalisme yang hanya mengutamakan keuntungan tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan termasuk tata kota secara keseluruhan dalam berbagai bentuk, seperti adanya alih fungsi lahan dll.

Banjir bukan sekadar musibah bagi umat manusia tetapi juga merupakan fenomena ekologis yang disebabkan oleh perilaku manusia dalam mengelola lingkungan yaitu menentang sunatullah (ketentuan Allah) tentang lingkungan.

Islam membangun tanpa merusak sehingga bencana bisa diminimalisir. Islam selalu berupaya mencegah dahulu sebelum terjadi. Bukan mencari solusi atas segala permasalahan, namun sebaliknya. Negara berperan sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai) sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah. Wallahu a’lam bisshowab.[]

Comment