Penulis: Poppy Kamelia P.BA (Psych), CBPNLP, CCHS, CCLS | Islamic Parenting Coach, Penulis, Pegiat Dakwah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Di setiap era, ada generasi yang disebut sebagai game-changer, generasi yang dalam dirinya mengandung kekuatan luar biasa untuk mengubah arah sejarah dan mengangkat peradaban.
Hari ini, kita melihat generasi itu ada pada Gen Z—generasi yang tumbuh dalam dunia yang serba cepat, serba digital, dan penuh tuntutan. Namun, alih-alih menjadi generasi yang kokoh, mereka kini terpuruk di tengah krisis identitas dan kesehatan mental yang memprihatinkan.
Laporan Kementerian Kesehatan Indonesia menemukan bahwa 6,1% penduduk berusia di atas 15 tahun menderita penyakit mental seperti kecemasan dan depresi. Fakta lain menunjukkan lebih dari 15,5 juta remaja di Indonesia menderita masalah kesehatan mental, terutama terkait kecemasan dan depresi. (kumparan.com, 21/10/2024).
Maraknya kasus bunuh diri, angka pengangguran yang membengkak, serta gaya hidup konsumerisme dan hedonisme yang merajalela, menjadi cerminan krisis yang dihadapi generasi muda saat ini.
Angka pengangguran di kalangan Generasi Z (Gen Z) di Indonesia sebagaimana ditulis jawapos (23/10/24), telah mencapai titik kritikal, dengan 9,9 juta orang, atau sekitar 22,25% dari total penduduk usia 15-24 tahun, masih belum memiliki pekerjaan yang stabil.
Ketiadaan pekerjaan yang layak ini kian memperburuk krisis kesehatan mental yang telah melanda, tercermin dari data tragis bahwa setiap jam, 83 orang di Indonesia mengakhiri hidupnya, dan sebagian besar dari mereka adalah anak muda sebagaimana ditulis kompas.com, (10/9/2024).
Kenyataan ini menunjukkan bahwa jiwa-jiwa Gen Z yang rapuh dan haus akan makna hidup membutuhkan pegangan yang lebih kokoh daripada sekadar janji-janji kapitalisme yang hanya mementingkan keuntungan materi.
Mereka merasa tertipu oleh sistem yang memuja materi, yang menjanjikan kebahagiaan lewat keberlimpahan barang dan kemewahan gaya hidup, namun hanya meninggalkan kehampaan di hati.
Kehidupan kapitalis yang mereka jalani semakin mempertegas betapa sistem ini hanya melahirkan aturan-aturan yang rusak—aturan yang tidak melihat manusia sebagai makhluk dengan jiwa dan perasaan, tetapi sekadar angka dan keuntungan.
Apa yang Gen Z alami bukan sekadar tekanan ekonomi atau kegalauan eksistensial; mereka sesungguhnya tengah mencari jawaban mendasar: Apa arti hidup ini? Di mana tujuan hidup yang sebenarnya?
Gen Z seperti berjalan dalam labirin penuh kebingungan, terjebak antara keinginan untuk menjadi up-to-date dengan tren, dan keinginan lebih mendalam untuk menemukan makna hidup yang sejati. Mereka terpapar kepada dunia maya yang seolah menyediakan segala jawaban, tetapi pada kenyataannya hanya menawarkan pelarian sesaat dari kekosongan batin yang semakin dalam.
Namun, di balik kerentanan mereka, sesungguhnya Gen Z memiliki potensi luar biasa sebagai agen perubahan. Mereka memiliki tekad yang kokoh dan kreativitas yang mampu menembus batas.
Di balik kecanggihan teknologi yang akrab mereka genggam, terdapat kapasitas besar untuk membangun dunia yang lebih baik. Namun, potensi ini hanya bisa benar-benar termanfaatkan apabila Gen Z terhubung kembali dengan nilai-nilai Islam kaffah, yang memanusiakan dan menuntun kepada jalan yang lurus.
Islam kaffah bukan sekadar ajaran spiritual, tetapi pedoman hidup yang utuh dan sempurna. Di dalamnya terkandung solusi menyeluruh atas berbagai masalah kehidupan, mulai dari cara pandang terhadap tujuan hidup, penataan masyarakat, hingga sistem ekonomi yang adil.
Di sinilah peran penting sebuah wadah pembinaan. Gen Z membutuhkan bimbingan yang tidak hanya mencerahkan pemikiran mereka tentang Islam, tetapi juga menguatkan jiwa mereka untuk menjadi generasi yang kokoh, tidak mudah goyah oleh tren dan tekanan zaman.
Mereka membutuhkan partai atau lembaga yang mendidik dengan penuh keikhlasan, yang menuntun mereka menuju pemahaman Islam yang utuh dan shahih.
Dengan pembinaan yang benar, Gen Z bisa mengembangkan kepribadian yang tangguh, yang memahami tujuan hidup bukan sekadar untuk memenuhi ambisi duniawi, tetapi untuk menjadi bagian dari perjuangan mulia menegakkan kebenaran.
Bayangkan, ketika generasi muda ini berdiri di garis terdepan, membawa obor peradaban Islam kaffah, dunia akan menyaksikan perubahan yang nyata.
Gen Z tidak lagi hanya menjadi penonton dalam panggung besar kehidupan, tetapi mereka bertransformasi menjadi pelaku utama yang berani membela nilai-nilai kebenaran, yang siap memperjuangkan keadilan dan kemuliaan.
Mereka bukan lagi generasi yang hilang arah, melainkan generasi yang tahu ke mana langkahnya menuju. Yang menyadari bahwa Islam adalah satu-satunya jalan yang mampu mengangkat umat manusia dari krisis batin dan kehancuran moral.
Kita harus merangkul dan mengarahkan potensi besar yang ada pada Gen Z ini, karena mereka adalah kunci perubahan masa depan. Dengan Islam kaffah sebagai pegangan, generasi ini bisa menjadi perisai dan pelindung nilai-nilai kemanusiaan, menjadi pelita yang menyinari umat, serta menjadi saksi atas kebangkitan peradaban yang diridhoi Allah SWT.
Mari kita bangkitkan Gen Z untuk menjalankan peran suci ini, karena dengan mereka, peradaban Islam yang sejati akan kembali berdiri dan membawa rahmat bagi seluruh alam. Allahu Akbar. Walahu A’lam Bisshawaab.[]
Comment