Bullying Sesama Tukang Becak Berujung Maut, Bagaimana Pandangan Islam?

Opini19 Views

 

Penulis : Nur Aini Putri Tanjung | Praktisi Pendidikan | Pemerhati Sosial

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Baru baru ini ada kasus sepele berujung maut di Jalan Sisingamangaraja – Simpang Marindal – Jalan Garu V Medan, Jumat (18/10/2024) sekira pukul 12:20 WIB. Seorang penarik becak menikam rekan seprofesinya gegara sering diejek saat pelaku mendapat penumpang.

Korban mengejek dengan memainkan gas motornya ke pelaku. Pelaku yang dendam diam – diam membeli pisau, usai mengantar penumpang pelaku langsung ke pangkalan becak.

Sebelum penikaman, mereka sempat adu mulut dan korban malah menantang pelaku hingga pelaku melancarkan niatnya itu. Korban dilarikan ke Rumah Sakit setelah mendapatkan tusukan pisau. (medan.tribunnews.com).

Dari kasus di atas, ternyata bullyan tidak hanya terjangkit di kalangan muda saja, usia tua pun tidak menutup kemungkinan terjadi pembullyan. Diketahui keduanya berusia 50 tahun ke atas, bisa dikatakan usia masa paru baya, usia menuju lansia.

Usia tua yang digunakan untuk merenungi perjalanan hidup agar hidupnya lebih bermanfaat. Tetapi kenyataannya usia tua yang seharusnya dikenal bijak, semakin baik, malah menjadi – jadi untuk melakukan tindakan kriminal, yaitu pembunuhan.

Sungguh sangat disayangkan, diusia setengah abadnya ini malah melakukan perbuatan sia – sia bukan kebaikan. Sebagaimana perkataan Rasulullah tentang memanfaatkan usia yang terus bertambah untuk kebajikan.

“Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian. Dan jangan pula berdoa untuk segera mendapat kematian sebelum kematian itu datang kepadanya. Sesungguhnya bila dia mati, maka terputuslah amalannya dan bahwa tidaklah umur seorang mukmin itu bertambah pada dirinya kecuali akan menambah kebaikan.” (HR. Muslim, No. 2682).

Kasus bullying yang berawal dari ejekan berakhir kematian. Apakah kasus seperti ini hanya semata emosi sesaat? Atau ada hal lain yang menjembati atau melatarbelakangi kasus serupa?

Pembullyan adalah tindakan buruk yang dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif. Salah satunya adalah memiliki pikiran untuk balas dendam.

Seperti kasus di atas, pelaku menyimpan dendam kepada korban dan mencari kesempatan untuk melancarkan niatnya tersebut. Alasan pelaku menikam korban memang remeh akibat diejek. Diejek sekali mungkin tidak berdampak tetapi bila terus menerus akan menimbulkan ketidaknyamanan.

Akhirnya ya seperti berita tersebut. Tindakan pelaku menikam korban hingga tewas pun tidak dibenarkan. Karena pembunuhan merupakan perbuatan terlarang dan termasuk dosa besar didalam Islam.

Dampak Buruk Kapitalisme Menumbuhsuburkan Kriminalitas

Kasus – kasus pembunuhan sering kali terjadi di sistem kapitalisme. Kasus pembunuhan dengan berbagai motif dan alasan. Bisa dengan motif uang, cemburu, politik, utang, membela diri, rendahnya tingkat pendidikan dan dendam.

Faktor lain seperti, kemerosotan moral, himpitan ekonomi, ketidaksabaran, dan lingkungan buruk dapat memicu terjadinya pembunuhan Terdata di laman SIMFONI – PPA, mulai tanggal 1 Januari 2024 hingga kini, jumlah kasus pembunuhan adalah 20.360 kasus. Ini jumlah terdata, belum lagi yang senyap tidak kalah banyaknya.

Rusaknya sistem kapitalis sekulerisme semakin nyata dengan adanya kesenjangan ekonomi. Kesenjangan ini adalah hasil kegagalan dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang tidak adil dalam mendistribusikan hasil produksi.

Sehingga ada jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Si kaya makin kaya dengan kehidupan bebasnya, si miskin makin miskin dalam penderitaan hidup. Si miskin saling sikut menyikut demi meraup sesuap nasi.

Tidak peduli mana kawan yang penting terpenuhi kebutuhan sehari – hari.
Kesenjangan ekonomi ini juga bisa meningkatkan stres dan tekanan psikis. Ada masalah sedikit langsung emosian dan marah yang meledak. Kapitalisme juga telah berhasil menjadikan rakyatnya memiliki sikap individualisme yang tinggi.

Islam Adil Memandang Kehidupan Manusia

Islam tidak hanya sebuah agama melainkan aturan kehidupan yang sempurna tanpa celah. Di dalam Islam tidak dikenal istilah kesenjangan ekonomi. Karena semua manusia sama di hadapan Allah, baik banyak harta atau pun kekurangan harta dan sebagai pembedanya adalah ketakwaan individu manusianya. Semakin bertakwa seorang muslim, semakin mulia di mata Allah.

Bagaimana Islam menghilangkan kesenjangan ekonomi?

Islam memiliki sebuah Institusi Pemerintahan yang hanya menerapkan hukum – hukum Islam. Islam dengan sistem ekonominya mampu meretas ketimpangan ekonomi.

Dimulai dari pendistribusian yang adil, dihitung dari standar kemiskinan berdasarkan perkepala individu bukan berdasarkan banyaknya USD (Dollar Amerika) perkapita per hari. Juga ditentukan berdasarkan kebutuhan dasar individu rakyat, kepala per kepala, mulai dari pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Semuanya dijamin oleh Negara.

Islam mewajibkan tiap lelaki, khususnya yang telah dewasa dan mampu bekerja untuk bekerja. Sehingga negara memberikan peluang tinggi dan memudahkan para pencari nafkah untuk bekerja.

Melalui itu, dia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, istri dan anaknya serta kebutuhan kedua orang tuanya. Jika semua telah terpenuhi baru kerabat dekatnya. Jika pria dewasa yang mampu bekerja tidak ada, orang terdekat juga tidak ada. Maka negaralah yang bertanggung jawab atas kebutuhan mereka.

Tidak ada yang namanya kecemburuan saat sesama profesi lebih banyak mendapatkan penumpang, seperti berita di atas. Karena setiap individu diperhatikan dan dijamin kebutuhannya oleh negara.

Begitu indahnya aturan di dalam Sistem Islam. Sistem aturan yang dibuat oleh Sang Maha Adil, Allah SWT yang hanya mampu diterapkan di dalam Naungan Institusi Islam bukan yang lain. Wallahu ‘alam Bishawab.[]

Comment