Gaza Terluka, Dunia Bersandiwara

Opini131 Views

 

Penulis: Moni Mutia Liza, S.Pd | Pegiat Literasi

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Tanah Gaza telah basah dengan darah para syuhada. Hampir setiap menitnya suara bom dan tembakan bersahut-sahutan seolah sedang berlomba memburu hewan liar. Tak terhitung berapa banyak air mata yang telah dikeluarkan, berapa banyak luka yang didapatkan, seberapa pedih penderitaan yang mereka hadapi, tapi dunia masih saja menutup mata seolah Gaza bisa mengatasi buasnya kejahatan kaum zionis.

Sejak konflik bersenjata pada 7 Oktober 2023, jumlah korban dari warga Palestina seperti ditulis komnasperempuan.go.id (10/06/2024) mencapai 36.000 ribu jiwa dan 86 ribu lainnya luka-luka. Jumlah perempuan tewas dalam serangan Israel mencapai 10.018 sementara 7.000 lainnya hilang.

Sedangkan lebih dari 1.000 anak Palestina di Gaza terbunuh dalam 100 hari pertama konflik. Dan sebanyak 1,2 juta warga Palestina mengungsi dari satu tempat ke tempat lainnya, laporan data ini disampaikan oleh Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS).

Korban yang tewas dalam genosida yang dilakukan oleh zionis Israel tidak hanya dari kalangan warga Palestina. Komnas perempuan mencatat sepanjang Mei 2024 lebih dari 260 pekerja kemanusiaan dan lebih dari 190 staf PBB terbunuh. Belum lagi kelaparan yang melanda penduduk Gaza akibat tindakan Israel yang menghambat bantuan dari segala arah untuk warga Gaza.

Jumlah korban yang begitu besar sebagaimana dikutip serambinews.com (5/06/2024) ternyata berbanding lurus dengan persenjataan yang digunakan zionis untuk membantai penduduk Gaza. Berdasarkan laporan dari organisasi pemantau hak asasi manusia yang berbasis di Jenewa, Euro-Med Human Rights Monitor menyebutkan bahwa Israel telah menjatuhkan lebih dari 70.000 ton bom di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Jumlah ini jauh lebih besar daripada jumlah bom yang dijatuhkan di Dresden, Hamburg dan London selama perang dunia ke II dengan jumlah total bom yang digunakan adalah 30.700 ton bom.

Negara-negara besar begitu tampak garang dan gagah melawan zionis Israel, namun faktanya gertakan mereka sama sekali tidak memberi pengaruh terhadap Israel.

Berbagai sandiwara mereka mainkan seolah berpihak kepada Palestina namun sejatinya hati mereka dipenuhi rasa ketakutan terhadap Israel dan sekutunya, padahal jika seluruh negeri muslim tersebut bersatu dan melawan Israel, tentulah jumlah korban tidak sebanyak ini.

Tipu daya Israel dan Amerika ternyata membuat banyak negeri muslim mundur teratur, tidak berani mengerahkan pasukan perang bahkan lebih baik mengokohkan kerja sama dengan negara penjajah tersebut.

Menurut laporan dari media Maroko pada Rabu (10/07/2024) seperri ditulis cnbcindonesia.com (11/07/2024), Israeli Aerospace Industries (IAI) mengumumkan telah melakukan penandatanganan kontrak dengan Maroko senilai US$ 1 miliar atau Rp16,2 triliun untuk memproduksi beberapa pesawat nirawak dan sistem pertahanan rudal tercanggih milik Israel dengan kontrak selama 5 tahun.

Begitu pula dengan Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, Turki, Bosnia, Kosovo dan tidak menutup kemungkinan bahwa negara bagian Timur Jauh seperti Indonesia, Malaysia dan lainnya ikut bekerja sama dalam bidang perdagangan, parawisata dan lainnya.

Padahal sebagaimana dipahami bahwa menjalin kerja sama dengan para penjajah yang secara nyata memusuhi Islam adalah haram dan tentunya melukai perasaan saudara seiman yang berada dalam kondisi pembantaian massal.

Cinta kepada dunia inilah yang membuat para pemimpin muslim lebih memilih tersenyum berjabat tangan dengan pembunuh daripada mengirimkan tentara dan perlengkapan perang ke saudaranya di Gaza. Begitu mesranya hubungan yang dijalin sehingga rela melihat, mendengar penderitaan muslim Palestina. Benarlah sabda Rasulullah saw, cinta dunia adalah biang keladi dari semua kesalahan.” (HR. Baihaqi).

Seharusnya sikap yang dipilih bukan takut akan kehilangan jabatan, harta, rupawan, dan lainnya, melainkan melangkah dengan berani melawan kejahatan dan penjajahan di muka bumi. Mental pejuang inilah yang telah terkikis dari para pemimpin di negeri-negeri muslim.

Doa dan bantuan terbaik yang bisa diberikan oleh sesama muslim di dunia, meskipun itu tidak mampu mengurangi menderitaan muslim Palestina. Sebab pembebasan Palestina dari zionis Israel hanya dengan bahasa perang tentunya dengan bersatunya negeri-negeri muslim. Wallahu’alam.[]

Comment