Pengangguran di ASEAN, Indonesia Tempati Urutan Teratas  

Opini188 Views

 

 

 

Penulis: Rantika Nur Assiva Mahasiswi

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar di ASEAN, menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang mempengaruhi tingkat pengangguran. Pengangguran adalah salah satu indikator penting dalam mengukur kesehatan ekonomi suatu negara.

Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, kualitas pendidikan dan pelatihan yang kurang memadai, serta kurangnya lapangan kerja yang tersedia.

Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan namun pertumbuhan ini seringkali tidak sejalan dengan penciptaan lapangan kerja yang memadai. Sektor formal di Indonesia masih terbatas dan banyak pekerja yang bergantung pada sektor informal yang kurang stabil dan tidak memiliki jaminan sosial.

Dikutip dari okezone.com, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2% tertinggi dibandingkan enam negara lain di Asia Tenggara (Asean). Dana Moneter Internasional (IMF) pada World Economic Outlook April 2024 menyatakan posisi ini tak berubah dari tahun lalu, namun angkanya lebih rendah yakni 5,3%. Kemudian Filipina berada di posisi kedua yakni 5,1%, disusul Brunei Darussalam yakni 4,9%, Malaysia 3,52%, Vietnam 2,1%, Singapura 1,9% dan Thailand 1,1%.

Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia mencapai hampir 7,2 juta orang pada Februari 2024. Menurut BPS, data pengangguran ini mencakup empat kelompok penduduk, yakni:

1. Angkatan kerja yang tak punya pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan;

2. Tak punya pekerjaan dan sedang mempersiapkan usaha;

3. Tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan; dan

4. Sudah punya pekerjaan, tapi belum mulai bekerja, (katadata.co.id, 7/5/2024).

Tingginya pengangguran menunjukkan kegagalan negara menciptakan lapangan pekerjaan untuk rakyat. Kebijakan salah strategi sehingga terjadi deindustrialisasi di mana lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Perguruan Tinggi (PT) tak terserap dalam dunia kerja sementara Tenaga Kerja Asing (TKA) justru masuk ke Indonesia.

Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap tingginya tingkat pengangguran di Indonesia antara lain:

1. Banyak tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja modern. Sistem pendidikan yang belum optimal dan kurangnya program pelatihan yang efektif menjadi hambatan utama.

2. Meskipun ada pertumbuhan ekonomi, distribusi manfaatnya tidak merata. Beberapa daerah masih tertinggal dalam hal perkembangan ekonomi dan infrastruktur.

3. Banyak perusahaan yang lebih memilih menggunakan tenaga kerja kontrak atau pekerja informal untuk mengurangi biaya operasional.

4. Kebijakan ekonomi dan ketenagakerjaan yang belum optimal dan kurangnya insentif bagi investor untuk menciptakan lapangan kerja baru juga berkontribusi terhadap masalah ini.

Lain halnya dengan Islam, yang telah memberikan solusi terhadap problematika kehidupan terkhusus perkara pengangguran yang sedang meningkat. Islam mewajibkan negara mengurus rakyat termasuk menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup melalui berbagai kebijakan yang mendukung, seperti pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) secara mandiri, yang akan membuka banyak lapangan kerja.

Selain itu, kebijakan yang tepat dalam menentukan kurikulum pendidikan juga sangat penting dalam upaya mengatasi problem pengangguran ini. Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Islam menganjurkan untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pelatihan keterampilan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten. Madrasah dan institusi pendidikan Islam dapat memainkan peran penting dalam hal ini. Wallahu’allam bishawwab.[]

Comment