Harganas Fungsi Keluarga Jangan Kandas

Opini216 Views

 

 

Penulis: Hanimatul Umah | Warobatul Bait

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Keluarga tenteram penuh kasih sayang adalah dambaan setiap insan. Hal ini menjadi parameter sebuah negara yang “Baldatun Thayyibatun Warabbun Gafur.” (Negeri yang baik dan penuh ampunan Allah). Menjadi sebuah pertanyaan besar sekarang ini, apakah mungkin hal tersebut di atas dapat tercapai jika peran dan fungsi keluarga terabaikan?

Pemerintah melalui BKKBN telah menggelar Hari Keluarga Nasional ke-31 di Lapangan Simpang Lima Kota Semarang pada 29 Juni 2024, dengan tema “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas.”

Dalam hal ini pemerintah tengah mempersiapkan dan mengupayakan keluarga sesuai fungsinya, untuk membangun negara dan kemajuan bangsa menjadi generasi emas.

Menurut Kepala BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional), Hasto Wardoyo, seperti ditulis liputan6.com (29/6/2024), agar keluarga memperhatikan pemenuhan gizi/ makanan sehat bagi keluarga agar tidak terjadi stunting.

Jika melihat fakta yang ada, fungsi keluarga tidak berjalan sesuai yang diwacanakan, akan tetapi kontradiktif dan yang sering muncul adalah banyaknya kasus terjadi seperti
KDRT, angka perceraian yang tinggi, stunting, kemiskinan dan berujung pada pinjol yang makin merajalela. Ini semua menandakan belum berhasilnya keluarga berkualitas.

Peringatan Harganas pada akhirnya hanya sekadar seremonial tanpa perubahan hakiki. Lebih dari itu, kebijakan negara yang berorientasi kapitalistik mengakibatkan problematika yang kian bermunculan di tengah kehidupan masyarakat seperti aksi tawuran, pergaulan bebas yang aktornya adalah generasi muda umumnya.

Pada akhirnya fungsi utama keluarga pun hanya memerankan dalam pemenuhan materi saja. Sehingga wajar apabila tidak terpenuhi, maka tatanan keluarga akan rapuh seketika.

Sementara itu peran ayah sebagai kepala keluarga pun kerap kali tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Saat ini, masyarakat mengalami peran terbalik antara ayah dan ibu. Seorang ibu sering kali menjadi tulang punggung keluarga dan sebaliknya ayah tidak memiliki pekerjaan tetap. Ini diakibatkan oleh kebijakan negara yang sekuler kapitalistik. Pengangguran yang semakin banyak berujung pada peran ganda seorang ibu.

Berbeda dengan tujuan membina dan mengatur keluarga dalam Islam yang bertujuan mewujudkan keluarga sakinah dengan menggapai tujuan utama meraih akhirat (surga) tanpa melupakan kehidupan duniawi. Artinya tidak memisahkan antara dunia dan agama dalam kehidupan demi mencapai kehidupan akhirat. Sebagaimana pada masa Rasullullah dan para khalifah dan sesudahnya.

Fungsi keluarga akan terwujud secara sempurna jika negara memiliki visi Yang kuat sebagai ra’in (penggembala), seperti dalam hadits Rasul Saw: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan pemimpin akan dimintai pertanggung-jawaban atas rakyatnya,” (HR Bukhari).

Maka dari konsep ini negara wajib meriayah (memimpin) dengan memberi jaminan kebutuhan dasar dan kesehatan mental rakyat. Negara dalam hal ini pemerintah sejatinya senantiasa melindungi rakyat dan menjamin keamanan harta dan jiwa termasuk menjaga keimanan individu dan masyarakat dari perbuatan maksiat.

Dengan begitu, lingkup kecil yaitu keluarga akan terbawa pengaruh dalam suasana keimanan karena peran negara yang menjadi pilar utama mengajak kepada takwa tanpa memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga tanggung jawab keluarga tercapai dan terjaga dari kemaksiatan.

Sebagamana firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya terbuat dari manusia dan batu penjaganya malaikat yang keras dan kasar, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap perintahNya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahNya, (Qs At-Tahrim: 6).

Semua itu dapat terwujud jika nilai nilai  Islam diimplementasikan dalam seluruh sendi kehidupan. Wallahu A’lam bishawab.[]

Comment