Penulis: Drs Abdul Halim | Analis Politik Militer Timur Tengah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Meski penyelidikan awal atas terbunuhnya Presiden Iran Hujjatul Islam Ebrahim Raisi yg diperintahkan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Mayjen Mohammad Bagheri, sampai saat ini belum diumumkan hasilnya, namun saya haqqul yaqin musibah kecelakaan Helicopter Bell 212 di wilayah Provinsi Azerbaijan Timur dekat perbatasan Iran dengan Republik Azerbaijan itu mengarah kepada keterlibatan Dinas Intelijen luar negeri Israel, Mossad. Bahkan tidak menutup kemungkinan Dinas Intelijen AS, CIA ikut terlibat, meski sampai sekarang peranannya belum jelas kelihatan.
Kecelakaan Helicopter yg juga menewaskan 8 pejabat tinggi lainnya termasuk Diplomat Top Iran Menlu Husain Amir Abdulllahian tersebut benar benar mengejutkan dan diluar prediksi para pengamat Timur Tengah. Sebab terjadi hanya sebulan setelah Iran melancarkan serangan besar-besaran ke Israel yg melibatkan 300 rudal dan drone, dengan sasaran utama Ibukota Tel Aviv sehingga membuat porak-poranda Ibukota Israel tersebut.
Serangan oleh militer Iran yg terjadi pertama kalinya kedalam wilayah Israel itu dilakukan setelah Israel membom Konsulat Iran di Ibukota Damaskus Suriah yg menewaskan 7 perwira militer termasuk seorang Jenderal Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Brigjen Ahmad Zahidi.
Serangan balasan Iran yang diperintahkan langsung Presiden Ebrahim Raisi dengan restu Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei itu benar-benar mengejutkan dan.membuat dendam Israel. Bahkan PM Israel, Benjamin Netanyahu dan para Jenderalnya sama sekali tidak memperhitungkan kalau Iran akan melakukan serangan balasan sedahsyat itu. Hal itu baru pertama kali terjadi dalam sejarah permusuhan Iran vs Israel selama 45 tahun pasca Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu.
Rezim PM Netanyahu memang dikenal licik. Bukannya dia memerintahkan serangan balasan langsung secara besar besaran ke Ibukota Teheran, padahal jika mau Israel akan dengan mudah melakukannya, namun yg menjadi sasaran tembak justru tokoh yg memerintahkan menggempur Ibukota Tel Aviv pada Ahad dinihari 14 April 2024 lalu, yakni Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Seharusnya Pemerintah Iran melarang Presiden Raisi bepergian ke luar negeri minimal satu tahun setelah serangan terhadap Ibukota Tel Aviv tersebut. Lha ini baru sebulan, kok berani beraninya melepas Presidennya berkunjung ke Republik Azerbaijan untuk meresmikan bendungan bersama Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev pada Ahad (19/5) lalu.
Jelas ini merupakan kecerobohan dari pemerintah Iran terutama Dinas Intelijen Iran yg tak mampu mengantisipasi atas keselamatan Presidennya.
Apalagi selama ini Republik Azerbaijan yang berbatasan langsung dengan Iran, dikenal sebagai pendukung kuat Israel dan menjadi basis Mossad untuk memata-matai Iran. Meski Iran dan Azerbaijan sama-sama mayoritas Islam Syi’ah, namun dalam konflik Azerbaijan vs Armenia untuk memperebutkan enclave Nagorno Karabakh, Iran menjadi pendukung kuat Armenia yg mayoritas Kristen Ortodoks sedangkan Israel mendukung Azerbaijan dengan suplai senjatanya.
Melepas Presiden Raisi dan para pejabat tinggi Iran untuk berkunjung ke Azerbaijan dalam situasi Perang Timur Tengah masih berkecamuk seperti sekarang ini, ibarat melepaskan sekawanan domba ke kandang Srigala yang lapar.
Bagaimana pun Mossad selalu mengincar nyawa tokoh yang memerintahkan menggempur Israel dan sempat membuat Negara Yahudi itu collaps. Sedangkan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev jelas masih memiliki rasa dendam terhadap Presiden Raisi yang membantu musuh bebuyutannya Armenia dalam perang Azerbaijan vs Armenia tahun lalu.
Memang diakui, salah satu faktor yang menyebabkan kecelakaan Helicopter Bell 212 buatan AS itu adalah cuaca buruk di pegunungan perbatasan Azerbaijan-Iran, juga Helicopter Kepresidenan Iran itu sudah berusia 46 tahun lebih. Sebab Helicopter itu pertama kali dibeli pemerintah Iran tahun 1978 pada zaman Rezim Syah Iran, Mohammad Reza Pahlevi, setahun sebelum meletusnya Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu yg dipimpin Ayatullah Khomeini.
Meski penyelidikan awal atas terbunuhnya Presiden Iran Hujjatul Islam Ebrahim Raisi yg diperintahkan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Mayjen Mohammad Bagheri, sampai saat ini belum diumumkan hasilnya, namun saya haqqul yaqin musibah kecelakaan Helicopter Bell 212 di wilayah Provinsi Azerbaijan Timur dekat perbatasan Iran dengan Republik Azerbaijan itu mengarah kepada keterlibatan Dinas Intelijen luar negeri Israel, Mossad. Bahkan tidak menutup kemungkinan Dinas Intelijen AS, CIA ikut terlibat, meski sampai sekarang peranannya belum jelas kelihatan.
Kecelakaan Helicopter yang juga menewaskan 8 pejabat tinggi lainnya termasuk Diplomat Top Iran Menlu Husain Amir Abdulllahian tersebut benar benar mengejutkan dan diluar prediksi para pengamat Timur Tengah. Sebab terjadi hanya sebulan setelah Iran melancarkan serangan besar-besaran ke Israel yg melibatkan 300 rudal dan drone, dengan sasaran utama Ibukota Tel Aviv sehingga membuat porak-poranda Ibukota Israel tersebut.
Serangan oleh militer Iran yang terjadi pertama kalinya ke dalam wilayah Israel itu dilakukan setelah Israel membom Konsulat Iran di Ibukota Damaskus Suriah yg menewaskan 7 perwira militer termasuk seorang Jenderal Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Brigjen Ahmad Zahidi.
Serangan balasan Iran yg diperintahkan langsung Presiden Ebrahim Raisi dengan restu Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei itu benar-benar mengejutkan dan membuat dendam Israel. Bahkan PM Israel, Benjamin Netanyahu dan para Jenderalnya sama sekali tidak memperhitungkan kalau Iran akan melakukan serangan balasan sedahsyat itu. Hal itu baru pertama kali terjadi dalam sejarah permusuhan Iran vs Israel selama 45 tahun pasca Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu.
Rezim PM Netanyahu memang dikenal licik. Bukannya dia memerintahkan serangan balasan langsung secara besar besaran ke Ibukota Teheran, padahal jika mau Israel akan dengan mudah melakukannya, namun yg menjadi sasaran tembak justru tokoh yang memerintahkan menggempur Ibukota Tel Aviv pada Ahad dinihari 14 April 2024 lalu, yakni Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Seharusnya Pemerintah Iran melarang Presiden Raisi bepergian ke luar negeri minimal satu tahun setelah serangan terhadap Ibukota Tel Aviv tersebut. Lha ini baru sebulan, kok berani beraninya melepas Presidennya berkunjung ke Republik Azerbaijan untuk meresmikan bendungan bersama Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev pada Ahad (19/5) lalu.
Jelas ini merupakan kecerobohan dari pemerintah Iran terutama Dinas Intelijen Iran yg tak mampu mengantisipasi atas keselamatan Presidennya. Apalagi selama ini Republik Azerbaijan yg berbatasan langsung dengan Iran, dikenal sebagai pendukung kuat Israel dan menjadi basis Mossad untuk memata-matai Iran. Meski Iran dan Azerbaijan sama-sama mayoritas Islam Syi’ah, namun dalam konflik Azerbaijan vs Armenia untuk memperebutkan enclave Nagorno Karabakh, Iran menjadi pendukung kuat Armenia yang mayoritas Kristen Ortodoks sedangkan Israel mendukung Azerbaijan dengan suplai senjatanya.
Melepas Presiden Raisi dan para pejabat tinggi Iran untuk berkunjung ke Azerbaijan dalam situasi Perang Timur Tengah masih berkecamuk seperti sekarang ini, ibarat melepaskan sekawanan domba ke kandang Srigala yang lapar.
Bagaimanapun Mossad selalu mengincar nyawa tokoh yg memerintahkan menggempur Israel dan sempat membuat Negara Yahudi itu collaps. Sedangkan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev jelas masih memiliki rasa dendam terhadap Presiden Raisi yg membantu musuh bebuyutannya Armenia dalam perang Azerbaijan vs Armenia tahun lalu.
Memang diakui, salah satu faktor yang menyebabkan kecelakaan Helicopter Bell 212 buatan AS itu adalah cuaca buruk di pegunungan perbatasan Azerbaijan-Iran, juga Helicopter Kepresidenan Iran itu sudah berusia 46 tahun lebih. Sebab Helicopter itu pertama kali dibeli pemerintah Iran tahun 1978 pada zaman Rezim Syah Iran, Mohammad Reza Pahlevi, setahun sebelum meletusnya Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu yg dipimpin Ayatullah Khomeini.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, dalam rombongan Presiden Raisi itu terdapat tiga Helicopter Bell 212, tetapi mengapa 2 Helicopter lainnya selamat sementara yg dinaiki Presiden Raisi bersama para pejabat tinggi Iran lainnya jatuh di wilayah pegunungan yg bercuaca buruk, padahal jarak ketiganya tidak terlalu jauh?
Adapun yang pertama kali menemukan puing puing reruntuhan Helicopter Presiden Raisi adakah Pesawat Drone Turki yabg membantu pencarian di wilayah timur Azerbaijan. Para pejabat Turki sampai terheran-heran, karena Transponder dan GPS Helicopter itu dalam kondisi mati, sehingga pilot tidak mengetahui arah yang dituju dan tinggi permukaan tanah dari Helicopter, sehingga menabrak pegunungan di Azerbaijan Timur tersebut.
Sekarang pertanyaannya adalah, siapa yabg dengan sengaja melakukan sabotase dengan mematikan Transponder dan GPS Helicopter Presiden Raisi tersebut ? Tetapi yang jelas, Helicopter itu buatan Pabrik Helicopter Bell di Texas, AS.
Sedangkan pertanyaan lainnya adalah, mengapa Mossad menjadi tertuduh sebagai dalang utama atas terbunuhnya Presiden Raisi beserta 8 pejabat tinggi Iran lainnya termasuk Menlu Husain Amir Abdulllahian?
Meski penyelidikan awal atas terbunuhnya Presiden Iran Hujjatul Islam Ebrahim Raisi yg diperintahkan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Mayjen Mohammad Bagheri, sampai saat ini belum diumumkan hasilnya, namun saya haqqul yaqin musibah kecelakaan Helicopter Bell 212 di wilayah Provinsi Azerbaijan Timur dekat perbatasan Iran dengan Republik Azerbaijan itu mengarah kepada keterlibatan Dinas Intelijen luar negeri Israel, Mossad. Bahkan tidak menutup kemungkinan Dinas Intelijen AS, CIA ikut terlibat, meski sampai sekarang peranannya belum jelas kelihatan.
Kecelakaan Helicopter yang juga menewaskan 8 pejabat tinggi lainnya termasuk Diplomat Top Iran Menlu Husain Amir Abdulllahian tersebut benar benar mengejutkan dan diluar prediksi para pengamat Timur Tengah. Sebab terjadi hanya sebulan setelah Iran melancarkan serangan besar-besaran ke Israel yg melibatkan 300 rudal dan drone, dengan sasaran utama Ibukota Tel Aviv sehingga membuat porak-poranda Ibukota Israel tersebut.
Serangan oleh militer Iran yg terjadi pertama kalinya kedalam wilayah Israel itu dilakukan setelah Israel membom Konsulat Iran di Ibukota Damaskus Suriah yg menewaskan 7 perwira militer termasuk seorang Jenderal Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Brigjen Ahmad Zahidi.
Serangan balasan Iran yang diperintahkan langsung Presiden Ebrahim Raisi dengan restu Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei itu benar-benar mengejutkan dan.membuat dendam Israel. Bahkan PM Israel, Benjamin Netanyahu dan para Jenderalnya sama sekali tidak memperhitungkan kalau Iran akan melakukan serangan balasan sedahsyat itu. Hal itu baru pertama kali terjadi dalam sejarah permusuhan Iran vs Israel selama 45 tahun pasca Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu.
Rezim PM Netanyahu memang dikenal licik. Bukannya dia memerintahkan serangan balasan langsung secara besar besaran ke Ibukota Teheran, padahal jika mau Israel akan dengan mudah melakukannya, namun yg menjadi sasaran tembak justru tokoh yang memerintahkan menggempur Ibukota Tel Aviv pada Ahad dinihari 14 April 2024 lalu, yakni Presiden Iran Ebrim Raisi.
Seharusnya Pemerintah Iran melarang Presiden Raisi bepergian ke luar negeri minimal satu tahun setelah serangan terhadap Ibukota Tel Aviv tersebut. Lha ini baru sebulan, kok berani beraninya melepas Presidennya berkunjung ke Republik Azerbaijan untuk meresmikan bendungan bersama Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev pada Ahad (19/5) lalu.
Jelas ini merupakan kecerobohan dari pemerintah Iran terutama Dinas Intelijen Iran yg tak mampu mengantisipasi atas keselamatan Presidennya.
Apalagi selama ini Republik Azerbaijan yg berbatasan langsung dengan Iran, dikenal sebagai pendukung kuat Israel dan menjadi basis Mossad untuk memata-matai Iran. Meski Iran dan Azerbaijan sama-sama mayoritas Islam Syi’ah, namun dalam konflik Azerbaijan vs Armenia untuk memperebutkan enclave Nagorno Karabakh, Iran menjadi pendukung kuat Armenia yg mayoritas Kristen Ortodoks sedangkan Israel mendukung Azerbaijan dengan suplai senjatanya.
Melepas Presiden Raisi dan para pejabat tinggi Iran untuk berkunjung ke Azerbaijan dalam situasi Perang Timur Tengah masih berkecamuk seperti sekarang ini, ibarat melepaskan sekawanan domba ke kandang Srigala yg lapar.
Bagaimana pun Mossad selalu mengincar nyawa tokoh yang memerintahkan menggempur Israel dan sempat membuat Negara Yahudi itu collaps. Sedangkan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev jelas masih memiliki rasa dendam terhadap Presiden Raisi yang membantu musuh bebuyutannya Armenia dalam perang Azerbaijan vs Armenia tahun lalu.
Memang diakui, salah satu faktor yang menyebabkan kecelakaan Helicopter Bell 212 buatan AS itu adalah cuaca buruk di pegunungan perbatasan Azerbaijan-Iran, juga Helicopter Kepresidenan Iran itu sudah berusia 46 tahun lebih. Sebab Helicopter itu pertama kali dibeli pemerintah Iran tahun 1978 pada zaman Rezim Syah Iran, Mohammad Reza Pahlevi, setahun sebelum meletusnya Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu yang dipimpin Ayatullah Khomeini.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, dalam rombongan Presiden Raisi itu terdapat tiga Helicopter Bell 212, tetapi mengapa 2 Helicopter lainnya selamat sementara yg dinaiki Presiden Raisi bersama para pejabat tinggi Iran lainnya jatuh di wilayah pegunungan yg bercuaca buruk, padahal jarak ketiganya tidak terlalu jauh?
Adapun yg pertama kali menemukan puing puing reruntuhan Helicopter Presiden Raisi adakah Pesawat Drone Turki yg membantu pencarian di wilayah timur Azerbaijan. Para pejabat Turki sampai terheran-heran, karena Transponder dan GPS Helicopter itu dalam kondisi mati, sehingga pilot tidak mengetahui arah yg dituju dan tinggi permukaan tanah dari Helicopter, sehingga menabrak pegunungan di Azerbaijan Timur tersebut.
Sekarang pertanyaannya adalah, siapa yg dengan sengaja melakukan sabotase dengan mematikan Transponder dan GPS Helicopter Presiden Raisi tersebut ? Tetapi yg jelas, Helicopter itu buatan Pabrik Helicopter Bell di Texas, AS.
Sedangkan pertanyaannya lainnya adalah, mengapa Mossad menjadi tertuduh sebagai dalang utama atas terbunuhnya Presiden Raisi beserta 8 pejabat tinggi Iran lainnya termasuk Menlu Husain Amir Abdulllahian ?
Pertama, sejak kemenangan Revolusi Islam Iran tahun 1979 lalu, sudah ratusan pejabat tinggi Iran yg dibunuh oleh Mossad secara langsung atau melalui antek anteknya seperti kelompok kiri Mujahedin El Khalq (MEK) yg didirikan tokoh kiri Iran, Mas’ud Rajavi dan istrinya Maryam Rajavi. Salah satu korbannya adalah tokoh Revolusi Iran, Ayatullah Javad Bahonar dan Presiden Ali Rajai. Keduanya beserta 70 pejabat tinggi Iran terbunuh ketika teroris MEK antek Mossad berhasil meledakkan Kantor Pusat Partai Republik Islam (IRP) di Teheran tahun 1981 lalu. Jadi selama ini operasi intelijen rahasia Mossad telah berhasil membunuh dua Presiden Iran, Presiden Ali Rajai (1981) dan Presiden Ebrahim Raisi (2024).
Kedua, pembunuhan terhadap puluhan ilmuan Nuklir Iran oleh agen Mossad di Iran telah dilakukan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tujuannya adalah untuk menghambat bahkan menggagalkan Program Nuklir Iran. Negara Zionis Israel ingin menjadi satu-satunya negara Nuklir di Timur Tengah, sehingga bisa meneror negara tetangganya dengan senjata Nuklir.
Ketiga, pembunuhan terhadap para ahli rudal Iran termasuk Tokoh Rudal Iran, Mayjen Mukhaddam dengan meledakkan pabrik rudal dekat Teheran.Tujuannya adalah untuk menghambat program pengembangan rudal Iran.
Keempat, pembunuhan terhadap para pemimpin militer Iran termasuk para Jenderal IRGC. Sudah puluhan Jenderal Iran yg dibunuh Mossad bekerjasama dengan CIA. Adapun yang paling terkenal adalah pembunuhan Mayjen Qassem Sulaimani di Bandara Baghdad Iraq tahun 2020 lalu yg dibalas dengan serangan puluhan rudal maut Iran terhadap pangkalan militer AS Ain Al Assad di Suriah dengan korban 80 tentara AS.
Adapun tujuannya adalah untuk menggagalkan upaya Jenderal Qassem Soeleimani dalam membentuk dan membantu suplai senjata terhadap milisi milisi bersenjata yg mengepung Israel seperti Houthi di Yaman, Kataib Hizbullah di Iraq, Jihad Islam Al Quds dan Hamas di Gaza serta Hizbullah di Lebanon. Merekalah saat ini yg bersatu menggempur Israel dari 8 penjuru angin, sehingga membuat militer Israel IDF sampai keok.
Kelima, Rezim Zionis Israel, Pemerintahan AS, Mossad dan CIA jelas mengetahui bahwa Presiden Ebrahim Raisi adalah calon kuat pengganti Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei.
Jika Presiden Ebrahim Raisi yg dikenal sebagai seorang Ulama, Politisi, Hakim, Jaksa yg adil serta tegas dalam menghadapi Rezim Zionis Israel dan Pembela Palestina itu sampai wafat, maka Ayatullah Ali Khamenei akan kesulitan mencari penggantinya.
Memang dalam Struktur Kepemimpinan Iran yg berdasarkan pada konsep politik Wilayatul Faqih (Pemerintahan Ulama) yg digagas tokoh Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khomeini, Presiden Iran berada dibawah Pemimpin Tertinggi yg saat ini dijabat Ayatullah Ali Khamenei yg juga mantan Presiden Iran selama 2 periode. Ayatullah Ali Khamenei menjadi Pemimpin Tertinggi karena ditunjuk Ayatullah Khomeini menjelang wafatnya tahun 1988 lalu. Masa jabatan Pemimpin Tertinggi adalah seumur hidup.
Selanjutnya Pemimpin Tertinggi Iran akan dipilih oleh Majelis Ahli yg beranggotakan 80 ulama paling top di Iran. Jadi tujuan strategis jangka panjang pembunuhan Presiden Ebrahim Raisi sebenarnya adalah untuk menghancurkan dari dalam musuh bebuyutan Zionis Israel, Republik Islam Iran. Musuh musuh Iran faham betul, untuk menghancurkan Iran terlebih dahulu hancurkan Pasukan Elite Pengawal Revolusi Iran (IRGC) yg saat ini berkekuatan 400.000 pasukan tempur dengan persenjataan lengkap dan modern. Untuk menghancurkan IRGC, maka terlebih dahulu para Jenderalnya harus dibunuh satu persatu. Sudah puluhan Jenderal IRGC yang menjadi korban pembunuhan komplotan Mossad dan CIA, seperti Jenderal Qassem Sulaimani, Jenderal Muqaddam serta Jenderal Ahmad Zahidi. Musuh musuh Iran menginginkan segera terjadinya Pergantian Rezim di Teheran.
Karena begitu penting dan strategisnya posisi Pemimpin Tertinggi Iran yg langsung membawahi Pasukan IRGC dan Angkatan Bersenjata Iran, maka calon pengganti Ayatullah Khamenei harus dibunuh terlebih dahulu. Musuh musuh Iran termasuk Zionis Israel dan AS berharap, dengan membunuh Presiden Raisi apalagi Ayatullah Ali Khamenei sudah tua dan sakit-sakitan, mana akan sulit dicari calon penggantinya.
Apabila sampai terjadi kekosongan kekuasaan di Iran jika nanti Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei wafat, maka akan bubarlah Republik Islam Iran dan Iran akan kembali ke Sistim Monarki seperti zaman Syah Iran Mohammad Reza Pahlevi dulu. Apalagi mantan Putra Mahkota Iran, Pangeran Ali Reza dan Ibunya Ratu Farah Diba sekarang masih hidup dalam pengasingan di AS.
Di bawah sistim Monarki yang akan dipaksakan kepada rakyat Iran oleh kekuatan Barat dan Rezim Zionis Israel, maka Iran akan kembali ke zaman kegelapan dengan menjadi antek Zionis Israel dan Barat. Naudzu billah min dzalik.[]
Comment