Tradisi Mudik Lebaran, Manis Tapi Horror

Opini153 Views

 

 

Penulis: Khairunnisa, M.Pd | Akademisi

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– “Mudik”!, satu kata sakral yang dinanti karena ujungnya mudik adalah momen manis dan kebahagiaan berkumpul keluarga di kampung halaman. Mudik sudah menjadi budaya di banyak belahan dunia sesuai hari besar/keagamaan masing-masing.

Di Indonesia mudik tentunya lekat dengan momen hari raya. Mudik tahun 2024 di negeri ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya diwarnai fakta kemacetan mengular dan super panjang terutama spot wilayah tertentu seperti pelabuhan Merak, Bekaheuni dan lainnya.

Meski tahun ini masa liburan cukup panjang dan sudah banyak pemudik mengambil start jauh-jauh hari melakukan mudik, namun faktanya kemacetan menjelang hari H tetap saja tidak bisa dielakan.

Kita tentu masih ingat peristiwa paling horor yang mewarnai suasana mudik adalah tol Brexit (Brebes-exit) tahun 2016 di mana pemudik memenuhi tol trans Jawa yang baru dibuka perdana. Terjadi kemacetan sampai puluhan kilometer sampai lebih dari 24 jam dan mengakibatkan banyak pemudik yang meninggal karena dehidrasi, kelelahan dan sebagainya.

Meski tahun-tahun berikutnya tidak separah peristiwa tol Brexit, namun tetap saja kemacetan, antrian lama menunggu transportasi, tiket habis tidak sesuai kebutuhan sepertinya masih menjadi tradisi tahunan. Belum lagi kecelakan lalu lintas (laka) yang sering terjadi selama perjalanan mudik, seperti kecelakaan di tol Jakarta-Cikampek terjadi pada Senin 8 April pagi yang telah menewaskan 12 orang pemudik.

Kemudian pada Kamis 11 April berikutnya kecelakaan bus Rosalia Indah di Tol Batang menelan 7 nyawa. Kakorlantas Polri Irjen Pol Aan Suhanan sebagaimana diungkapakan kompas TV (13/4/2024) menyebut terjadi penurunan angka kecelakaan lalu lintas secara nasional selama arus mudik lebaran 2024 sebesar 12 persen. Sampai data ini disebut mulai 4 hingga hari H lebaran laka turun dari 1.723 kasus periode sebelumnya menjadi 1.581 kasus.

Tahun ini disampaikan bahwa data laka mengalami penurunan, tentu hal ini jangan membuat kita berpuas diri karena faktanya kecelakaan itu masih ada terjadi. Dengan kata lain masih ada nyawa yang melayang menjelang atau setelah lebaran. Kondisi macet melelahkan pun masih dirasakan.

Ini berarti pemerintah harus terus mengoptimalkan upaya memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat khususnya para pemudik. Memang tetap harus diapresiasi usaha/skema yang dilakukan pemerintah untuk melancarkan budaya mudik ini.

Pertama, melalui SKB Kemenhub, Kemen PUPR, dan Kakorlantas Polri menegeluarkan surat tentang pengaturan lalu lintas jalan serta penyeberangan selama masa arus mudik dan arus balik angkutan lebaran 2024/1445 H, yakni sistem satu arah (one-way system), sistem contraflow, dan sistem ganjil-genap.

Kedua, melakukan pembatasan kendaraan angkutan barang dengen beberapa kriteria yaitu pada mobil barang dengan sumbu tiga atau lebih, mobil barang dengan kereta tempelan; mobil barang dengan kereta gandengan; serta mobil barang yang mengangkut hasil galian, hasil tambang, dan bahan bangunan.

Kendaraan angkutan barang yang dikecualikan dari pembatasan atau tetap bisa beroperasi adalah yang mengangkut BBM dan bahan bakar gas (BBG), hantaran uang, logistik pemilu/pemilihan, hewan dan pakan ternak, pupuk, penanganan bencana alam, serta barang pokok.

Adapun waktu pelaksanaan pembatasan operasional angkutan barang di ruas tol diberlakukan mulai Jumat, 5 April 2024 pukul 09.00 waktu setempat sampai dengan Selasa, 16 April 2024 pukul 08.00 waktu setempat.

Meski kebijakan ini dilakukan, hendaknya para pihak berwenang tetap melakukan evaluasi berkelanjutan sebagai cerminan karena masih ada laka yang terjadi.

Sony Susmana selaku Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia turut menanggapi kecelakaan di Tol KM 58 ini. Menurutnya, meski contraflow dinilai cukup efektif mengurai kemacetan terutama pada waktu puncaknya risiko berkendara di jalur contraflow – memang jauh lebih besar.

Saat diterapkan kondisi contraflow, ruang gerak kendaraan jadi lebih sedikit karena kendaraan hanya bergerak lurus di lajur kanan. Misal, jika ada kendala seperti ban pecah, mobil hilang kendali atau mogok, ruang gerak kendaraan jadi sangat terbatas. Karena itu rekayasa lalu lintas contraflow disarankan lebih baik digunakan untuk jarak yang lebih pendek. Sedangkan untuk jarak panjang, ada baiknya menggunakan model one-way.

Mudik memang sudah menjadi tradisi dan sebagai bentuk silaturrahim dengan kerabat yang insya Allah jika diniatkan dengan lurus akan bernilai ibadah. Tentu banyak kebaikan yang ada di dalamnya, karena itu sebagai masyarakat tentu sangat mengharapkan jaminan mudik yang aman, lancar dan bisa berkesan.

Maka kepada siapa lagi harapan ini selain pada pemerintah yang memiliki kuasa/kemampuan untuk berbuat. Negara memiliki tanggung jawab memberi kenyamanan, menikmati sarana publik dan pelayanan terbaiknya kepada ummat.

Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari Rasulullah bersabda: “Imam/ penguasa adalah raa’in dan penanggung jawab urusan rakyatnya”.

Dalam konteks ini upaya dan inovasi pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah dalam pelayanan mudik.

Pertama; menyediakan sarana dan moda transportasi terbaik dan aman bagi masyarakat. Pelayanan yang dilakukan semestinya sudah terprogram dan terencana jauh hari sebagai bentuk mitigasi seperti memperbaiki saran publik berupa jalan rusak yang bisa memicu terjadinya kecelakaan.

Menyediakan rest area yang layak dan nyaman khususnya pada rute-rute perjalanan jauh. Memastikan lampu-lampu jalan berfungsi, marka jalan terpantau jelas dilihat.

Kedua; pemerintah menyediakan moda transportasi masal dengan teknologi terbaik bahkan yang terintegrasi AI dalam manajemen lalu lintasnya untuk mengurangi macet karena penggunaan transportasi pribadi. Penyediaan dan pengelolaan ini tidak diserahkan kepada pihak swasta karena konsekuensinya mahal. Pemerintah sendiri yang mengadakannya tentu dari anggaran belanja negara misalnya dari post kepemilikan umum seperti dari pengelolaan sumber daya alam. Dengan begitu maka biaya sarana publik seperti kereta cepat, pesawat, kapal, bus akan berbiaya murah.

Ketiga; pemerintah harus menerapkan peraturan tegas bagi pemudik atau pengguna jalan yang melanggar peraturan.

Perjalanan mudik yang lancar sangat diharapkan agar pemudik tidak dibayangi kekhawatiran akan macet panjang dan kecelakaan. Baik pada arus mudik ataupun arus baliknya. Tidak ada lagi kemacetan berarti apalagi kecelakaan yang merenggut nyawa.

Dengan begitu masalah mudik tidak mengganggu suasana puncak ibadah pada hari-hari terakhir Ramadan. Bisa dibayangkan waktu umat islam di penghujung Ramadhan tidak akan terbuang lama di jalan jika negara mampu menyelesaikan segala masalah kemacetan mudik.

Oleh karenanya, mudik harus didukung dengan kebijakan pemerintah yang dapat memenuhi harapan rakyat agar bisa beribadah dengan tenang menjelang akhir Ramadan.

Hal ini akan benar-benar dapat terealisasi jika paradigma negara sebagai pelayan ummat benar-benar diterapkan sebagaimana pemimpin-pemimpin Islam pada masa dulu di mana tanggung jawab yang mereka miliki benar-benar karena takut dan taqwanya kepada Allah Swt.  Sebagaimana tauladan dari Umar bin Khatab yang menangis karena mendengar kabar dari ajudannya bahwa ada seekor keledai yang jatuh terperosok ke jurang karena melewati jalan yang rusak di Irak. Bahkan Ketika ditanya balik kenapa beliau menangis padahal yang mati hanya seekor binatang? Beliau pun menjawab dengan nada serius dan wajah menahan marah kemudian bekata: “Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”

Semoga pemimpin-pemimpin seperti itu bisa menjadi contoh para pemimpin di negeri ini.[]

Comment