Penulis: Uthe Setya | Aktifis Muslimah Jembrana
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pada 14 Februari 2024 lalu telah dilaksanakan serentak pemilu di Indonesia. Berbondong-bondong rakyat mengharapkan perubahan di tanah air dan menggantungkan harapan pada hasil pemilu.
Kita semua sadari bahwa negara ini adalah negara yang kaya dengan berbagai sumber daya alam yang sejatinya bisa mencukupi seluruh kebutuhan hajat hidup rakyatnya.
Namun realita yang kita lihat, Indonesia belum bisa menjadi negara yang unggul dibanding negara-negara lain, bahkan di tingkat ASEAN sekali pun. Sekitar 25,90 juta warga berada dalam kemiskinan per Maret 2023 (bps.go.id).
Indonesia juga menduduki peringkat ke-2 prevelansi stunting tertinggi di ASEAN. Tidak lupa pula jumlah hutang luar negerinya mencapai 8 ribu triliun rupiah. Sungguh ini bukan angka-angka yang dianggap remeh.
Akibat ketimpangan ekonomi yang terjadi, meningkat pula jumlah kriminalitas yang tidak hanya terjadi di lingkungan eksternal. Kini kriminalitas merambah hingga dalam keluarga, ibu/ayah bisa menghilangkan nyawa anak pun sebaliknya. Kasus pencurian, penipuan, korupsi, anak putus sekolah, tunawisma dan banyak lagi kasus kriminal di negara ini imbas dari kemiskinan.
Sungguh ini berbanding terbalik dengan masa di mana negara menjalankan sistem pemerintahan Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kemudian dilanjutkan oleh sahabat dan para penerusnya hingga tahun 1924.
Saat itu, seluruh aturan yang digunakan bukanlah aturan buatan manusia melainkan peraturan yang sumbernya datang dari Al-Qur’an dan hadits. Sehingga, suka tidak suka, mau tidak mau seluruh rakyat beraktifitas sesuai aturan Islam.
Bagaimana mungkin manusia yang tinggal di bumi Allah namun beramal dengan aturan buatan manusia yang lemah dalam segala hal. Maka tidak heran bila banyak kerusakan yang terjadi di bumi ini.
Tidak akan kita jumpai jalan rusak, hewan-hewan kelaparan karena penguasa menyadari bahwa sekecil apapun kezhaliman yang terjadi saat kepemimpinannya ia akan bertanggung jawab di hadapan Allah. Pmimpin maka memastikan seluruh makhluk hidup di bumi ini terpelihara secara seimbang.
Sistem pemerintahan Islam ini pun tidak hanya menaungi hajat hidup muslim semata, namun juga menunaikan hak-hak nonmuslim sebagai manusia yang sejatinya butuh pemeliharaan oleh negara.
Tidak ada pilih kasih dalam menegakkan keadilan karena latar belakang agama yang berbeda. Semua punya hak yang sama untuk merasakan kesejahteraan.
Maka, wajar bila saat ini rakyat tidak merasakan keberkahan karena diabaikannya aturan-aturan Allah. Wajar bila kemakmuran hanya dapat dirasakan masyarakat tertentu saja, karena kemakmuran hanya diantarkan oleh manusia dan kepada manusia di posisi tertentu.
Kesimpulannya, jika ingin menggapai perubaham dan mengharapkan keberkahan yang bukan hanya untuk Indonesia namun di muka bumi ini – rakyat harus bersatu dan berusaha menjemputnya.
Bersama melepaskan diri dari sistem hukum buatan manusia -apalagi hukum penjajah – lalu mengimplementasikan hukum yang telah dicontohkan Rasulullah dan sahabat. Wallahu a’lam bish showwab.[]
Comment