Nasib Pengungsi Rohingya Kian Merana

Opini384 Views

 

Penulis : Anna Ummu Maryam | Pegiat Literasi Peduli Negeri

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Rohingya Kembali Berlabuh.
Hingga Selasa (26/3/2024), sudah 10 jenazah pengungsi Rohingya ditemukan di perairan Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Masih banyak korban yang belum ditemukan. Pengungsi yang selamat masih berada di lokasi penampungan di Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Banda Aceh Al Hussain mengatakan, pada Senin tim telah menemukan enam jenazah di perairan Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Aceh Jaya. Sehari sebelumnya tiga jenazah ditemukan di laut Aceh Jaya dan satu jenazah ditemukan di laut Aceh Barat.

Jenazah pengungsi Rohingya terombang-ambing di perairan Aceh Barat dan Aceh Jaya. Kondisi mulai membusuk karena telah berada di dalam air beberapa hari. Mereka merupakan yang tidak bisa menyelamatkan diri saat kapal yang mereka tumpangi terbalik di perairan Aceh Barat, pada Selasa (Kompas.id. 19/3/2024).

Di bulan Ramadhan ini kita telah kedatangan saudara seiman kita yaitu para pengungsi Rohingya yang telah terlunta- lunta beberapa bulan dilaut yang qadarullah kapal mereka terbalik ditengah lautan. Jumlah mereka diperkirakan 150 orang namun yang dapat diselamatkan hanya 75 orang saja. Selebihnya belum semuanya dapat ditemukan.

Kesedihan ini juga dapat dirasakan oleh masyarakat dimana mereka juga pernah merasakan musibah yang hampir sama yaitu tsunami yang melanda Aceh 2004. Namun juga tak dapat dipungkiri ada sebagian kecil yang menolak keberadaan Zmeraka.

Adapun opini yang berkembang bahwa perawakan mereka seperti penjahat dan kumuh. Suka memperkosa perempuan dan liar. Ada juga yang beralasan mereka kafir dan perangai mereka seperti Yahudi yang suatu saat akan mengambil tanah masyarakat untuk tempat tinggal mereka.

Dan banyak lagi keresahan lain yang itu semua adalah anggapan mereka. Namun buktinya bahwa banyak masyarakat disekitar yang datang untuk berkunjung yang mengatakan mereka ramah dan sopan. Tidak ada wajah penjahat pada mereka dan mereka muslim yang taat.

Bahkan banyak di antara mereka yang mampu menghafalkan Al-Qur’an dengan baik dan benar. Shalat berjamaah dan berpuasa. Adapun yang mengatakan mereka jorok itu tidak terlepas dari kehidupan mereka di pengungsian yang memang saling hidup berdesakan. Terlebih lagi bahwa mereka telah berbulan bulan di lautan.

Bukan hanya itu bahkan mereka telah kehilangan keluarga mereka ikut tenggelam dengan kapal yang hingga hari ini belum ditemukan mayatnya. Opini buruk yang penuh dengan fitnah atas muslim Rohingnya adalah suatu bentuk sentimen tak beralasan.

Jika dikatakan menimbulkan keresahan ini tentu tak berdasar. Karena mereka dipantau oleh aparat dan tidak ada satupun diantara mereka keluar. Bahkan jika warga berkunjung pun mereka hanya dapat melihat dari luar.

Selain itu para pengungsi Rohingya ini adalah orang yang ramah. Kebanyakan diantara mereka adalah sangat ramah yang tak jarang ikut bercanda karena keterbatasan komunikasi sehingga menimbulkan kelucuan tersendiri saat berbicara tidak nyambung.

Saat ditanya tentang harapan mereka bahwa mereka hanya ingin kehidupan lebih baik dan dapat berkumpul kembali dengan keluarganya yang sebagian besar tinggal di Malaysia. Kebanyakan mereka tidak mampu berbahasa inggris ataupun Melayu namun hanya beberapa orang saja yang bisa berbahasa Melayu.

Banyak diantara mereka yang mengalami luka dikaki dan tangan diakibatkan berdiri dan memegang benda untuk dapat diselamatkan ditengah lautan oleh para nelayan.

Kebanyakan masyarakat tidak menolak keberadaan mereka. Karena mereka tahu bahwa makan dan tempat tinggal mereka telah ada yang mengurusinya sehingga mereka bukan beban. Namun bagi sebagian kecil orang telah termakan isu media tetap saja menolak karena ketakutan dan terpengaruh dengan komentar buruk.

Namun pada nyatanya masyarakat justru prihatin saat melihat dan juga dari bantuan yang mereka berikan dalam berbagai bentuk yang meraka bawa dan juga rasa kasihan yang terlontar dari setiap ucapan mereka setelah berkunjung dan melihat langsung para pengungsi Rohingya.

Maka sikap kita terhadap mereka adalah menolong mereka dengan kemampuan kita dan mengedukasi mereka terkait kebiasaan yang biasa dilakukan oleh orang orang Aceh. Karena mereka adalah muslim maka mereka adalah saudara kita yang menjadi hal utama membantu mereka.

Menghentikan framing buruk kepada mereka karena mereka sedang dalam musibah serta memberikan support pada mereka agar mereka tetap semangat dalam mengarungi kehidupan yang lebih baik di masa akan datang.

Nasionalisme yang menjadi akar kerusakan kehidupan manusia. Sehingga manusia dibatasi tempat hidup dan aktivitas nya. Padahal bumi ini adalah milik Allah sehingga manusia berhak untuk hidup dan melangsungkan kehidupannya dengan baik dimuka bumi ini dimanapun mereka berada.

Nasionalisme pula yang menjadi biang keladi dari terpisahnya perasaan dan kesatuan umat manusia. Karena telah dipisahkan oleh sekat sekat wilayah dan hanya bisa menolong dari wilayah mereka saja. Rasa kasih dan sayang pun dibatasi oleh nasionalisme. Sehingga rasa kemanusiaan telah tercabut kecuali mendapatkan keuntungan semata.

Nasionalisme telah mengharamkan negara untuk turut campur tangan dalam penderitaan bangsa lain walaupun mereka sesama muslim. Mereka hanya bisa melihat kematian saudaranya dihadapannya hanya untuk menunggu perintah. Padahal perintah tertinggi manusia adalah Allah SWT.

Namun hal itu terabaikan demi sebuah kata yang penuh racun yaitu nasionalisme. Maka sudah saatnya kita tak tersekat atas nama nasionalisme namun bersatu dalam naungan sistem Islam yang kaffah dalqm naungan negara yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para Khalifatu Rasyidah yang telah berhasil menjadi model negara terbaik yang dimiliki oleh bumi.[]

Comment