Solusi Islam Bagi Remaja Putri Pembully  

Opini388 Views

 

 

Penulis: Zahrotun Nurul, S.Pd | Aktivis Muslimah, Malang

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Bullying menjadi fenomena yang menghantui dan terus meningkat di kalangan remaja. Kini pelaku bullying bukan hanya dari kalangan remaja putra tetapi menyasar juga ke remaja putri.

Miris, para calon ibu yang sejatinya memiliki fitrah lemah lembut dan penuh kasih sayang ini malah terlibat bahkan menjadi pelaku bullying. Mereka melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik kepada teman sesama perempuannya.

Kasus perundungan di Indonesia memang terus terjadi. Bullying menjadi momok yang menghantui kehidupan anak. Masa menyenangkan mereka terancam karena tindakan bullying oleh rekan sesama. Mirisnya, baik korban maupun pelaku masih dalam kategori di bawah umur.

Hukuman yang diberikan untuk pelaku pun dianggap ringan dan tidak sebanding dengan trauma yang dialami korban. Alhasil, kasus bullying terus berulang bahkan merebak di kalangan anak karena hukuman yang tidak mampu menjerakan.

Anak menjadi pelaku kekerasan menunjukkan lemahnya pengasuhan dan gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk kepribadian mulia dalsm diri siswa. Keluarga yang menjadi pondasi pertama mengasuh dan mendidik anak saat ini terus melemah karena kehidupan sekuler yang hanya mengarahkan keluarga untuk sibuk mencari materi semata.

Ayah dan ibu yang seharusnya hadir dalam pengasuhan dan memberikan pondasi agama serta membentuk kepribadian mulia, sulit dijumpai dalam kehidupan ala sekuler yang menepikan agama dalam setaiap persoalan.

Alhasil, ayah dan ibu sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sementara anak diasuh oleh orang lain dan dididik sebatas untuk hidup bermateri dan berkecukupan. Agama diberikan hanya sebatas perkara ibadah ritual sehingga tidak berdampak dalam kehidupan.

Arah pendidikan hanya berorientasi ekonomi dan jargon “kerja kerja kerja”. Anak-anak dididik agat menjadi pribadi produktif dalam arti mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah. Maka kepribadian yang dihasilkan pun lebih ke arah materialistis dengan tujuan hidup yang sebatas kesenangan dunia semata.

Akhirnya, peserta didik hanya menjadi pribadi yang hanya mampu melakukan segala hal demi kesenangan, termasuk melakukan kekerasan yang mereka anggap mampu menjadikan mereka lebih eksis, dihargai, dan merasa senang menindas orang lain. Sebuah alasan klasik terkait materialistik sekuler.

Media sosial pun dipenuhi dengan tontonan yang tidak mendidik. Dasar keimanan dan ketaatan yang lemah, arah kehidupan materialistis, ditambah tontonan kekerasan yang mudah diakses membuat anak menjadi pembully. Mereka yang belum mampu mencerna dan menyaring informasi dengan baik lalu terinspirasi melakukan kejahatan.

Negara pun tak mampu berbuat banyak karena kebebasan dirasa menjadi hak setiap warga negara. Kekuasaan negara pada ranah hukum pun lemah karena menganggap pelaku masih di bawah umur – kurang dari 17 tahun – sehingga tidak mampu dihukum berat. Alhasil, banyak kasus berulang dan banyak korban berjatuhan.

Pilu, melihat generasi di negeri mayoritas muslim ini. Padahal Islam jelas memberi arahan melalui syariatnya agar generasi muslim menjadi generasi mulia.

Dalam Islam, keluarga memiliki satu tujuan yaitu menjauhkan keluarganya dari siksa api neraka (red. QS. At-Tahrim:6).

Ayah harus menjadi pemimpin yang berusaha sungguh-sungguh ‘ menjauhkan keluarga dari hal-hal yang melanggar syariat. Ibu menjadi pendidik utama bagi anak-anak dan berusaha menjadikan anak-anak sebagai generasi muslim sholeh sholehah.

Arah pengasuhan dan pendidikan dalam keluarga adalah menjadikan anak sebagai pribadi yang beriman dan bertaqwa.

Sistem pendidikan dalam Islam bertujuan agar anak menjadi hamba yang beriman, taat, dan ahli dalam keilmuan yang akan bermanfaat bagi umat manusia.

Negara harus hadir dalam upaya mensukseskan tujuan pengasuhan dan pendidikan anak. Negara harus menjamin pekerjaan bagi setiap ayah sehingga ibu tidak bingung dalam urusan nafkah dan fokus dalam mengasuh dan mendidik anak di rumah.

Negara harus menyediakan pendidikan berkualitas secara gratis untuk setiap anak. Hal ini ditopang oleh sistem ekonomi dan politik dalam Islam.

Sanksi berat juga diberikan kepada pelaku bullying yang sudah baligh –  karena dalam Islam – baligh merupakan batas seorang mulai dihitung setiap amal dan dijatuhi hukum. Sehingga negara akan menerapkan sistem sanksi sesuai syariat bagi pelaku bullying yang sudah baligh.

Peran ayah sebagai pencari nafkah harus difasilitasi oleh negara dengan membuka lapangan kerja untuk para lelaki sehingga ibu tidak terbebani dengan urusan mencari nafkah. Seorang ibu -dengan begitu – mampu mengasuh dan mendidik anak-anak di rumah.

Ayah pun dididik untuk mampu terlibat dalam hal pengasuhan dan menjadi qawwam bagi keluarga. Ibu pun sebagai madrasatul uula, harus cerdas karena dia adalah pendidik utama bagi anaknya.

Media sosial difilter oleh negara. Karena peran media dalam Islam adalah untuk syiar Islam. Sehingga segala konten yang tidak sesuai dengan syariat akan dilarang beredar.

Bila nilai – nilai islam diimplementasikan dalam semua aspek kehidupan maka akan terwujud generasi berkepribadian mulia. WaAllahu ‘alam.[]

Comment