Pemateri: Prof. Dr. K. H. Didin Hafidhuddin, M.Sc
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Kaum ‘Ad pun telah mendustakan. Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku! Sesungguhnya Kami telah menghembuskan angin yang sangat kencang kepada mereka pada hari nahas yang terus menerus, yang membuat manusia bergelimpangan, mereka bagaikan pohon-pohon kurma yang tumbang dengan akar-akarnya. Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku! Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”
Salah satu nikmat yang kita terima dalam hidup ini adalah Al-Quran. Al-Quran sebagai salah satu wujud kecintaan Allah SWT kepada kita ummat manusia. Dalam Surat Ar-Rahman, terdapat awal kata pembuka Asmaul Husna Ar-Rahman atau kasih sayang. Al-Quran bukan beban, tapi kenikmatan. Allah SWT sendiri berfirman:
“Kami tidak menurunkan Al-Quran untuk membuat kalian menjadi sulit”.
Kita juga telah paham bahwa “the best civilization era in human history adalah ketika mengamalkan Al-Quran”.
Zaman Rasulullah SAW dan para sahabat itu sering disebut sebagai “Generasi Qurani” yang tidak ada tandingannya.
Bagaimana ciri-ciri pemimpin yang baik, bagaimana pemerintahan yang baik, dll yang pernah ada dalam sejarah ummat manusia, adalah ketika Al-Quran dipelajari, dipahami dan diamalkan.
Pemimpin yang baik adalah seperti yang telah diajarkan di dalam Al-Quran. Pemimpin jika ingin adil, silakan lihat format, bentuk dan rasa keadilan yang diajarkan di dalam Al-Quran.
Belajar Al-Quran senantiasa dimudahkan oleh Allah SWT.
“Sesungguhnya kami telah mudahkan Al-Quran untuk dipelajari, untuk dipahami. Adakah orang-orang yang mau memhami?”
Tidak harus menjadi sarjana atau professor untuk mampu mempelajari dan memahami Al-Quran. Bahkan orang yang tidak tamat SD sekalipun mampu hafal dan mempelajari Al-Quran dengan mudah. Coba bayangkan ada 4 ayat di dalam Al-Quran Sura Al-Qamar dengan teks yang sama, yaitu ayat 17, 21, 32, dan 40. Semua sama kalimatnya.
Kalimat ini menjadi sumpah Allah SWT, bahwa Al-Quran itu mudah dimengerti dan mudah dipahami. Al-Quran juga memberikan kecerdasan kepada siapa pun yang mempelajarinya. Tidak ada yang memberikan kecerdasan yang lebih baik, kecuali dengan mempelajari Al-Quran.
Perkenalkan anak dan cucu sejak dini agar Al-Quran menjadi bacaan harian, insya Allah kecerdasan yang akan diperoleh. Al-Quran bukan hanya untuk Bangsa Arab tapi bangsa ajam atau bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Terkait kemudahan Al-Quran ini, dijelaskan secara khusus dalam kitab Sofwatut Tafsir, “Sungguh telah Kami mudahkan Al-Quran untuk direnungkan dan dijadikan nasehat”.
Ketika menghadapi masalah berat dalam hidup, silakan baca dan pelajari Al-Quran. Dengan mempelajari, memamahi dan mengamalkan Al-Quran, in syaa Allah akan membawa kenikmatan dan kebahagiaan.
Kini semakin banyak anak-anak muda yang cerdas dan hafal Al-Quran di beberapa kampus ternama di dunia. Bukan hanya bangsa Arab yang mampu menghafal Al-Quran. Tidak seharusnya ummat islam menjadi bodoh tentang Al-Quran.
Tidak ada cara terbaik membangun bangsa kecuali dengan membangun moral dan akhlaq melalui Al-Quran. Sekali lagi, jika ingin menghasilkan generasi cerdas, dan berakhlaq mulia, maka perbanyaklah membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Quran.
Mari kita sambut ajakan Allah SWT dalam Surat Al-Qamar ini untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan Al-Quran.
Nabi Nuh AS memohon pertolongan kepada Allah SWT untuk menyadarkan ummatnya yang telah didakwahinya selama 950 tahun tapi hanya beberapa orang saja yang menerima. Kisah selanjutnya telah kita pahami, bahwa terjadi bencana dahsyat banjir bandang besar dan hanya menyelamatkan mereka yang berada dalam Bahtera Nabi Nuh AS.
Pelajaran penting lain adalah bahwa kita diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk mendidik anak-anak dengan tiga kecintaan sebagai berikut: (1) Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai manusia terbaik, (2) Kecintaan kepada keluarganya, kepada sahabatnya, kepada pengikutnya, dan (3) Kecintaan kepada membaca Al-Quran. Tidak mungkin kebahagiaan didapat, kecuali dengan landasan Al-Quranul Karim.
Menjawab pertanyaan apakah pengulangan-pengulangan ayat dalam Al-Quran terdapat rahasia tertentu?
Sebenarnya, konteks pengulangan tersebut memmiliki perbedaan, misalnya dalam hal sejarah. Kehidupan sejarah manusia itu sering mengalami pengulangan sebagaimana dalam Surat Ali Imran ayat 137-138:
“Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.
Dalam Al-Quran, sejarah yang diulang tidak dijelaskan tentang waktu tertentu, tetapi tentang perilaku. Perilaku Fir’aun yang dijelaskan adalah sikap zalim, sombong dan lain-lain. Dalam Surat Ar-Rahman terdapat pengulangan ayat, “Maka nikmat tuhan yang mana yang Anda akan dustakan?” hingga 32 kali dengan konteks dan dimensi yang berbeda.
Menjawab pertanyaan tentang kondisi politik sekarang yang semakin banyak kezaliman dan kebohongan bermunculan.
Kita perlu membaca, mempelajari dan mengamalkan ajaran ajaran penting yang terkandung dalam Al-Quran. Kita perlu mendidik anak-anak dengan Al-Quran untuk menjadi Generasi Qurani. Sebagai orang tua harus rela lelah (capek) sedikit dalam mendidik anak dengan Al-Quran.
Pelajaran penting dari perjuangan bangsa Palestina, justeru di sana lebih banyak camp-camp pembelajaran dan hafiz Al-Quran, bukan camp-camp militer.
Pada prinspnya, Al-Quran itu membentuk kekuatan moral, kekuatan batin, bukan kekuatan fisik saja. Kekuatan yang bersumber dari ajaran Al-Quran, ajaran islam. Walau pun telah puluhan kali mereka mendapat cobaan, kita melihat dan menyaksikan sendiri bagaimana para pejuang Palestina tetap tangguh. Insya Allah tidak lama lagi, kemenangan dan pertolongan Allah SWT akan diperoleh.
Menjawab pertanyaan tentang apa saja doa-doa terbaik untuk menghasilkan pemimpin yang baik? Anda yang akan pergi ke TPS pada 14 Februari, panjatkan do’a kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk untuk memilih pemimpin yang terbaik, yang berakhlak baik dan menghasilkan masa depan bangsa yang lain.
Tanda-tanda kemenangan untuk menghasilkan pemimpin yang baik itu sebenarnya telah terjadi, ketika masyarakat menyadari bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang baik, yang berakhlak baik, yang mampu menyatukan ummat.
Sekarang sudah semakin jarang terdengar perbedaan khilafiyah di antara kelompok islam. Secara tidak langsung, ini pasti atas hidayah Allah SWT.
Organisasi besar ummat islam telah bersatu. Ini merupakan suatu langkah kemenangan ummat islam untuk menjadi yang terbaik. Sebenarnya kita harus percaya diri, tidak pesimis, bahwa Allah SWT akan memberi kemenangan bagi orang Islam.
Kita sendiri harus berusaha dan melakukan perubahan dari kondisi kegelapan menjadi kondisi penuh cahaya. Tidak akan pernah terjadi perubahan jika kita hanya pasif menonton dan tidak berbuat apa-apa.
Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti
—–
Materi Ta’lim Ba’da Subuh oleh Professor DR Didin Hafidhuddin ini diselenggarakan di Masjid Al Hijri 2, Kampus UIKA dan ditranskrip oleh Prof.DR. Bustanul Arifin dan redaktur
Comment