Marak Bunuh Diri Pada Anak, Persoalan Serius Generasi

Opini584 Views

 

 

Penulis: Nelliya Azzahra | Novelis

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Anak-anak adalah amanah yang Allah titipkan kepada setiap orang tua. Hadirnya dinantikam bagi pasangan sudah menikah. Tak jarang pasangan suami-istri sampai merogoh kocek dalam sebagai ikhtiar hadirnya buah hati di tengah keluarga. Namun hari ini kita dihadapkan fakta kasus maraknya anak-anak bunuh diri. Fakta ini tentu bak palu menghantam orang tua.

Seperti yang terjadi baru ini pada seorang anak mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Dilansir dari DetikJateng, adalah seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya, Rabu (22/11). Aksi nekad bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain HP.

Kasatreskrim Polres Pekalongan, AKP Isnovim membenarkan adanya kejadian tersebut. Isnovim mengatakan pihaknya telah menerima adanya laporan tersebut, pada Rabu sore kemarin (22/11/2023).

Sungguh memprihatinkan anak SD sudah mengambil tindakan bunuh diri. Anak-anak usia ini seharusnya tak banyak yang dipikirkan karena usia SD adalah usia bermain belajar. Mereka belum dibebankan kewajiban apapun. Fakta ini hanya satu dari sekian banyak kasus bunuh diri pada anak. Menilik dari fakta ini, tentu saja terlintas pertanyaan apa sebenarnya yang menyebabkan anak-anak dengan mudahnya mengakhiri hidup. Seolah-olah bunuh diri hal remeh dan mudah dilakukan. Selain itu bunuh diri tidak bisa dianggap remeh. Karena bicara anak berarti bicara generasi.

Jika dilihat, fakta bahwa mental anak-anak hari ini sangat rentan sehingga hanya karena hal kecil mereka sudah tidak sanggup menanggungnya. Mudah tersinggung dan emosi yang tidak stabil. Bisa dilihat dari peran orang tua. Orang tua, selain wajib mencukupi sandang, pangan, dan papan. Juga wajib memberikan parenting terbaik yang berasal dari Islam.

Dengan begitu wajib pula menjaga kesehatan mental anak-anak. Ini penting untuk membentuk generasi. Selain keluarga, negara pun wajib memberikan penjagaan terhadap kesehatan mental generasi.

Namun hari ini, rahim sekularisme sukses melahirkan generasi yang bermental labil dan lemah. Generasi “mental tempe” yang kematangan emosinya berada di titik terendah. Mudah depresi, pragmatis, dan salah arah. Berpikiran pendek dan tidak ingin mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi. Lebih memilih jalan pintas dengan cara bunuh diri.

Tindakan bunuh diri jelas dilarang dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 29 yang artinya, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Dalil ini jelas larangan menghilangkan nyawa dengan cara bunuh diri. Oleh karena itu, fakta bahwa sistem hari ini menjadi sumber utama pemicu runtuh dan lemahnya mental anak-anak sehingga anak-anak terbentuk dengan kepribadian lemah, maka Islam menjadi solusi satu-satunya.

Islam memandang bahwa bukan hanya kesehatan fisik rakyat yang harus diperhatikan, akan tetapi juga kesehatan psikis atau mentalnya. Sehingga untuk mewujudkan hal itu, sistem Islam bertanggung jawab penuh.

Dalam naungan sistem Islam, penerapan Islam secara komprehensif akan melahirkan dan membentuk individu-indivudu bertakwa. Dengan ketakwaan individu, maka terbentuklah kepribadian Islam.

Islam juga memandang bahwa kebahagiaan hakiki adalah rida Allah. Sehingga rakyat terikat dengan pemahaman ini lalu berusaha menjauhi larangan Allah, salah satunya bunuh diri dan senantiasa menjalankan perintah-Nya.

Selain itu, agar kesehatan mental generasi terus terjaga, negara berperan penting menyelenggarakan sistem pendidikan Islam dan pembinaan generasi mudanya. Kurikulum pendidikan yang berbasis akidah Islam ditujukan untuk membentuk generasi terbaik yang berkepribadian islami. Dalam Islam, selain ketakwaan individu, terdapat juga kontrol masyarakat dan negara.

Sehingga peluang sebuah kemaksiatan kecil terjadi. Untuk itu, maka tidak ada pilihan selain mengambil syariat Islam secara kaffah untuk mengatur setiap lini kehidupan. Sebab Islam bukan hanya mengatur urusan ibadah mahdoh atau ibadah ritual semata. Wallahu a’lam bishshawab.[]

Comment