Qatar Tekan Amerika Hentikan Kebrutalan Israel Terhadap Palestina

Opini95 Views

 

 

Penulis: DR H. J. Faisal | Pemerhati Pendidikan dan Sosial | Sekolah Pascasarjana UIKA Bogor | Anggota PJMI

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Lagi-lagi seluruh warga dunia tercengang oleh kekuatan sebuah negara Islam yang cukup kecil. Ya, meskipun kecil, tetapi negara Islam yang satu ini mempunyai daya tawar ekonomi dan harga diri yang sangat kuat di mata dunia, terutama di mata Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa.

Terbukti, ketika negara Islam yang beribu kota di Doha, dan baru saja menjadi tuan rumah perhelatan Piala Dunia Sepak Bola FIFA tahun 2023 ini mendesak untuk diadakannya gencatan senjata dan jeda kemanusiaan guna menghentikan pembantaian rakyat sipil yang dilakukan oleh ‘Israel’ di Palestina  dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini (Oktober-November 2023).

Amerika Serikat dan negara-negara Barat Eropa pun ikut mendesak ‘Israel’ agar berhenti melakukan genosida dan pembersihan etnis (Ethnic Cleansing) terhadap bangsa Palestina.

Negara Islam yang mungil tetapi sangat berpengaruh tersebut adalah Qatar. Mengapa negara pemilik kantor berita ‘Al Jazeera’ tersebut menjadi begitu ‘powerful’ suaranya, sehingga langsung didengar oleh Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, sekaligus ‘Israel’?

Begini, ketika pecah perang Rusia-Ukraina pada bulan Februari 2022 yang lalu, Rusia telah mengancam negara-negara Eropa dan Amerika para anggota NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara pendukung Ukraina, untuk mengurangi pasokan gas alamnya ke negara-negara tersebut.

Akhirnya keputusan Rusia tersebut telah membuat negara-negara Eropa menjadi ‘kalangkabut’ dikarenakan mereka sangat tergantung sekali kepada gas alam dari Rusia untuk menghadapi musim dingin yang terjadi di sana.

Pilihan pembelian alternatif gas alam dari negara-negara Eropa jatuh kepada negara Qatar, di mana cadangan persediaan gas alamnya masih sangat melimpah, dengan persediaan sebesar yaitu 24,7 triliun meter kubik (per 2022). Cadangan gas alam Qatar hanya kalah oleh Rusia (38 triliun meter kubik) dan Iran (32 triliun meter kubik). Bahkan, cadangan gas alam Qatar jauh lebih besar dibandingkan cadangan di seluruh Asia Pasifik yang hanya mencapai 17,7 triliun meter kubik.

Dengan memiliki kekayaan gas alam yang sangat dibutuhkan oleh banyak negara di Eropa tersebut, akhirnya Qatar memanfaatkan posisi daya tawarnya yang sangat strategis tersebut untuk ‘menekan’ Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya sebagai sekutu dekat ‘Israel” agar dapat kembali menekan ‘Israel’ untuk mengadakan gencatan senjata selama empat hari, dan dilanjutkan dengan perpanjangan selama dua hari berikutnya dengan pihak Hamas Palestina, yang dimulai pada hari Jumat, 24 November 2023 yang lalu.

Qatar pun mengancam Amerika dan negara-negara Eropa sekutu ‘Israel’ tersebut, bahwa jika tidak dilakukan gencatan senjata, maka Qatar akan memutus penyaluran ekspor gas alamnya ke negara-negara tersebut. Sekali lagi, negara-negara ‘Nordic’ itu pun akhirnya dibuat ‘kalangkabut’ oleh ancaman Qatar tersebut.

Tentu saja, posisi tawar yang tinggi yang dimiliki oleh Qatar tersebut juga bukan hanya dikarenakan Qatar memiliki persediaan gas alam yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara Eropa Barat tersebut, tetapi juga dikarenakan bahwa Qatar bukanlah negara yang suka mengemis hutang terhadap negara-negara Eropa dan Amerika, sehingga perhitungan terhadap harga diri negaranya menjadi lebh tinggi.

Meskipun pada tanggal 5 Juni 2017 yang lalu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar, namun negara mungil yang kaya raya ini tetap menjadi negara mandiri dan berdaulat secara ekonomi.

Negara-negara tetangganya tersebut menuduh Qatar mendukung terorisme (mendukung perjuangan Hamas dan Hizbullah), memicu gangguan stabilitas kawasan dan berupaya meningkatkan hubungan dengan Iran (kerjasama pengembangan nuklir dan gas alam).

Qatar pun menolak klaim tersebut dan menyatakan tidak bersedia mematuhi desakan negara-negara tetangganya, termasuk tuntutan menutup jaringan berita Al Jazeera.

Sejak blokade ini, Qatar menggunakan cadangan devisa yang berlimpah dari ekspor gas untuk bertahan dari blokade ekonomi. Mereka juga menganggap boikot sebagai upaya untuk melemahkan kedaulatan. Dan pastinya Qatar juga tahu siapa dalang dan tukang fitnah di balik blockade tersebut, yaitu ‘Israel’ dan Amerika Serikat.

Kenyataan yang sekarang terjadi saat ini, justru hampir semua negara Arab dan negara-negara dunia berbalik mendukung perjuangan Hamas dan Hizbullah dalam mendapatkan kemerdekaannya dari ‘Israel’, tanpa takut lagi disebut sebagai negara teroris oleh Amerika dan ‘Israel’, serta negara-negara afiliasinya.

Jika kita sebagai bangsa yang besar dan katanya ‘bermartabat’ ini mampu bercermin dari kekuatan daya tawar, kekuatan diplomasi, serta harga diri negara Qatar yang tinggi, maka seharusnya, posisi Qatar sebagai juru damai yang berhasil menghentikan kebrutalan serangan ‘Israel’ di Palestina juga dapat dilakukan oleh Indonesia.

Namun, yang terjadi tidaklah demikian. ‘Suara’ Indonesia dalam upaya meredakan konflik di Palestina sudah tidak didengar samasekali oleh negara-negara Eropa dan Amerika, apalagi oleh ‘Israel’. Hal ini menandakan posisi diplomasi Indonesia yang sangat lemah di mata dunia.

Mengapa demikian? Jawabannya sudah pasti karena Indonesia memang sudah tidak mempunyai daya tawar apapun untuk ‘ditukar’ sebagai daya dukung diplomasi dalam upaya menghentikan pembantaian yang terjadi di Palestina, karena Indonesia hanya dianggap sebagai negara pengemis hutang, dan negara yang tidak memiliki kepemimpinan bangsa yang berwibawa lagi di mata dunia.

Artinya, mau menemui Presiden Amerika Serikat untuk membujuk Amerika dan ‘Israel’ menghentikan serangan dan pembantaian di Palestina seratus kali pun, in syaa Allah tidak akan digubris oleh kedua negara penjahat kemanusiaan tersebut.

Jadi, kalau hanya untuk mengecam, mengutuk, dan mengomentari segala macam kebrutalan dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh ‘Israel’, memberikan sumbangan bantuan kemanusiaan, serta ikut dalam gerakan memboikot produk-produk barang dari ‘Israel’, sepertinya semua negara dan warga dunia juga dapat melakukannya.

Tetapi, ketika Indonesia dipandang sebagai negara dengan jumlah mayoritas penduduknya beragama Islam atau muslim terbanyak di kolong langit ini, namun tidak mampu menghentikan serangan zionis ‘Israel’ terhadap saudara-saudara muslimnya di Palestina, rasanya sungguh sangat memalukan sekali, bukan?

Suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, sakit hati atau tidak, tetap harus kita akui bersama, bahwa memang itulah kenyataannya.

Dengan demikian, yuk, kita ucapkan rasa terimakasih kita terhadap negara Qatar, karena telah berhasil menghentikan serangan zionis ‘Israel’ terhadap saudara-saudara kita di Palestina sana.

Terimakasih Qatar, meskipun negara anda adalah sebuah negara yang kecil, tetapi negara anda memiliki harga diri ke-Islam-an yang sangat tinggi. Dan wajar jika Allah Ta’alla lebih memilih anda daripada kami. Wallahu’allam bisshowab.[]

____

Catatan redaksi: Gencatan senjata usai (1/12/2023) pagi hari, beberapa jam kemudian zionis israel membombardir Gaza

Comment