Menilik Kondisi Anak di Tengah Eskalasi Agresi

Opini103 Views

 

 

Penulis: dr. Airah Amir | Dokter Umum dan Pemerhati Kesehatan

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA–  Defense for Children International-Palestine (DCIP) menyebutkan setiap 15 menit satu anak tewas akibat serangan Israel di Gaza dan ini adalah peristiwa genosida setiap waktu.

Bahkan organisasi non pemerintah save the chidren pada Jumat tanggal 3/11/2023 menyebutkan ada sebanyak 3.760 anak dari total 9.061 warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza.

Ini jelas bertentangan dengan konvensi Jenewa 1949 yang menyatakan bahwa anak-anak harus diperlakukan secara manusiawi dan mendapatkan perlindungan saat terjadi konflik bersenjata atau peperangan.

Pengeboman di Gaza yang sudah berlangsung selama hampir tiga pekan telah menyebabkan penderitaan yang mengerikan bagi anak-anak, terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan air seperti yang dilansir fajar.co.id, 26/10/2023.

Terlebih akses bantuan kemanusiaan seperti makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar dibatasi sehingga menyebabkan 2,3 juta penduduk Gaza semakin sulit dalam mengakses kebutuhan pokok.

Menlu RI, Retno Marsudi dalam pertemuan darurat Sidang Majelis Umum PBB untuk membahas aksi ilegal Israel di wilayah pendudukan Palestina menyebutkan bahwa eskalasi kekerasan di Jalur Gaza adalah kejahatan terhadap kemanusiaan sehingga PBB harus mendesak gencatan senjata.

Sebab segala bentuk kecaman belum juga menghantarkan Palestina mendapatkan keadilan atas tanah yang dirampas, apalagi mengorbankan nyawa orang yang tak berdosa adalah sebuah bentuk kebiadaban.

Mengancam keberlangsungan hidup bahkan mempertaruhkan nyawa rakyat sipil adalah batas merah yang tak boleh dilanggar oleh siapapun. Legitimasi moral telah runtuh akibat pengeboman yang dilakukan Israel terhadap Rumah Sakit tempat orang-orang yang tak berdaya diserang dengan membabi buta menyebabkan lebih dari 500 orang tewas atas penyerangan Rumah Sakit di Gaza tersebut.

Agresi dalam kondisi apapun menyebabkan keterlibatan anak yang mendorong kita untuk menghilangkan penyebab penderitaan anak yaitu agresi itu sendiri. Anak senantiasa menjadi fokus, sebab bagaimanapun agresi yang dilakukan oleh penjajah selalu memberikan efek khusus bagi mereka. Seperti berkurangnya atau bahkan hilang sama sekali akses terhadap kasih sayang dan empati karena kehilangan orangtua.

Terbatasnya akses terhadap pendidikan pada masa kanak-kanak tentu berdampak buruk bagi kehidupan anak selanjutnya. Belum lagi jika agresi tersebut telah menyebabkan disabilitas seperti kehilangan anggota tubuh, penglihatan atau hal lainnya yang bahkan dapat menyebabkan gangguan kapasitas kognitif.

Agresi memang telah menyebabkan kehidupan anak menjadi sukar untuk mencapai potensi seperti sebelum terjadinya perang.

Anak di kamp pengungsian juga sangat rentan terhadap penyakit. Kesehatan anak memburuk akibat terbatasnya akses terhadap nutrisi, jaminan air bersih, sanitasi dan minimnya layanan kesehatan.

Otoritas air Palestina mengatakan bahwa Israel telah memutus pasokan listrik dan air bersih ke Gaza menyebabkan 90 persen air di wilayah Gaza tidak dapat diminum dan menyebabkan krisis air bersih. Terdapat hanya satu akuifer di wilayah Gaza itupun telah terkontaminasi bahan kimia, limbah dan air laut.

Pasokan listrik yang diputus pun juga menyulitkan operasional Rumah Sakit di Gaza termasuk memberi risiko bagi bayi di inkubator dan para lansia yang membutuhkan bantuan oksigen.
Sehingga perlu memikirkan solusi untuk mengatasi permasalahan ini.

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif artinya bahwa Indonesia tidak mengadopsi politik netral dalam hubungannya dengan negara-negara lain di dunia.

Sebaliknya, Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap isu-isu internasional tanpa mengikatkan diri pada satu kekuatan dunia tertentu.

Sikap Indonesia disampaikan Retno dalam rapat Sidang Darurat Majelis Umum PBB, Jumat (27/10/2023) yang menyebutkan bahwa faktanya serangan dan pembunuhan terus terjadi, namun di tengah banyaknya korban, Dewan Keamanan gagal mengambil tindakan tegas dan Indonesia berada dalam posisi menyerukan penghentian agresi dan mendukung masyarakat Palestina.

Dalam Islam, perlawanan terhadap agresi adalah fardhu ain, yang tidak hanya berlaku bagi muslim Palestina tetapi juga meluas bagi kaum muslim di sekitar wilayah Palestina bahkan dunia, sehingga secara umum harus ada eksistensi persatuan umat yang menjadi perisai dan mencegah reduksi kondisi warga sipil terkhusus anak di tengah eskalasi agresi. Wallahu a’lam.[]

Comment