Penulis: Novita Mayasari, S.Si | Pemerhati Generasi
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pemuda merupakan sosok yang kuat, penuh semangat, berani, energik dan cerdas. Tidak heran jika pemuda dijadikan sebagai aset besar bagi bangsa dan umat manapun.
Sebagaimana kita ketahui bahwasanya pemuda adalah manusia pada fase terbaik, baik dilihat dari sisi intelektualitasnya, energinya serta ambisi dengan segudang cita-citanya. Maka bangsa atau negara yang ingin maju, terdepan dan berjaya tentu harus memiliki pemuda dengan jumlah yang besar serta berkualitas unggul.
Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 28 Oktober 2023 merupakan peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) yang ke-95 dan HSP ini ternyata mengusung tema “Bersama Majukan Indonesia”.
Sebagaimana dikutip dari www.kemenpora.go.id (Sabtu, 28/10/2023) menyatakan bahwa ada pun tema yang diusung dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda 2023 adalah “Bersama Majukan Indonesia”. Tema tersebut mengajak seluruh komponen bangsa untuk menjadikan budaya gotong royong dan tolong menolong sebagai unsur penting dalam national character building.
“Gotong royong dan tolong menolong harus menjadi karakter anak muda Indonesia. Nilai luhur ini perlu diterapkan pada diri sendiri maupun di dalam organisasi”.
Namun, jika kita berkaca pada realita saat ini akankah pemuda mampu untuk memajukan Indonesia hari ini? Mengingat dari segi pendidikan hari ini, ternyata para pemuda tidak diarahkan untuk menjadi para ahli di bidangnya dan mirisnya mereka dicetak untuk mejadi tenaga terampil yang nantinya akan mengisi kekosongan dalam bidang industri dan dunia kerja saja.
Belum lagi dari sisi pergaulan, masih maraknya pelaku bullying (perundungan) yang mengakibatkan korban menjadi tertekan dan berani untuk menyakiti diri sendiri (self-harm) seperti menyayat pergelangan tangan hingga bunuh diri.
Tentu pemuda seperti itu tidak akan mampu memajukan bangsa, bukan?
Pembajakan Potensi Pemuda
Pemuda hari ini digadang-gadang untuk menjadi calon pemimpin di masa depan. Hanya saja saat ini potensi pemuda sengaja dibajak sehingga pemuda (siswa dan mahasiswa) saat ini tumbuh menjadi orang-orang yang mengedepankan materi. Wajar jika akhirnya mereka tumbuh seperti itu karena sistem kapitalisme telah mencetak mereka menjadi pribadi-pribadi yang individualis -memikirkan diri sendiri-.
Misalnya dibidang pendidikan saja di kampus dengan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang seharusnya mereka menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas nyatanya mereka hanya sekadar mengisi dunia kerja saja. Bahkan di sekolah pun para siswa mereka juga dijadikan tenaga terampil yang nantinya akan mengisi industri, padahal industri hari ini dikuasi kaum kapitalis. Akhirnya para pemuda pun menyakini bahwa tujuan sekolah ternyata untuk mendapatkan pekerjaan saja.
Di samping itu sulitnya mendapatkan pekerjaan akhirnya malah melahirkan pemuda-pemuda yang berpikir pragmatis, individualistik dan egois.
Pemuda yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan acuh terhadap masalah masyarakat.
Sistem kapitalisme pun juga melahirkan paham kebebasan (liberalisme) dan ini juga terjadi dalam bidang ekonomi, dengan adanya liberalisasi ekonomi mengakibatkan terbukanya pintu impor seluas-luasnya oleh negara. Apalagi pemerintah mengambil kebijakan melakukan impor pada komoditas strategis termasuk pangan seperti daging-dagingan, beras, gula dan lain-lain. Tidak ketinggalan juga mengimpor barang-barang yang dibutuhkan oleh kawula muda.
Walhasil pemuda pun dijerat dan disuguhkan dengan barang-barang branded yang sejatinya bukanlah barang yang dibutuhkan, semua ini dilakukan agar pemuda memiliki perilaku yang konsumtif dan hedonis.
Tentu ketika para pemuda telah jatuh pada kehidupan yang konsumtif akhirnya mereka berupaya melakukan apapun demi memenuhi gaya hidup Barat. Mereka tidak berpikir dua kali untuk menggunakan paylater ataupun pinjol demi memenuhi gaya hidup. Padahal paylater dan pinjol senangnya hanya sesaat dan malah berujung petaka karena sebagian besar tidak mampu membayar tagihan-tagihan tersebut.
Islam Mewujudkan Pemuda Menjadi Agent Of Changce Sejati
Konon pemuda itu adalah agent of change (agen perubahan) bahkan semenjak zaman Nabi Muhammad SAW justru pemudalah yang paling terdepan dan tidak tergoyahkan dalam meninggikan kebenaran syariat islam. Sehingga sudah saatnya hari ini para pemuda segera bangkit dan sadar bahwa ada ancaman serius bagi pemuda di Negeri ini. Di mana pemuda – oleh gaya hidup sekuler – digiring untuk menuju kerusakan dijauhkan dari kepribadian islam dan dijauhkan dari kebangkitan sejati.
Oleh karena itu untuk menuju kebangkitan sejati maka butuh para pemuda untuk melakukan perubahan dari kondisi yang rusak menjadi kondisi yang aman serta akan mengembalikan potensi para pemuda sebagaimana mestinya hingga terwujudlah kejayaan dan kemuliaan pada umat. Namun perubahan yang hakiki (islam) tersebut hanya bisa terwujud dengan ideologi islam yang bersumber dari wahyu (Allah SWT).
Maka hal pertama yang harus dilakukan para pemuda muslim yaitu mengadopsi ideologi islam tanpa ragu kemudian menginstalnya pada diri mereka serta ikut berperan aktif dalam pembinaan islam ideologis.
Dengan mengikuti pembinaan islam ideologis ini maka para pemuda muslim akan mendalami aqidah islam yang tentunya akan melahirkan keimanan yang kokoh dan kuat. Disamping itu pemuda pun akan mempelajari syariat islam dari A sampai Z sehingga terbentuklah syakhshiyyah islamiyah (kepribadian islam) pada diri para pemuda.
Walhasil pemuda pun akan tergerak dan sadar untuk melakukan perubahan yang hakiki dan tidak segan untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar.
Ketika para pemuda bersatu padu maka kebangkitan hakiki pun akan diraih dan kehidupan islami akan terwujud. Sehingga islam kaffah bisa diterapkan dalam semua lini kehidupan.
Dengan diterapkannya islam kaffah maka dunia pendidikan pun akan menghasilkan generasi dengan kepribadian islam dan mempersiapkan generasi muslim agar menjadi para ahli di setiap aspek kehidupan baik terhadap ilmu keislaman maupun sains dan teknologi.
Di dalam pergaulan pun akan tersuasanakan atmosfer yang saling peka yaitu saling menasihati dalam masyarakat. Selain ini, di bidang ekonomi pun akan terjamin setiap transaksi kita akan terjauhi dari praktek-praktek maksiat seperti riba dan judi.
Begitulah ketika islam kaffah diterapkan dalam negara maka sudah pasti negara tersebut akan semakin maju dan berjaya, bahka rakyatnya pun akan senantiasa hidup sejahtera dan aman sentosa. Wallahu’alam bishowwab.[]
Comment