Penulis : Risma Febrianti | Mahasiswi
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Istilah mental health sudah tidak asing lagi. Mental health atau kesehatan mental adalah keadaan individu sejahtera menyadari potensi yang dimilikinya, mampu menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya. Dengan demikian, kesehatan jiwa mencakup aspek-aspek fisik, psikologis, sosial. (Wikipedia).
Namun, mental health di Indonesia mengindikasikan mental health yang bermasalah. Sebagaimana menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.
Salah satu dari masalah mental health ini adalah depresi, yaitu suatu penyakit yang ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan dengan senang hati. Kerap kali yang mengidap depresi tidak banyak bersosialisasi dengan lingkungan dan menutup diri kepada keluarga.
Depresi kini berujung bunuh diri, seperti yang terjadi pada mahasiswa kampus swasta di Yogyakarta berusia 19 tahun asal Bantul ditemukan ayahnya tewas tergantung di kamar kos di Sleman. Peristiwa itu terjadi di kos daerah Padukuhan Candikarang, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Minggu (9/7/2023).
Keluarga mengaku tak ada hal yang mencurigakan dari korban sebelum nekat bunuh diri. Mahasiswa itu disebut cenderung pendiam dan jarang bercerita dengan anggota keluarga. (detikcom)
Kasus serupa dialami pula oleh seorang guru di Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Senin (10/7/2023). Lelaki berinisial YJS (56) asal Kampung Asem, Desa Keresek, Kecamatan Cibatu, itu nekat mengakhiri hidup karena diduga mengalami persoalan keluarga.
Kasus bunuh diri saat ini tampak ke permukaan – dilakukan mulai dari kaula muda hingga usia tua, tak jarang mereka memilih mengakhiri hidup karena berbagai faktor seperti permasalahan ekonomi dan tekanan lainnya.
Kapitalisme dan sekularisme menumbuhkan perilaku liberal yang membuat masyarakat bebas berprilaku hingga bebas juga untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tidak ada penjagaan khusus atau pun perhatian terhadap masyarakat.
Masyarakat disuguhi gaya hidup hedonis di tengah perekonomian yang sulit sehingga membuat masyarakat tidak dapat hidup dengan tenang melainkan hidup dengan berbagai tekanan. Maka bunuh diri akhirnya tidak bisa dielakkan.
Dalam Islam, syariat yang diterapkan untuk mengatur semua aspek kehidupan. Mengontrol agar tumbuh sikap optimis dan keberkahan dalam hidup. Menjaga mental health masyarakat dari segala bentuk kebebasan dan hidup hedonis serta perilaku penyimpangan lainnya sehingga tidak ada depresi yang berujung bunuh diri karena dengan penjagaan akal dan akidah didalamnya menumbuhkan ketentraman bagi masyarakat.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” Al-A’raf ayat 96. Wallahu a’lam.[]
Comment