Oleh: Kurnia budi Rahayu, Mahasiswi
________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pengangguran kembali memenuhi ruang publik. Pasalnya Badan Pusat Statistik (BPS) melansir per Februari 2023 tercatat 7,99 juta orang di Indonesia menganggur. Berdasarkan data, angka ini terkategori tinggi jika dibandingkan sebelum Covid 19 (katadata.co.id).
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan menambahkan bahwa fakta lapangan menunjukkan lulusan SMK menjadi lulusan yang paing tinggi menganggur (kumparan BISNIS.com). Beliau menambahkan bahwa perlu adanya program magang pada jenjang SMK sehingga mampu memenuhi kebutuhan industri.
Fakta tingginya pengangguran di jenjang SMK seyogyanya mencengangkan publik. Hal ini sejalan dengan opini umum yang hadir di tengah masyarakat bahwa output SMK mampu untuk langsung bekerja.
Dengan demikian, bukan hal yang mengherankan jika solusi yang dihadirkan adalah memperbanyak link match sekoah dengan pihak industry. Sehingga siswa semakin terbiasa untuk bekerja. Lantas mengapa persoalan pengangguran tidak pernah terselesaikan?
Midset Pendidikan
Fakta di atas menunjukkan bahwa pendidikan negeri ini dibangun atas dasar materialitik. Hal ini tampak dari lulusan sekolah ataupun perguruan tinggi yang berorientasi menjadi pekerja. Kualitas sekolah bahkan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta diukur berdasarkan kemampuan mereka untuk mencetak para pekerja. Sehingga mindset pendidikan yang terbangun adalah pendidikan sebagai modal untuk memperoleh pekerjaan. Sekolah atau kuliah untuk bekerja.
Ketika mindset ini hadir di tengah pelajar ataupun mahasiswa bahkan didukung oleh kurikulum pembelajaran serta banyaknya link and match lembaga pendidikan dengan industri maka akan ada beberapa hal yang pantas untuk diwaspadai yaitu:
1. Terbentuknya manusia dengan mentalitas pekerja. Hal ini karena sedari awal tujuan menimba ilmu untuk bekerja. Sehingga prioritasnya adalah skill pekerjaan bukan ilmu itu sendiri.
2. Mengkebiri potensi intelektual pelajar dan mahasiswa. Berawal dari mindset belajar untuk bekerja makapelajar ataupun mahasiswa hanya akan mencukupkan diri pada ilmu yang bisa membuat dia mampu diterima di suatu perusahaan saja. Sedangkan ilmu lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan problem hidup dianggap tidak penting. Hal ini akan menurunkan semangat untuk menjadi intelektual secara mandiri.
3. Alih fungsi tugas intelektual. Jika ada intelektual pun maka hanya akan diberdayakan untuk kepentingan industry ataupun pemodal bukan untuk kepentingan pembangunan negeri.
4. Perkembangan dunia keilmuan akan mandek. Hal ini terjadi karena manusia sudah merasa cukup dengan ilmu yang membuat mereka bisa bekerja. Sehingga tidak perlu untuk mengembangkan keilmuan ke level yang lebih tinggi.
5. Terbentuknya intelektual sekuler. Paradigma pendidikan yang hanya mementingkan materi semata akan mendeskrediktkan persoalan agama di dalam proses pendidikannya. Hal ini dapat diamati bahwa pelajaran agama sangat minim didapatkan oleh pelajar ataupun mahasiswa dibandingkan keilmuan yang lain dengan dalih kehidupan tidak memerlukan agama dalam jumlah besar. Konsep seperti ini melahirkan manusia yang sekuler dan liberal.
Mereka akan bertindak tanpa mengetahui batasan dan standart baik dan buruk. Sehingga sangat memungkinkan intelektual yang lahir bukan sebagai problem solver tetapi problem itu sendiri di tengah masyarakat.
6. Kurang seriusnya negara terhadap isu pengangguran. Ketika pengangguran diartikan sebagai bentuk kurangnya kerja sama antara lembaga pendidikan dan indutri semata maka negara kemungkinan besar hanya akan memberikan tanggung jawab pengangguran kepada dua lembaga tersebut serta membuat regulasi seputar kerjasama diantara keduanya.
Perlu disadari bersama bahwa, mindset pendidikan materialistik yang diopinikan di tengah masyarakat. Pada hakikatnya hanya akan menguntungkan pihak korporasi semata. Karena output pendidikannya adalah sekelas pekerja.
Hal ini juga sebagai opini global yang menyampaikan bahwa pendidikan adalah roda penggerak ekonomi. Seolah tidak ada yang lebih penting di dunia ini kecuali ekonomi. Padahal fungsi awal adanya pendidikan adalah untuk melahirkan manusia yang manusiawi dengan pendidikan tersebut.
Artinya manusia tidak hanya berkutat pada bidang ekonomi demi memnuhi kebutuhannya sendiri akan tetapi bagaimana ia menjadi manusia yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di tengah masyarakat sebagai manusia bukan sebagai pekerja industri.
Solusi Pengangguran Menahun
Maraknya pengangguran dapat diminimalisir dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang disiapkan oleh negara. Mengapa harus negara? Karena negara adalah pihak yang paling relevan dan memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dari berbagai bidang salah satunya dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Selain itu dukungan pembiayaan untuk pembukaan wirausaha serta terbentuknya iklim ekonomi yang sehat.
Artinya iklim ekonomi tidak didominasi oleh korporat besar, termasuk negara tidak memihak korporat besar. Akan tetapi beberapa hal diatas akan terealisasi jika negara memiliki pandangan politik untuk mensejahterakan rakyat bukan korporat semata.
Sehingga negara akan bertanggung jawab penuh dalam penanganan pemberantasan pengangguran. Bukan akhirnya meningkatkan hubungna pendidikan dengan industri yang justru menancam intelektualitas SDM.
Pendidikan Sebagai Penunjang
Sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan sumber daya manusia yang berbudi luhur dan memiliki intelektualitas pada hakikatnya tidak bisa diwujudkan dengan pendidikan sekuler.
Output semacam ini dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam yang telah teruji kemampuannya mampu melahirkan ilmuan kelas dunia yang hasil keilmuannya masih digunakan hingga hari ini. Hal ini disebabkan oleh tujuan pendidikan Islam yaitu:
1. Membentuk pemikiran dan pola sikap Islam. Artinya kontrol tindakan manusia adalah syariat Islam. Sehingga mereka mengetahui standar baik dan buruk ketika menjalani aktivitas.
2. Menanamkan tsaqofah Islam. Hal ini bertujuan untuk menjaga pemahaman atas Islam dan tujuan kehidupan itu sendiri dalam diri manusia.
3. Mengajarkan IPTEK. Tujuan manusia hadir di bumi pada hakikatnya adalah untuk mengelola bumi sehingga perlu adanya pengetahuan terkait ilmu alam dan teknologi.
4. Menanamkan kemampuan problem solving.
Kolaborasi sistem pendidikan, ekonomi dan politik dengan orientasi yang benar akan mewujudkan peradaban yang manusiawi serta mampu mengatasi permasalahan menahun layaknya pengangguran. Untuk itu perlu penggunaan paradigma yang benar terkait kehidupan untuk menjalankan semua sistem tersebut adalah satu institusi negara. Wallahu alam.[]
Comment