Kekeringan Melanda, Siapkah Menghadapinya?

Opini332 Views

 

Oleh: Heidy Sofiyantri, Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah

___________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bencana kekeringan akan melanda Indonesia pada semester dua tahun ini. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, ancaman kekeringan ini disebabkan dua fenomena, yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole atau naik turunnya suhu permukaan laut di Samudera Hindia yang makin menguat.

Hal ini ungkap Dwikorita sebagaimana ditulis KBR.id, Selasa (6/6/2023) dapat berdampak pada makin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau ini. Bahkan sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal, atau lebih kering dari kondisi normalnya.

Ancaman kekeringan adalah suatu keniscayaan di tengah adanya perubahan iklim dengan segala konsekuensinya. Menghadapi hal ini,  Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB), mengimbau kepada masyarakat mewaspadai kekeringan. Dalah satu upaya yang dilakukan BNPB mempertahankan posisi air di berbagai waduk dengan cara teknologi modifikasi cuaca yaitu membuat hujan buatan.

Kekeringan dan ketersediaan air tanah yang berkurang akan menyebabkan masalah ketahanan pangan terutama dalam pertanian yang masih menggunakan sistem tadah hujan.

Untuk mengatasi masalah ketahanan pangan, maka impor pangan akan dilakukan dengan cara meningkatkan volume impor beras dari berbagai negara seperti India, Thailand, Vietnam dan Pakistan. Padahal dalam waktu bersamaan himpitan ekonomi seperti inflasi dan krisis finansial melanda negeri ini.

Selain itu, ada perilaku manusia dan kebijakan yang menimbulkan dampak buruk seperti pembabatan hutan secara brutal atas nama konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit yang begitu luas. Selain itu juga adanya konsesi tambang seperti batu bara. Kemudian dalam sektor migas, kilang-kilang minyak dikuasai asing.

Bencara alam memang bagian dari fenomena alam, ketika itu terjadi ada tuntutan agar kita bersabar dan ikhlas menghadapinya. Harusnya fenomena yang terjadi saat ini dijadikan sebagai intropeksi secara bersama baik individu maupun penguasa sehingga akan terwujud kemaslahatan bagi umat.

Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) sebaiknya ditujukan untuk kemaslahatan umat bukan untuk para kapital. Seharusnya alih fungsi lahan dilakukan secara tepat guna dan sasaran, pembabatan hutan-hutan primer tidak dilakukan secara brutal karena hutan primer berfungsi sebagai paru paru dunia.

Rasulullah bersabda: “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api. (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Segala kekayaan alam adalah milik rakyat dan dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Negara wajib mengelola SDA sehingga hasilnya bisa dinikmati oleh rakyat.

Islam mewajibkan negara untuk mengurusi rakyat dengan baik dan menjamin kesejahteraannya. Memberikan hak-hak warganya yaitu kebutuhan primer, sandang pangan dan papan. Menjamin hak hidup, harta, keamanan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Negara juga wajib membuat kebijakan yang memperhatikan kepentingan rakyat dan menanggulangi bencana alam.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Rosulullah “Imam/khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Oleh karena itu agar kekeringan tidak terus menerus melanda negeri ini, sudah saatnya rakyat dan negara saling bekerjasama mengelola SDA alam negeri ini sesuai dengan aturan Islam.[]

Comment